PWMU.CO-Hapus bete. Hujan bete, panas terik mengeluh, internet lelet uring-uringan. Begitu juga menghadapi keadaan sekarang ini. PSBB diberlakukan sedih, dengar diperpanjang tambah murung. Diganti new normal tetap murang-muring.
Sulit ditebak, apa maunya. Jika itu ada di lingkungan keluarga kita, betapa tidak enaknya, sangat mengganggu mood keceriaan keluarga. Begitu juga jika ada di kantor, bisa merusak suasana. Apalagi di tim proyek, bisa demotivasi tim.
“Stop it. Exchange it for gratitude,” kata Amy Morin di Psychology Today. Hentikan dan ganti dengan bersyukur. “Secara ilmiah, mensyukuri keadaan apa pun lebih banyak manfaatnya dibanding mengeluhkannya,” katanya.
Ini di antaranya. Pertama, gratitude opens the door to more relationships. Temanmu yang gampang mengatakan terima kasih akan lebih banyak mempunyai teman dibanding yang pelit mengatakannya. Tak hanya itu, mereka yang pintar mengapresiasi orang lain juga bakal gampang bersosialisasi.
Kedua, improve physical health. Gampang bersyukur sangat berhubungan dengan kesehatan fisik. Mereka yang gampang menikmati karunia Tuhannya akan lebih sehat dibanding yang kurang mensyukurinya. Seseorang yang mensyukuri nikmat sehat akan lebih pintar menjaganya (dengan olahraga) dibanding yang kurang bersyukur.
Ketiga, improve psychological health. Juga sangat baik untuk kesehatan psikis. Mengapa? Bisa mengurangi emosi negatif, permusuhan, balas dendam, frustrasi, dan penyesalan. Amy mengutip gratitude reserchear Robert Emmons yang hasilnya bersyukur lebih meningkatkan kebahagiaan dan mengurangi depresi.
Empati Mengurangi Agresif
Keempat, enhance empathy and reduce aggression. Meningkatkan empati dan mengurangi agresivitas. Orang gemar bersyukur lebih punya perilaku pro-sosial meski orang lain tidak berbuat baik kepadanya. Tidak punya keinginan untuk balas dendam.
Kelima, sleep better. Orang yang pintar bersyukur lebih gampang tidur. Hanya diperlukan 15 menit untuk terlelap dan menikmati tidur berkualitas.
Keenam, improve self-esteem. Punya harga diri sendiri, tak panas dengan achievement orang lain. Tak terlalu terpancing untuk membanding-bandingkannya.
Ketujuh, increase mental strength. Mereka yang cerdas bersyukur punya mental yang lebih kuat ketimbang mereka yang mengingkari nikmat. Mereka juga pintar mengatasi trauma. Terapi bersyukur inilah yang diterapkan kepada veteran perang Vietnam untuk mengatasi trauma perang.
Mari bergembira menjadi orang yang gampang mensyukuri nikmat. Allah janji akan menambahnya, bukan mengingkarinya, sebab azab Allah sangatlah pedih. (*)
Penulis Ali Murtadlo Editor Sugeng Purwanto