Naskah Khutbah Id di Rumah: Kembali pada Yang Mahasuci ditulis Dr Syamsuddin MA, Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya dan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur.
السلام عليكم و رحمة الله و بركاته
الحمد لله غافر الذنوب وكاشف الكروب و عالم الغيوب والمطّلع على اسرار القلوب المنـزّه عن الحدود والجهات والنقائص والعيوب بل معبود مشكور محبوب اشهد ان لا اله الّا الله وحده لا شريك له شهادة ناطقة بالحجّة والبرهان مخلصة عن الشرك و الطغيان واشهد انّ محمّدا عبده ورسوله المصطفى والمجتبى بالبيان . امّا بعد : ايّها الناس أوصيكم ونفسي بتقوى الله فقد فاز المتّقون .
واعلموا انّ الله سبحانه وتعالى يقول :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ. وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ .
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.”
Pada hari ini bahtera kehidupan mengantarkan kita kembali pada Idul Fitri. Di sini, sekarang, kita berlabuh di halaman anugerah dan kasih sayang Alah.
Di sini di dalam rumah kita, di bilik yang sempit, kita gemakan takbir untuk membesarkan Yang Maha Besar, setelah sebulan penuh kita mengecilkan diri kita di hadapan kebesaran-Nya.
Di sini, hari ini, kita bersama-sama merebahkan diri, meratakan dahi di atas lantai, menggumamkan sanjungan kita kepada-Nya: Subhanaka Allahumma Rabbana wa bichamdika Allahummaghfirli. Mahasuci Engkau ya Allah, duhai Tuhanku demi sucian-Mu ampunilah dosa-dosa kami.
Allahu Akbar… Allahu Akbar … Allahu Akbar . Walillahil Hamd.
Para aidin wal aidat, faizin wal faizat, hadirin dan hadirat anggota keluarga, kita datang dari Yang Mahasuci dan sedang dalam perjalanan kembali kepada Yang Mahasuci.
Dia hanya menerima kita dalam pangkuan kasih-Nya, bila kita sudah membersihkan diri kita sebersih-bersihnya. Maka seluruh bulan Ramadhan adalah bulan pembersihan, bulan pensucian, bulan purifikasi, bulan detoksifikasi.
Kita mensucikan diri dengan berpuasa, melakukan salat malam, tadarus al-Quran, berzikir, beristighfar, dan banyak sedekah.
Pagi ini marilah kita renungkan, apakah proses pensucian Ramadhan ini berhasil. Alangkah ruginya kita jika semua proses pensucian itu gagal dan tidak berguna. Betapa malangnya kita, jika kita membangun dengan ibadat-ibadat itu hanya istana pasir, yang hilang begitu saja ditiup angin lalu.
عن وسعيد بن المسيب، أن حكيم بن حزام رضي الله عنه، قال: سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم، فأعطاني، ثم سألته، فأعطاني، ثم سألته، فأعطاني ثم قال: “يا حكيم، إن هذا المال خَضِرَةٌ حلوة، فمن أخذه بسخاوة نفس بورك له فيه، ومن أخذه بإشراف نفس لم يبارك له فيه، كالذي يأكل ولا يشبع، اليد العليا خير من اليد السفلى”
Sa’id bin Al Musayyab menceritakan bahwa Hakim bin Hizam RA, berkata: ‘Aku pernah meminta sesuatu kepada Rasulullah SAW, lalu beliau memberiku. Kemudian aku meminta lagi, beliau pun memberiku kembali. Aku meminta lagi, beliau pun masih memberiku lagi.’
Kemudian beliau bersabda: ‘Wahai Hakim, sesungguhnya harta itu hijau lagi manis, maka barangsiapa yang mencarinya untuk kedermawanan dirinya maka harta itu akan memberkahinya.
Namun barangsiapa yang mencarinya untuk keserakahan maka harta itu tidak akan memberkahinya, seperti orang yang makan namun tidak pernah kenyang. Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah.’ (HR al-Bukhari)
Pagi ini marilah kita melihat jauh ke dalam lubuk hati kita. Adakah bakhil dan memuja dunia di situ? Apa tanda-tanda bakhil dan memuja dunia? Salah satu di antara ciri orang yang bakhil dan memuja dunia ialah mengukur kemuliaan orang dari harta yang dimilikinya, dari uang yang dibelanjakannya.
Apakah Saudara terkagum-kagum, terpesona, saat melihat kekayaan dan kemewahan orang dan ingin agar kekayaan dan kemewahan tersebut berpindah pada tangan saudara?
Jika Saudara menjawab ya, maka saudara telah menghancurkan semua ibadat saudara di bulan suci. Ruh saudara yang putih bersih di bulan Ramadhan sekarang disiram lumpur pemujaan pada dunia. Seperti virus, hubbuddunya menyebar ke seluruh kalbu, menggerogoti seluruh kebaikan, dan menjadi sumber segala kejahatan.
