PWMU.CO – Jaga 10 fitrah manusia pasca Ramadhan dikupas dalam Kajian Syawal Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Malaysia, Jumat (29/5/2020).
Kajian bertajuk Mempertahankan Jiwa yang Fitri ini menghadirkan Ketua Bidang Dakwah dan Sosial YPI Al-Azhar Jakarta Dr KH Shobahussurur Syamsi MA melalui aplikasi Zoom.
Shobahussurur Syamsi menyampaikan fitrah adalah nur aini, yakni nurani atau cahaya mata hati. Kalau cahayanya terang maka anggota tubuh bergerak dengan baik. Kalau cahayanya redup maka susah untuk menggerakkan tubuh.
Bengkel Ramadhan
Seiring bertambahnya usia, sambungnya, fitrah yang asli tadi tidak lagi kekal seperti asalnya karena pengaruh setan.
“Ketika pengaruh setan sangat besar maka cahaya hati kita akan redup dan kotor. Maka mesti dicuci. Bagaimana mencucinya? Harus dikembalikan ke bengkel yaitu Ramadhan,” ujar pria asli Lamongan ini.
Persoalannya, lanjutnya, apakah kita keluar dari bengkel Ramadhan seluruh fitrah itu sudah diservis. “Mari bertanya kepada diri masing-masing. Ada 10 fitrah yang perlu dipastikan sudah diperbaiki dan dijaga pasca Tamadhan,” ungkapnya.
Pertama fitratuddin atau fitrah agama. Setiap orang punya fitrah beragama. Menjalankan agama dengan lurus sesuai ajaran.
“Coba dicek kita menjalankan agama sudah baik atau masih belang bentong. Lurus ataukah terseok-seok. Periksa shalat wajib dan sunahnya seperti Tahajud dan Dhuha,” pintanya.
Covid-19 Ujian Fitrah Sehat
Kedua fitratussihah atau fitrah sehat. Allah menciptakan kita dalam kondisi sehat, normal dan salim. Kalau tidak sehat atau tidak normal maka akan gelisah karena tidak sesuai dengan fitrah.
“Diuji dengan sakit, diuji dengan pandemi Covid-19 beberapa bulan saja tidak normal dan kita gelisah. Maka pastikan kita sehat jasmani dan rohani,” pesannya.
Ketiga fitratut taharah atau fitrah bersih. Aslinya kita suka kondisi bersih. Kalau badan kotor dan tidak mandi seharian pasti tidak nyaman serta gelisah.
“Kondisi kotor itu menyalahi fitrah manusia. Maka jaga kebersihan fisik (taharah) dan jiwa (tazkiyah) kita,” ajaknya.
Keempat fitratul hubb warahmah atau fitrah menyayangi. Manusia diciptakan untuk menyayangi. Allah menciptakan tidak untuk membenci.
“Ketika kita membenci orang maka kita merasa tidak nyaman karena keluar dari fitrah. Kita tidak suka bertengkar, perang atau bermusuhan,” jelasnya.
Kelima fitratut tawaduk berupa as-sujud. Yakni merendahkan hati di hadapan orang mukmin. Allah memerintahkan Nabi tetap rendah hati meski rasul. Jika suka merendahkan dan melecehkan orang maka itu keluar dari fitrah.
Keenam fitratul wal musawah atau menegakkan keadilan. Berbuat adil terhadap istri, anak, masyarakat, bangsa, diri sendiri dan orang lain. Lawannya dzalim. Semakin sering berbuat dxalim, tiran dan curang maka tidak akan tenang karena keluar dari fitrah.
“Ada yang bekerja di Malaysia tetapi tidak pernah mengirim uang untuk anak istrinya di tanah air. Uangnya dihabiskan sendiri. Itu namanya tidak adil. Tapi bukan bapak-bapak PCIM Malaysia,” ujarnya disambut tawa peserta.
Ketujuh fitrah untuk makan. Tidak mau makan itu tidak normal. Aslinya kita itu bukan puasa. Perhatikan al-Baqarah ayat 168 dan 172. Kita diperintahkan makanlah yang halal dan thayib.
“Fitrah kita makan yang halal dan thayib. Kalau mengambil yang haram maka keluar dari fitrah dan dipastikan akan gelisah tidak nyaman,” paparnya.
Lockdown Mengganggu Fitrah
Kedelapan fitrah ittisal ijtima’i atau berkomunikasi dengan sesama. Aslinya manusia itu tidak sendiri. Saat lockdown maka merasa tidak nyaman. Lalu mencari cara berkomunikasi pakai online. Termasuk berkomunikasi dengan alam seperti tumbuhan, hewan, air, udara dan cahaya.
“Dalam agama disebut silaturrahim. Semakin banyak silaturrahim maka akan mengembalikan kita kepada fitrah. Semakin introfert maka semakin jauh dari fitrah. Wadah PCIM ini sebagai wadah untuk saling komunikasi dan silaturrahim,” terangnya.
Kesembilan fitratut tafkir wal ‘aql. Fitrah kita adalah berpikir. Manusia diciptakan berakal. Maknanya harus banyak menggunakan akal dengan berpikir dan banyak belajar maka itu memberdayakan akal kita.
“Tapi kalau malas belajar karena alasan sudah sarjana, sudah tua atau sibuk bekerja maka itu keluar dari fitrah keaslian,” sergahnya.
Lakukan Apapun dengan Hati
Kesepuluh fitratut tadabbur watadzakur. Manusia diciptakan untuk merenung, memperhatikan dan berzikir dengan hati.
Bekerja dengan hati, melihat dengan hati, mengasuh anak dengan hati dan berbicara dengan hati.
“Akan beda hasilnya melihat laut dengan hati dan tanpa hati. Melihat sesuatu yang indah maka hati merasa tentram nyaman.
Ketika melihat orang kelaparan dan sulit cari uang timbul kasihan maka. Lalu keluarkan uang membantu. Ada orang yang tidak bisa mengaji kemudian berkeinginan untuk mengajari mengaji. Anak-anak belajari agama mengaji,” urainya.
Itulah 10 fitrah manusia yang harus diperhatikan. Dipertahankan atau ditinggalkan? Kembali kepada individu masing-masing.
“Keluar dari Ramadhan maka berupaya memegang teguh 10 fitrah ini menjadi milik kita. Semoga bisa bertemu dengan ramadhan lagi masuk bengkel lagi,” tuturnya.
Jaga 10 fitrah manusia pasca-Ramadhan untuk kehidupan yang lebih baik. (*)
Penulis Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.