PWMU.CO – Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah mengajak warga persyarikatan untuk tidak berselisih paham tentang tuntunan, pedoman, dan kebijakan terkait Idul Adha.
Hal itu dia sampaikan pada Pengajian Bulanan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah dengan tema Idul Adha di Masa Pandemi Covid-19, Jumat (10/7/20)
Mengawali pidato iftitahnya, Haedar Nashir mengaku bersyukur di tengah pandemi Covid-19 yang terjadi, warga persyarikatan masih dapat beraktivitas dengan bermakna dan beradaptasi dengan memanfaatkan media digital.
“Alhamdulillah kita mulai lagi Pengajian Bulanan dengan mengambil tema Idul Adha di Era Pandemi. Biarpun di kala pandemi, kita tetap beraktivitas dan melaksanakan kegiatan bermakna,” tuturnya.
Haedar menjelaskan, jika seluruh kader persyarikatan telah menerima tuntunan, pedoman dan kebijakan dari PP Muhammadiyah berkaitan dengan Idul Adha tentu prinsipnya tidak jauh bebeda dengan Idul Fitri.
“Yakni kita tidak melaksanakan shalat sunnah Idul Adha di lapangan, kemudian berkurban dibolehkan tapi diseyogyakan kita salurkan atau kita konversi ke penyaluran santunan dhuafa baik konteks dhuafa secara umum maupun yang tekena dampak Covid-19 ini,” tuturnya.
Haedar menjelaskan, Muhammadiyah masih mencoba untuk tetap berkegiatan di rumah dan tidak berkumpul secara massal, karena ada hal-hal yang mendasar baik aspek pandemi itu sendiri, maupun dari segi sikap keagaamaan dan organisasi Muhammadiyah.
“Saya berharap seluruh keluarga besar Muhammadiyah mengikuti pedoman, tuntunan dan kebijakan PP Muhammadiyah itu tidak perlu lagi ada kontroversi, perselisihan, apalagi menyalahi atau tidak mengikuit pedoman itu,” tandasnya.
Pandemi Covid-19 Bukan Ilusi dan Konspirasi
Menurutnya, warga Muhammadiyah sudah cukup beradaptasi selama tiga bulan lamanya dan bahwa kondisi ini terjadi karena darurat.
“Pandemi ini bukan ilusi, bukan konspirasi, tapi realitas objektif yang terjadi tidak hanya di Indonesia tapi juga seluruh bangsa di berbagai negara di dunia. Bahkan trend-nya di Indonesia masih tetap tinggi sampai kemarin,” urai Haedar.
Maka dia mengajak warga Muhammadiyah untuk tidak berselisih terus tentang hal ini, karena ada hal-hal mendasar yang harus dipahami dan konteksnya adalah darurat.
“Ini adalah kondisi objektif yang nyata. Oleh sebab itu PP Muhammadiyah mengambil kebijakan-kebijakan darurat termasuk dalam panduan serta tuntunan beribadah. Kalau tidak darurat masak sih kita menghindari masjid?” tegasnya. (*)