PWMU.CO – Kepergian Nurrima Dini Elysa, Senin (5/9) siang, masih meninggalkan duka mendalam bagi sahabat-sahabatnya, baik di kalangan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), aktivis sosial, maupun civitas akademika Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya).
Mereka sangat kehilangan atas kepergian gadis yang murah senyum dan pendiam itu. Banyak kenangan indah yang kemudian muncul dalam ingatan. Termasuk bagaimana aktivitas sosial aktivis IMM itu dengan anak-anak jalanan.
(Baca: IMMawati Nurrima Dini Elysa, Ketua IMM Komisariat Psikologi UMSurabaya, Meninggal Akibat Kecelakaan)
Aristiana misalnya. Kepada pwmu.co Senin (5/9), Pendiri Komunitas Bunda Cahaya yang concern membina anak jalanan di kawasan Jembatan Merah Surabaya mengatakan bahwa saat mendengar meninggalnya Dini ia seperti tidak percaya. “Begitu saya sudah yakin dengan kabar tersebut, perasaan saya sangat sedih,” ujarnya.
Dosen PAUD UM Surabaya itu sangat dekat dengan sosok almarhumah. “Dini sangat aktif dalam pemberdayaan anak jalanan di kawasan Jembatan Merah. Ia adalah contoh mahasiswa yang real. Bagaimana mahasiswa sesungguhnya,” ungkapnya.
Aristiana menambahkan, dalam membina anak jalanan, Dini termasuk yang paling tekun. “Ia tak mengenal lelah dalam membimbing anak-anak jalanan. Semoga makin banyak mahasiswa yang memiliki dedikasi seperti almarhumah,” katanya.
(Baca juga: Cita-cita Almarhumah IMMawati Nurrima Dini Elysa untuk Anak Jalanan Binaannya)
Selain dikenal pendiam dan murah senyum, Dini adalah pribadi yang sejuk dan bertanggungjawab. Demikian kesan Anton, salah satu alumni IMM UMSurabaya. Menurut Anton, memimpin IMM Psikologi di awal berdirinya, bukan hal yang mudah. Tapi tekanan dan kendala dihadapi Dini dengan tenang.
“Beberapa kali dia berada dalam posisi sulit karena minimnya dukungan dari fakultas di mana komisariat hidup. Tetapi dia tidak pernah menyerah. Satu hal yang saya ingat adalah IMM Psikologi punya ciri khas, yaitu pemberdayaan anak miskin kota. Sebuah tradisi pemberdayaan yang harus dilanjutkan. Kita IMM UMSurabaya benar-benar merasa kehilangan,” tutur Anton yang berjanji akan mengadakan acara mengenang Dini dalam “Tribute to Dini” pada Milad ke-2 IMM Psikologi. “Mari mewarisi semangatnya!”
Di tengah aktivitasnya sebagai aktivis kampus, Dini ternyata masih sempat tergabung sebagai salah satu duta kampus. Kordinator Duta Kampus UMSurabaya Fany Amalia menuturkan, banyak kenangan saat bersama Dini dalam melakukan promosi kampus. “Dia orangnya tidak mudah mengeluh meskipun kondisi badannya lelah. Dini punya jasa yang besar pada kampus. Kami merasa kehilangan,” ucapnya.
Senior IMM Arin Setyowati juga sangat terkesan mendalam. Menurutnya, Dini adalah mahasiswa dan aktivis yang lain daripada yang lain. “Bukan sekedar cantik namun kepiawaian sosialnya juga layak untuk dijadikan teladan,” kenangnya.
(Baca juga: Mizan Nulkhaq, Dokter Muda UMM Ini Meninggal dalam Kecelakaan saat Pergi Koas ke RSML)
Kaprodi Perbankan Syariah UMSurabaya itu menemukan keunikan dalam diri IMMawati ini. Dini, kata dia, bisa memerankan lawan terhadap kawan untuk kemajuan ikatan. “Jiwanya yang tegar dan pemberani membawanya pada pergaulan luar yang lebih luas dengan pengalaman yang lebih dahsyat. Begitulah dini, sekali muncul dengan kerja-kerja progresifnya, sesaat menghilang untuk petualangannya di luar Persyarikatan demi memuaskan hasrat keingintahuannya,” katanya.
Arin mengaku tidak terlalu dekat dengan Dini. Namun setiap kali bertemu, Dini seolah ingin selalu menceritakan pengalamannya “Bakal rindu tawa riang dan cerita-cerita menarikmu, Nduk! Selamat jalan. Perjuanganmu abadi untuk ikatan.”
Rektor UMSurabaya Dr dr Sukadiono mengatakan, Dini adalah salah satu aktivis kampus yang menonjol. “Atas nama UMSurabaya kami menyampaikan duka mendalam. Semoga amal ibadahnya diterima Allah SWT. Dan mudah-mudahan kita bisa mewarisi semangatnya.” (Dede Nasrullah/MN)