PWMU.CO– Generasi instan di zaman milenial ini dinilai kurang militan, tidak gigih mengejar kesuksesan karena kemudahan teknologi. Karena itu IPM diminta tetap membangun karakter militansinya.
Hal itu disampaikan Wakil Gubernur Jawa Timur Dr Emil Elestianto Dardak MSc sebagai keynote speaker dalam Silaturahmi Virtual Syawalan Pelajar Muhammadiyah se Jawa Timur dengan tema Memelihara Spirit Ketakwaan Melalui Silaturahmi dan Silatulfikri, Senin (15/6/20).
Dia bercerita, saat SMA dia sudah mengenal handphone. Banyak yang mengatakan generasi milenial itu adalah generasi instan. Dulu pada saat belum ada handphone janji bertemu harus menentukan dengan pasti. ”Sekarang jauh lebih mudah. Kemudahan-kemudahan ini dikhawatirkan membuat kita kurang gigih, kurang militan untuk mengejar apa yang diinginkan,” tuturnya.
Dia meyakini peran organisasi pemuda seperti IPM sangat penting membangun karakter dimensi kepemudaan yang berbeda. Saat ini kita disuguhkan dengan konten tanpa batas dari media sosial. Namun dia berharap tetap patuhi norma dan suguhkan konten yang membangun.
”Organisasi pelajar harus bisa menjangkau keluar, bisa merekrut seluas-luasnya anak muda dengan paradigma yang berbeda karena di sini menjadi ujian besar apakah bangsa kita, umat kita di kemudian hari bisa menentukan roda peradaban dunia,” kata mantan bupati Trenggalek ini.
Zaman medsos jenjang senior-junior di organisasi batasnya jadi tipis karena informasi dan komunikasi mudah dilakukan. Media sosial dan influencer didominasi anak muda yang secara demografi kontribusi generasi milenial justru lebih dominan pada saat ini.
Ramalan Perubahan Dunia
Emil mengatakan, dirinya berusia 36 tahun sering dianggap muda. ”Sebenarnya tidak muda-muda banget, saya sadar umur apabila bertemu dengan teman-teman IPM Jatim. Saya termasuk generasi Y atau siapapun yang kelahiran 80-an dan lebih muda, maka termasuk generasi milenial,” terangnya.
Kelahiran tahun 90-an, sambung dia, disebut generasi Z. Yang terbaru disebut generasi Alpha. Semua ini ketika digeneralisasi akan menjadi generasi milenial karena karakternya mirip. Sama-sama tumbuh di tengah perkembangan tekonologi yang sangat pesat.
Suami Arumi Bachsin itu menambahkan, memasuki new normal, satu fase transisi untuk bisa beraktivitas di tengah pandemi Covid-19. ”Sebelum ada Covid sudah ada ramalan-ramalan perubahan dunia di era revolusi industri keempat. Orang mengatakan tidak ada lagi kantor-kantor besar karena semua bisa bekerja di mana saja,” papar Emil.
Apa yang dikatakan bekerja hari ini, sambung dia, konteksnya berbeda dengan dulu. IPM diminta bisa relevan dengan perkembangan hari ini sekaligus mempertahankan prinsip-prinsip idealisme yang diwariskan seniornya. (*)
Penulis Faiz Rijal Izzuddin Editor Sugeng Purwanto