PWMU.CO-Haji batal, mukimin Indonesia jadi pengangguran karena kehilangan pekerjaan di Mekkah dan Madinah. Sejak wabah Corona merebak mereka harus tinggal di rumah. Perusahaannya juga tutup. Harapan bisa kerja di musim haji kali ini pun hilang karena pemerintah Indonesia membatalkan pemberangkatan haji tahun 2020.
Para mukimin dari Indonesia bekerja di kota Mekah dan Madinah untuk layanan haji dan umrah seperti penyediaan katering, muthowif, penyedia hotel, transportasi, atau urusan imigrasi.
Laman Radio Australia abc.net.au Jumat (5/6/2020) memberitakan, sebagian besar para mukimin itu banyak yang menganggur karena perusahaannya tak ada lagi pekerjaan layanan umrah sejak Arab Saudi menerapkan lockdown. Apalagi saat tidak ada pemberangkatan jamaah haji Indonesia mendatang. Masa menganggur tambah panjang.
Misalnya, Edi Purwanto yang bekerja di penyedia katering haji dan umrah untuk jamaah Indonesia di Makkah sudah menganggur sejak wabah Corona merebak sehingga umrah ditutup.
”Sejak pertengahan Maret saya sudah di rumah karena di sini peraturannya ketat dan tidak bisa keluar rumah tanpa surat izin,” kata Edi yang bermukim di sini selama 10 tahun.
Apalagi ada pembatalan haji Indonesia, penyedia katering kehilangan pendapatannya. ”Kalau jemaah haji Indonesia tidak ada, otomatis kami juga tidak memberikan layanan katering,” tambah dia.
Edi tinggal di distrik Al Nakasa, tempat banyak jamaah asal Indonesia menginap. Dia mengatakan, sebelum Ramadhan hotel-hotel di sekitar tinggalnya sudah sempat disurvei oleh petugas untuk persiapan menyambut jamaah.
”Dapur kita sebenarnya juga sudah disurvei juga untuk persiapan haji,” ujarnya. Namun pengumuman pembatalan haji oleh Menteri Agama RI dipastikan tak akan ada jamaah haji Indonesia yang dilayani. Meski merasa sedih dia pahama kondisinya. Demi kebaikan kesehatan jamaah terhindar dari infeksi wabah Corona.
”Sebagai manusia tentu sedih dan kecewa, tapi ini semua juga terbaik untuk jamaah Indonesia supaya terhindar dari penyakit ini,” ujar Edi yang pernah bekerja di restoran Indonesia di kota Madinah.
Kaget Mendengar Pembatalan
Nasib sama akibat haji batal juga dialami Rahim Irwandi Abdurrahim asal Lombok yang bermukim di Mekah. Dia bekerja sebagai muthawif atau tour guide umrah dan haji.
Ia mengatakan, kaget juga mendengar pembatalan haji Indonesia tahun ini. ”Karena setelah sepi umrah, kita berharap tahun ini warga Mekkah bisa kembali bekerja, paling tidak untuk musim haji,” kata Rahim.
Dia bercerita, banyak warga dan pekerja Indonesia yang biasanya melayani jamaah kini bertahan dengan uang tabungan. Beberapa orang bahkan menggantungkan diri pada bantuan yang diberikan oleh warga sekitar atau KJRI Jeddah.
”Saat Idul Fitri, pemilik rumah tempat saya mengontrak, memberi ayam, minyak goreng, bawang, dan kebutuhan lainnya termasuk uang,” tutur Rahim.
Calon Haji Luar Negeri Tunggu Kepastian
Pembatalan keberangkatan haji untuk jamaah dari Indonesia, tidak berpengaruh kepada warga Indonesia yang berada di negara lain dan berniat haji tahun ini.
Nur Isdah Idris yang menempuh pendidikan doktor di Belanda berencana pergi haji tahun ini berangkat bersama suaminya, Ihsan Nasir. Mereka haji melalui biro travel di Negeri Kincir Angin.
”Kami berdua sudah membayar uang muka untuk biaya berhaji kepada salah satu travel yang ada di sini,” kata Isdah.
Keduanya ikut rombongan biro travel Euro-muslim yang membawa jamaah berjumlah 40-an orang dari Kota Amsterdam. Tapi melihat situasi pandemi Covid-19, Isdah mengaku memilih cenderung tidak berangkat.
”Saya sendiri masih terus berdoa. Menunggu kepastian dari Arab Saudi sampai pekan depan. Sedih rasanya,” ujarnya.
Calon haji yang berangkat dari travel Euro-muslim ditarik biaya 5.750 dollar AS. Syaratnya memiliki kartu identitas yang berlaku di Belanda.
Isdah mengaku sudah mulai ikhlas jika akhirnya tak jadi berangkat karena pandemi Covid-19. Tapi ia berharap masih bisa berangkat tahun depan jika situasi kembali normal. ”Jadi saya menunggu kepastian mengenai penyelenggaraan haji dari pemerintah Arab Saudi,” tandasnya. (*)
Editor Sugeng Purwanto