PWMU.CO-Recep Tayyip Erdogan (66) telah mengisi kekosongan pemimpin Islam. Dia menjadi harapan kebangkitan dunia muslim. Sesuai namanya Recep Tayyip berasal dari bahasa Arab Rajab dan Thoyyib. Artinya kemuliaan kebaikan. Sementara Erdogan bahasa Turki yang bermakna pemuda pemberani.
Sosoknya yang tegas, menguasai al-Quran, hidup sederhana, bersih dan latar belakang sejarah negaranya pernah menjadi pusat kejayaan Kekhalifahan Turki Utsmani menjadi gambaran pemimpin yang memenuhi syarat fisik dan spiritual.
Presiden Turki ini pun menjadi pemimpin muslim paling populer. Survei yang dilakukan International Gallup menyebutkan lima pemimpin dunia populer yaitu Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Presiden Russia Vladimir Vladimirovich Putin, Presiden Amerika Serikat Donald Trump, dan Recep Tayyip Erdogan.
Keputusannya mengubah Museum Aya Sofya menjadi masjid lagi bukan hanya sebagai simbol bangkitnya harga diri bangsa Turki tapi juga umat Islam sedunia yang telah dikuyo-kuyo oleh Barat dengan tuduhan teroris.
Munculnya Masjid Aya Sofya yang diresmikan 24 Juli 2020 nanti dengan shalat Jumat menandai berakhirnya era sekulerisasi Turki oleh Presiden Mustafa Kamal Ataturk yang telah berjalan 86 tahun.
Sekulerisasi Mustafa Kamal gagal membawa Turki pada kemajuan tapi ekonominya terus terpuruk. Inflasi tinggi. Cita-cita Turki masuk anggota Masyarakat Eropa (ME) tak kesampaian hingga hari ini. Hanya karena alasan rasis. Turki itu Islam.
Dewan Negara Turki membatalkan dekrit Dewan Kabinet tahun 1934 yang mengubah Hagia Sophia di Istanbul menjadi museum menjadi dasar Presiden Recep Tayyip Erdogan mengubah fungsinya menjadi masjid. Keputusan ini seperti yang dilakukan oleh Sultan Mehmet al Fatih tahun 1453 ketika berhasil menaklukkan Konstantinopel.
Menteri Kehakiman Turki Abdulhamit Gul mengungkapkan Aya Sofya secara hukum dimiliki oleh sebuah yayasan yang didirikan oleh Sultan al-Fatih. ”Menurut undang-undang wakaf, apa yang diwakafkan harus difungsikan sesuai tujuannya,” tutur dia.
Soal reaksi dan kecaman Barat atas keputusannya itu dihadapi Recep Tayyip Erdogan dengan mengatakan keputusan Aya Sofya adalah masalah kedaulatan negara Turki.
Membebaskan Masjidil Aqsha
Setelah membebaskan Aya Sofya dari tindasan sekulerisasi, Recep Tayyip Erdogan berkata akan membebaskan Masjidil Aqsha dari penindasan Israel. Ucapannya ini tentu menyulut semangat kaum muslim yang lama tak berdaya menghadapi Israel didukung oleh Amerika Serikat.
Kini ada orang yang berani bersuara membebaskan Masjidil Aqsha. Suara itu langsung mengenangkan pada peristiwa saat Umar bin Khaththab membebaskan masjid itu dari jajahan Rumawi. Juga mengingatkan Sultan Salahuddin al-Ayubi yang telah membebaskannya dari pasukan Salib.
Recep Tayyip Erdogan menjabat Presiden Turki sejak 2014. Sebelumnya menjabat Perdana Menteri Turki mulai 14 Maret 2003 sampai 28 Agustus 2014.
Partainya Adalet ve Kalkınma Partisi (Partai Keadilan dan Pembangunan) menang besar sejak Pemilu tahun 2002. Partainya memenangkan dua pertiga kursi di parlemen sehingga membentuk pemerintahan partai tunggal.
Mayoritas rakyat Turki mendukungnya karena terbukti ada perbaikan ekonomi, politik, dan pertahanan. Kemenangan ini membuat kelompok sekular membencinya. Terutama dari sebagian militer yang merasa sebagai penjaga sekulerisme.
Setelah kemenangan itu mereka hendak menyingkirkan lewat beberapa kali rencana kudeta. Namun kedahuluan terbongkar. Aksi kudeta benar-benar dilakuka pada 15 Juli 2016 tapi gagal. Rakyat mendukungnya.
Perjalanan Politik
Erdogan memulai berpolitik sejak mahasiswa di Universitas Marmara. Dia aktif di partai Milli Selamet Partisi (Partai Keselamatan Nasional) pimpinan Necmettin Erbakan. Tapi terjadi kudeta militer tahun 1980 semua partai politik dibubarkan.
Erbakan adalah guru politik Erdogan. Setelah referendum tahun 1982 diizinkan mendirikan partai, Erbakan mendirikan Partai Refah. Erdogan menjadi ketua partai ini di Istambul. Dia menjadi walikota ini tahun 1985. Tahun 1991 terpilih menjadi anggota DPR dari Istambul.
Tahun 1996, partai ini menang pemilu. Necmettin Erbakan menjadi Perdana Menteri. Namun tahun 1997 militer mengkudetanya karena dianggap terlalu Islam. Erbakan dilarang berpolitik. Larangan ini juga mengenai Erdogan.
Setelah situasi normal lagi Erdogan mendirikan Adalet
ve Kalkınma Partisi (Partai Keadilan dan Pembangunan) tahun 2001.
Memenangkan Pemilu 2002. Tapi Erdogan harus merelakan Abdullah Gul menjadi
perdana menteri.
Pemilu ulang 2003 barulah dia menjadi Perdana Menteri hingga 2014. Kemudian
Turki mengadakan referendum pemerintahan presidensial tahun 2014. Dalam
pemilihan presiden secara langsung Erdogan memenangkan suara 52 persen.
Di bawah pemerintahan Erdogan pertumbuhan ekonomi Turki konsisten mencapai 6,4 persen setiap tahun. Menggratiskan pendidikan dasar dan menengah untuk anak-anak usia 6-15 tahun. Pendapatan per kapita Turki melesat dari 3.492 dollar menjadi 10.079 dollar.
Turki juga menjadi anggota G-20 yaitu 20 negara dengan perekonomian terkuat di dunia. Militer Turki juga masuk dalam 10 militer terkuat di jagat ini dengan peralatan militer lengkap. Di NATO, menjadi militer terkuat setelah AS. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto