PWMU.CO – Emak-emak Aisyiyah Candi, Sidoarjo mencari referensi syiar dakwah dengan mengunjungi Laboratorium Fakultas Ilmu Komunikasi Umsida, Jumat (10/7/20)
Ketua Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Candi Yekti Pitoyo mengatakan, dakwah Aisyiyah harus berproses, bertumbuh, dan berkembangan menyesuaikan perkembangan zaman.
“Di era revolusi industri 4.0 ini semua kegiatan selalu berkaitan dengan internet. Aktivitas dakwah, sosial, atau pendidikan semua serba digital dan menggunakan metode daring, tak terkecuali aktivitas dakwah Aisyiyah,” tuturnya.
Maka sebagai organisasi yang memiliki slogan Gerakan Dakwah Perempuan Bekemajuan, Aisyiyah harus tetap eksis dalam syiar dakwahnya dan harus beradaptasi dengan model dakwah kekinian.
“Slogan dakwah perempuan berkemajuan inilah yang melecut emak-emak Aisyiyah Candi ini bertekad memiliki sarana untuk mewujudkan dakwah kekinian,” ujarnya.
Yekti menyatakan, hari ini kegiatan dakwah banyak mengandalkan live streaming dengan aplikasi media sosial seperti WhatsApp, YouTube, Facebook, Intragram, Zoom, dan lain-lain.
“Sehingga tidak ada pilihan lain kecuali harus selalu belajar, belajar dan belajar, beradaptasi dengan kemajuan zaman,” tandasnya.
Untuk mewujudkan itu semua, Yekti dan emak-emak Aisyiyah Candi pun berhari-hari mencari banyak referensi dan juga belajar dengan berkunjung ke Laboratorium Fakultas Ilmu Komunikasi Umsida.
“Kemaren didampingi Mas Deni laboran Ilkom (Ilmu Komunikasi) Umsida dikenalkan ruang studio, ruang edit, alat broadcast yang harganya bikin emak-emak melongo,” jelasnya.
Berharap Memiliki Studio untuk Pembelajaran Daring
Di Laboratorium itu mereka diskusi konsultasi desain studio yang pas untuk kebutuhan dakwah emak-emak Aisyiyah ini.
“Ekspetasinya sederhana, ingin memiliki studio broadcast mini yang bisa dimanfaatkan sebagai sarana syiar dakwah Aisyiyah secara online,” terangnya.
Selain itu dia juga berharap dengan adanya studio itu bisa menunjang pembelajaran daring di 7 taman kanak-kanak yang dimiliki Pimpinan Cabang Asiyiyah Candi.
“Kami berharap bisa memiliki studio mini yang simple pengoperasiannya, hasilnya optimal dan tidak berat di budget. Semoga terwujud segera,” harapnya.
Menurutnya, ini semua demi menjaga jati diri sebagai perempuan aktifis dakwah yang tak lelah berproses dan selalu semangat belajar untuk menjadi terbaik. (*)
Penulis Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni