PWMU.CO-Ada empat ujian dengan merebaknya wabah Corona yang harus disikapi dengan keimanan oleh warga Muhammadiyah agar menjadi lebih baik.
Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Dr Abdul Mu’ti saat berbicara di acara Silaturahim Virtual Syawal Muhammadiyah Kota Surabaya, Kamis (28/5/2020). Acara ini diikuti oleh PDM Kota Surabaya, PDA, PCA, seluruh AUM, PWM, PWA, dan tujuh PCIM luar negeri.
Abdul Mu’ti menjelaskan, ada empat ujian itu pertama, ujian Covid-19 menjadikan kita makin takwa kepada Allah. Kedua, ujian soliditas antar warga. ”Kita bersyukur selama wabah kader Muhammadiyah banyak memberikan bantuan untuk mengatasi masalah yang muncul di antara kader dan masyarakat,” katanya.
Ketiga, ujian atas kekuatan organisasi kita. Dan keempat, ujian ini bagian dari cara Allah meningkatkan kualitas diri. ”Covid memberi kesempatan kita naik kelas, jadi bangsa lebih maju memiliki ilmu pengetahuan.
”Tiga bulan ini terutama satu bulan Ramadhan bagaimana soliditas jam’iyah kita. Bagaimana keberagamaan kita menggunakan ilmu pengetahuan. Dengan ilmu semakin dekat kepada Allah sebagai seorang ulul albab,” ujar Mu’ti yang dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Fungsi Ilmu
Menurut dia, ilmu itu mempunyai tiga fungsi yaitu mendeskripsikan penyakit, menerangkan sesuatu yang tidak tampak, dan memberi panduan kepada manusia apa yang dilakukan. ”Muhammadiyah dengan ilmu telah memandu bagaimana seharusnya menghadapi Covid ini,” tandasnya.
Dia juga menyatakan, wabah Corona ini menjadititik awal untuk mengadakan kajian-kajian dan bersikap tidak fatalistik tapi konstruktif. ”Juga tidak berpikir konspiratif dengan menyalahkan orang lain,” tuturnya. ”Sikap seperti itu bukan watak Muhammadiyah. Kita bisa jadi uswah dan ibrah untuk masyarakat.”
Misalnya, kekuatan rumah sakit kita dalam merawat pasien Covid dan sosialisasi ke masyarakat menghadapi wabah ini bersama. ”Kekuatan organisasi kita yang mampu memobilisasi untuk bekerja bersama menangani wabah ini. Juga kekuatan ahli-ahli kita untuk melakukan riset,” tandasnya.
Sebelumnya dia mengatakan, virus Corona ini nyata walaupun tidak bisa dilihat secara kasat mata tapi yang tertapar jumlahnya sangat besar. ”Realitas di masyarakat disikapi berbeda-beda. Ada yang bersikap jabariyah, ada yang menyebut azab. Kita sebut ini ujian keimanan,” ucapnya. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto