PWMU.CO – Idul Kurban adalah momentum penting untuk membangkitkan kesadaran bahwa perjuangan dan pengorbanan yang harus ditempuh bagi kemuliaan dan keagungan Islam dan umatnya untuk menebar rahmat bagi semesta, masih panjang.
Demikian pesan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur Dr M Saad Ibrahim MA yang disampaikan pada pwmu.co, Ahad (12/9) sore, dalam menyambut Hari Raya Kurban atau Hari Raya Haji 1437 H.
(Baca: Hikmah Idul Adha: Bangsa Ini Perlu Belajar Etika Demokrasi pada Nabi Ibrahim dan Kemesraan Hamba dan Tuhan dalam Hakikat Kurban)
Saad mengatakan, haji sebagai rukun Islam yang kelima, baru dilaksanakan pada tahun ke-10 hijrah. “Nabi SAW berhaji setelah berpuasa Ramadhan sebanyak sembilan kali.” Catatan sejarah itu, kata dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang ini, mengandung arti bahwa ibadah haji sebagai show of force bagi kekuatan umat Islam adalah hasil perjuangan dan pengorbanan yang panjang.
“Masih panjang rasanya perjalanan membangun kekuatan umat sekarang ini. Masih harus berpuasa, berinvestasi terus menerus untuk kebesaran Islam dan umatnya,” tuturnya.
(Baca juga: PWM Jatim Siapkan Realisasi Program-Program Unggulan dan Saat di Samping Gus Ipul, Saad Ibrahim: Saya Lebih Pantas Jadi Gubernur)
Saad merasakan bahwa ibadah haji sekarang berbeda dengan masa Nabi SAW. “Waktu itu haji benar-benar menjadi show of force. Bayangkan, tahun ke-2 Hijrah jumlah umat Islam baru sekitar 1000, tapi tahun ke-10 umat Islam mencapai 228 ribu. Subhanallah,” kata Saad yang menjelaskan bahwa fenomena itu selaras dengan ayat 3 surat Almaidah, ‘Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu’.”
Senada dengan itu, Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya Dr Dr Sukadiono mengatakan bahwa perayaan Idul Kurban adalah momentum untuk membangkitkan semangat jihad sosial dan jihad politik umat Islam.
(Baca juga: Inilah Tata Cara Penyembelihan Hewan Kurban yang Syar’i dan Sehat dan 6 Adab Menyembelih Hewan Kurban)
“Selama ini umat Islam dalam merayakan Idul Kurban baru sebatas pada tataran fikih belaka. Padahal ada dimensi kesalehan atau jihad sosial dan politik di dalamnya,” jelas dia.
Dalam jihad sosial, kata Sukadiono, Idul Kurban mengajak untuk membangun hubungan yang harmonis antarumat manusia dengan kepedulian pada jutaan fakir miskin dan pihak-pihak yang lemah. “Jadi jihad jangan diartikan secara sempit sebagai angkat senjata di medan perang saja.” (MN)