PWMU.CO-Kisah roti Ummu Sulaim terjadi di suatu waktu paceklik melanda Madinah. Jarang ada makanan. Nabi Muhammad saw bersama beberapa kaum muslimin berkumpul di masjid. Perut mereka kebanyakan diikat kain untuk menahan lapar.
Abu Thalhah mendengar suara Rasulullah lemah. Dia kemudian pulang menemui istrinya, Ummu Sulaim. ”Apakah tidak ada sesuatu untuk dimakan?” tanyanya.
Ummu Sulaim mengeluarkan beberapa roti gandum dan kurma. ”Kalau hanya untuk Nabi cukup,” jawabnya. Kemudian dibungkus tiga potong roti dengan kain. Bungkusan roti itu lantas diberikan kepada anaknya, Anas bin Malik, yang saat itu masih remaja. Disuruhnya Anas mengantarkan kepada Rasulullah.
Begitu melihat Anas datang membawa bungkusan, Rasulullah berkata, apakah kamu diutus oleh Abu Thalhah? ”Ya,” sahut Anas.
”Apakah untuk sesuatu makanan?” tanya Rasulullah lagi. ”Ya,” jawab Anas.
Kemudian Rasulullah berkata kepada orang-orang di masjid. ”Berdirilah semuanya, ayo berangkatlah,” ajak Rasulullah menuju rumah Abu Thalhah.
Anas juga membuntuti rombongan ini hingga ke rumahnya. Segera dia beritahu Abu Thalhah bahwa Rasulullah datang mengajak orang banyak.
Abu Thalhah Kaget Tamunya Banyak
Tentu saja Abu Thalhah jadi kaget. Lalu berkata kepada istrinya, ”Ummu Sulaim, Rasulullah datang dengan orang-orang banyak. Kita tidak mempunyai makanan untuk mereka semuanya.”
Istrinya berusaha menenangkan. ”Allah dan RasulNya lebih mengetahui itu.”
Abu Thalhah menemui Rasulullah dan menyilakan masuk. Orang banyak menunggu diluar. ”Bawa kemari apa yang kamu punyai,” ujar Nabi.
Ummu Sulaim datang dengan beberapa rotinya. Nabi meminta roti dipotong-potong. Lalu di atasnya diolesi samin. Setelah itu Rasulullah menyuruh orang-orang masuk secara bergantian. Satu gelombang sepuluh orang.
Maka sepuluh orang masuk dan menikmati roti campur samin itu. Mereka makan hingga kenyang lalu keluar. Nabi kemudian mengumpulkan sisa roti. Setelah siap, disuruh masuk sepuluh orang lagi rombongan kedua yang makan sampai kenyang.
Mereka keluar Nabi mengumpulkan sisa roti yang ternyata masih banyak. Kemudian dipanggillah rombongan berikutnya. Terus acara makan bergantian seperti itu berlangsung hingga rombongan terakhir masih bisa menikmati roti yang disajikan hingga kenyang. Anas menghitung jumlahnya 80 orang.
Setelah itu Nabi makan bersama keluarga tuan rumah dengan roti sisa yang jumlahnya masih seperti semula. (*)
Editor Sugeng Purwanto