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib ra, mengatakan:
إنك لن تلقى الله سبحانه بعمل أضر عليك من حب الدنيا
“Amal yang paling membahayakan saat kamu menemui Allah adalah hubbuddunya”
Al-auran berkisah tentang Qarun dan orang-orang yang mengaguminya:
فَخَرَجَ عَلَىٰ قَومِهِۦ فِى زِينَتِهِۦ قَالَ ٱلَّذِينَ يُرِيدُونَ ٱلحَيَوٰةَ ٱلدُّنيَا يَـٰلَيتَ لَنَا مِثلَ مَا أُوتِىَ قَـٰرُونُ إِنَّهُ ۥ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ
“Maka ia pun keluar ke tengah-tengah kaumnya dengan segala kemewahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki dunia: Alangkah baiknya jika kita punya seperti apa yang dimiliki Qarun. Sungguh, Qarun itu orang yang sangat beruntung.” (al-Qashash: 79).
Jika Saudara menghabiskan malam-malam Ramadhan dalam rintihan, tapi saudara terpesona menyaksikan atau menonton gelimang kemewahan, gaya hidup yang glamour, seperti kawan-kawan Qarun, maka Saudara adalah pecinta dunia yang dijauhkan Tuhan dari ampunan-Nya.
Jika Saudara menahan lapar dan dahaga, kemudian mengkhatam al-Quran setiap malam, tapi Saudara meningkatkan harga diri saudara dengan pamer kemewahan, maka saudara adalah Qarun yang berbuat kerusakan di bumi.
Itulah Ibadat-ibadat yang tidak semakin mendekatkan diri kepada Allah, tapi sebaliknya malah bertambah jauh dari hadirat Allah SWT.
Pagi ini, marilah kita merenung, menukik jauh ke dalam hati kita. Kita tidak beribadat seperti ibadatnya penghuni langit, kita tidak saum seperti saum-nya penghuni langit.
Dan pada saat yang sama kita memuja kekayaan dan orang-orang kaya, kita membanting tulang, jor-joran, mati-matian supaya kita dapat hidup sedikit seperti mereka, kita memuliakan harga diri kita dengan memiliki barang-barang mewah dan mempertontonkan apa yang kita miliki.
Mungkinkah masih tersisa ibadat dan amal saleh kita di bulan Ramadhan? Lihat ke dalam hatimu, lihat bagaimana kecintaanmu untuk memuja dunia, ambisimu untuk memperoleh kekuasaan, kebiasaanmu untuk mengejar-ngejar kesenangan jasmaniah telah menggelapkan hatimu.
Pagi ini, marilah kita merenung, apakah masih ada peluang bagi kita untuk mengetuk pintu Tuhan Yang Maha kasih. Masih adakah harapan untuk memperoleh ampunan Allah SWT.
Diriwayatkan ada orang datang menemui Ja’far ash-Shadiq putra Muhammad al-Baqir, sambil berlinang air mata dia mengatakan, “Kami mencintai dunia.“
Ja’far ash-Shadiq bertanya, “Apa yang kaulakukan dengan duniamu?”
Ia menjawab, “Aku menikah, punya anak, aku berhaji, aku memberikan nafkah kepada keluargaku, aku membantu saudara-saudaraku, aku bersedekah.”
Ja’far ash-Shadiq, mengatakan, “Ini bukan bagian dari dunia. Ini bagian dari akhirat.”
Karena itu kepada Qarun, Nabi Musa AS berkata, “Ahsin kamaa ahsanallah ilaik.” Berbuat baiklah seperti Allah telah berbuat baik kepadamu.
Saudara boleh menghimpun harta sebanyak-banyaknya, tapi gunakanlah harta itu bukan untuk kemegahan diri, bukan untuk dipertontonkan kepada orang banyak, bukan untuk kesombongan.
Gunakan harta saudara untuk berbuat baik, sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada saudara. Gunakan harta saudara untuk bekal mudik ke pangkuan kasih sayang Allah al-Rahman al-Rahim.
وَٱبتَغِ فِيمَا ءَاتَٮكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلأَخِرَةَ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنيَا وَأَحسِن ڪمَا أَحسَنَ ٱللَّهُ إِلَيكَ وَلَا تَبغِ ٱلفَسَادَ فِى ٱلأَرضِ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلمُفسِدِينَ
“Dengan harta yang telah Allah berikan kepadamu, carilah kebahagiaan abadi di kampung akhirat. Jangan lupakan bagian kamu di dunia.
Berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Janganlah berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak suka pada orang-orang yang berbuat kerusakan.” (al-Qasas 77).
Ubah dunia kamu menjadi akhiratmu. Gantikan kecintaan dunia dengan kecintaan akhirat. Cari dunia sebanyak-banyaknya, kemudian bagikan dunia ini untuk menyejahterakan orang-orang di sekitar kamu.
Mengenyangkan yang lapar, memberi pakaian kepada yang telanjang, menghibur orang yang kesusahan, mengobati orang yang sakit, membayarkan utang orang yang berutang, mengangkat derajat orang yang dihinakan.
Dan “Melepaskan orang dari beban kehidupan yang menghimpitnya dan membebaskan orang dari belenggu-belenggu yang memasung kebebasannya” (al-A’raf 157).
بارك الله لي و لكم في القران الكريم ونفعني وإياكم بتلاوته وذكر الحكيم فتقبل مني ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم المالك البار الرؤوف الرحيم
Naskah Khutbah Id di Rumah: Kembali pada Yang Mahasuci. Editor Mohammad Nurfatoni.