PWMU.CO – Siapa bilang organisasi otonom (ortom) Muhammadiyah tidak ada di kampus negeri? Tengoklah IMM Sepuluh Nopember. Komisariat yang terdiri dari tiga kampus teknik negeri di Surabaya yaitu Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS), Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), dan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS), masih eksis dan mulai menampakkan kebangkitannya.
Tidak mudah memang menjaring kader di lembaga yang bukan Muhammadiyah dan bukan merupakan Perguruan Tinggi Islam. Bila di Universitas Muhammadiyah mahasiswa baru yang masuk langsung diperkenalkan secara resmi oleh pihak kampus dengan salah satu organisasi otonom Muhammadiyah, yaitu Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).
(Baca: Kader Muhammadiyah, Belajarlah ke Luar Negeri seperti Gaharu Meninggalkan Hutan)
Lain halnya yang terjadi di kampus negeri. Seperti yang dialami oleh Addien, Ketua Komisariat IMM Sepuluh Nopember 2015-2016, mengaku mengetahui bahwa di kampus ITS ada IMM ketika sudah memasuki semester 7. “Saya kira IMM hanya ada di kampus Muhammadiyah,” akunya sambil tertawa.
Terlambat lebih baik daripada tidak sama sekali. Addien dengan kelima temannya bersama-sama menghidupkan kembali IMM yang telah lama mati suri di ITS. Dengan menyebut nama Allah akhirnya terbentuklah penerus Komisariat IMM Sepuluh Nopember, gabungan dari kampus ITS, PENS, dan PPNS meskipun dengan kader yang terbatas.
(Baca juga: Saatnya Mahasiswa Jadi Martir Dakwah di Madura dan Berbaur dengan Warga NU IMM Aktualisasikan Nilai Kemanusiaan)
Untuk kepengurusan 2015-2016, IMM Sepuluh Nopember fokus pada penguatan internal dan menggencarkan di media sosial agar para mahasiswa ITS, PENS, dan PPNS mengetahui bahwa di kampus teknik negeri terdapat IMM. Kegiatan rutin yang dilakukan adalah kajian Ayat-ayat Semesta (AAS) dari penulisnya langsung, yaitu Agus Purwanto. Salah satu dosen Fisika ITS yang sekaligus sebagai pembina IMM Sepuluh Nopember. Kajian yang tidak seperti pada umumnya, menjadi daya tarik tersendiri untuk mahasiswa ikut mengkaji kejadian-kejadian alam dilihat dari perspektif Alquran.
Salah satu tolok ukur kesuksesan kepemimpinan adalah terbentuknya penerus perjuangan kepemimpinan tersebut. Meskipun kepengurusan periode 2015-2016 tanpa SK dan pelantikan resmi, kepemimpinan tersebut mampu bergerak dan melahirkan kader baru.
(Baca juga: IMMawati Nurrima Dini Elysa, Ketua IMM Komisariat Psikologi UMSurabaya, Meninggal Akibat Kecelakaan dan Suli Daim Terpilih Lagi sebagai Ketua Fokal IMM Jatim)
Pada hari Ahad (18/9) telah dilaksanakan pelantikan pengurus komisariat IMM Sepuluh Nopember. Inilah kepengurusan pertama setelah pelantikan pengurus terakhir terjadi pada tahun 2013. “Diharapkan ke depan akan terbentuk komisariat-komisariat baru di masing-masing kampus ITS, PENS, dan PPNS”, tutur Visma, Ketua Umum IMM Sepuluh Nopember 2016.
Kebangkitan IMM di kampus ITS disambut dengan senang hati pula oleh Hilmi, salah satu pengurus Pimpinan Cabang Muhammadiyah Sukolilo. “Saya harap para kader bisa berkontribusi besar untuk Muhammadiyah dan masyarakat. Karena potensi kalian yang sangat bagus, terutama di bidang teknologi,” kata Hilmi dalam sambutannya.
Turut hadir dalam acara pelantikan pengurus Komisariat IMM Sepuluh Nopember Bahrul Amiq, Ketua Umum PC IMM Surabaya periode 2016-2017 beserta jajarannya, Najih Prasetyo salah satu pengurus DPP IMM, dan kader IMM sekota Surabaya. Amiq menyampaikan bahwa naik turunnya suatu gerakan memang wajar. Seperti itulah dinamika organisasi. Tetapi diharapkan IMM Sepuluh Nopember dapat terus bergerak. Dan tidak menutup kemungkinan akan lahir pula IMM di kampus ITATS, UPN, dan universitas-universitas lain di Surabaya. (Dwi Putri Miftahus Sa’adah)