PWMU.CO – Mall buka Psikolog UM Jember Erna Ipak Rahmawati SPsi MA angkat bicara. Masyarakat tidak aware dengan keadaan yang terjadi saat ini.
Dihubungi melalui WhatsApp, Selasa (20/5/20) Erna—sapaan akrabnya—menyoroti ramainya perbincangan tentang mall di Jember beberapa hari lalu yang membludak pengunjung.
Dosen Jurusan Psikologi Universitas Muhammadiyah (UM) Jember mengatakan kondisi Virus Corona ini sebelumnya memang belum pernah terjadi dalam waktu yang dekat.
“Kurangnya informasi yang diterima oleh masing-masing individu membuat masyarakat tidak sadar dengan keadaan yang terjadi saat ini sehingga banyak masyarakat yang justru bertanya, kenapa kok aku yang harus jadi korban,” jelasnya.
Dilihat dari segi psikologis, Erna mengungkapkan pemikiran seperti itu bukan hal yang mustahil karena manusia memiliki keterbatasan kapasitas penerimaan informasi.
Tipikal masyarakat Indonesia, menurutnya, tidak mau menggali informasi secara menyeluruh sehingga info yang hanya sepotong-sepotong tidak terolah dengan baik.
“Sebagian besar masyarakat justru tidak melakukan tindakan untuk pencegahan virus ini dari informasi yang sudah mereka peroleh,” terangnya.
Dia merasa, sikap acuh tersebut bukan hanya dilakukan oleh masyarakat kalangan bawah, masyarakat berpendidikan seperti mahasiswa pun masih banyak yang tidak peduli dengan kondisi saat ini. Mereka masih asyik nge-mall, belanja baju lebaran, dan bukber.
Buktinya, paparnya, kapan hari suasana mall di Jember kayak ‘cendol dawet’ kan?” candanya. Hal seperti inilah yang dimaksud dengan keterbatasan penyerapan info tadi.
Rendahnya Penyerapan Informasi
Erna menerangkan stimulus lingkungan juga berperan besar atas perilaku masyarakat dalam menghadapi pandemi ini. “Ketika stimulus lingkungan melebihi kapasitas penyerapan info, proses perhatian tidak dilakukan secara optimal.”
Maksudnya ialah pandemi Virus Corona yang terjadi bersamaan dengan momen Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri dan Lebaran Haji ini tak menyurutkan keinginan masyarakat untuk tetap melakukan kebiasaan-kebiasaan yang selama ini memang dilakukan.
Menurutnya, orang masih bersemangat membeli baju baru dengan berdesakan di mall dan meremehkan akibat yang sebenarnya mengancam jiwa mereka. Masyarakat Jember cenderung ke arah religius, justru mereka menganggap pandemi ini termasuk bagian ujian dari Allah dan akan segera berlalu.
“Pemahaman masyarakat yang demikian dipengaruhi juga oleh peran pemerintah yang memberikan kebijakan tanpa kebijakan yang lain. Hal tersebut justru berakibat pada psikologis individu,” ujarnya.
Erna mengisahkan pengalamannya ketika mendatangi pasar dengan protokol wajib aturan pemerintah yaitu memakai baju berlengan panjang, memakai masker dan menjaga jarak minimal satu meter. Namun, justru respon yang diperlihatkan orang-orang seakan yang dilakukannya tersebut adalah hal yang aneh.
“Mbo dicepot ngono maskere lek omong-omongan Mbak. Aku lo gak gowo virus,” tiru Erna saat salah satu pedagang di pasar berujar kepadanya.
Kejadian seperti ini menjadi bukti pemahaman masyarakat dengan kondisi sekarang ialah hanya sebatas “Ini musim Corona”, bukan pemahaman tentang sejauh mana virus ini berbahaya yang bisa mengancam kehidupan manusia.
Erna berharap pemerintah terus gencar dalam memberikan informasi mulai dari tatanan paling tinggi hingga paling bawah.
“Karena tipikal masyarakat kita yang males cari info. Jadi kalau lengah sedikit saja dalam pengawasan, mereka bisa bersikap acuh,” tandasnya.
Penulis Disa Yulistian. Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.