PWMU.CO– Watak KH Ahmad Dahlan ternyata orang yang sangat keras menegakkan disiplin. Ketika melihat seorang sahabatnya tidak kelihatan hadir mengikuti rapat dan pengajian segera mencari informasi apa penyebabnya.
Diperoleh keterangan ketidakhadirannya itu karena sibuk menunggui putranya yang masih kecil sedang sakit. Mendengar kabar itu, KH Ahmad Dahlan lalu berkomentar, seseorang tidak bisa lagi aktif mencari ilmu dan beramal, suatu saat Tuhan akan menghilangkan hambatan orang itu untuk bisa aktif kembali.
Tapi Kiai Dahlan konsisten dengan omongannya. Dia menerapkan disiplin keras terhadap diri sendiri yang barangkali menurut pandangan orang lain sangat keterlaluan.
Contoh, saat sedang mengajar muridnya di daerah Jetis yang berjarak 5 km dari rumahnya, tiba-tiba datang utusan dari rumah yang meminta Kiai Dahlan segera pulang karena anak laki-laki satu-satunya, Jumhan, sakit keras.
Dia pun pulang ke rumah di Kauman Yogya. Setiba di rumah langsung melihat anaknya yang berbaring di kamar. Kiai lantas mendoakan dan mencari obat bagi kesembuhan anaknya.
Setelah itu bapak ini berkata kepada anaknya, jika kamu memang belum ditakdirkan mati semoga cepat sembuh. Tapi kalau memang telah sampai pada ajal, anaknya itu diberitahu bahwa insyaallah kamu akan bertemu dengan kakakmu yang sudah lebih dulu meninggal.
Kemudian Kiai Dahlan keluar kembali ke tempat mengajarnya dengan pesan kepada istrinya, jangan sekali-kali percaya bahwa anaknya akan sembuh jika ditunggui bapaknya. Atau sebaliknya akan mati kalau ditinggal pergi kerja.
Menolak Berhenti Dakwah
Watak KH Ahmad Dahlan sangat keras juga ditunjukkan sekitar Januari 1923 saat sakit lagi. Dokter dan para sahabatnya menyarankan agar istirahat untuk penyembuhannya. Dia menolak dan terus bekerja untuk kegiatan Muhammadiyah.
Melihat sakitnya makin parah dan tubuhnya lemah, istrinya, Siti Walidah, meminta dengan sangat agar Kiai Dahlan bersedia istirahat dulu. Mendengar permintaan istrinya seperti itu, Kiai Dahlan terkejut. ”Orang lain sudah meminta saya berhenti beramal saya abaikan, sekarang kok malah istri sendiri ikut-ikutan melarang,” katanya.
”Saya bukan melarang beramal tapi agar Kiai segera sembuh sehingga bisa melanjutkan beramal kembali,” jawab Siti Walidah menjelaskan agar tak salah paham.
Tapi Kiai Dahlan berkeras hati tak boleh berhenti berkegiatan. Bahkan harus bekerja keras karena jika lambat maka gerakan dakwah akan gagal. Tak berapa lama pada tanggal 23 Februari 1923 Kiai Dahlan wafat.
Kisah KH Ahmad Dahlan ini berdasarkan buku Pesan dan Kisah Kiai Ahmad Dahlan tulisan Prof Dr HA Munir Mulkhan. (*)
Editor Sugeng Purwanto