PWMU.CO– Resesi ekonomi di ambang banjir. Singapura, Korsel, Hong Kong, dan Jerman sudah tercebur. Menkeu Sri Mulyani mengatakan Indonesia lampu kuning. Rizal Ramli mengatakan kita sudah masuk.
”Resesi itu definisinya pertumbuhannya negatif. Kuartal ini kita negatif, kuartal depan juga bakal negatif,” kata Menko Perkenomian di Era Presiden Gus Dur ini.
”Jadi, kita ini sudah resesi. Daya beli nggak ada, pengangguran naik, krisis kesehatan, ya resesilah,” kata ekonom senior ini dalam sebuah diskusi virtual seperti diberitakan Detik.com, 16 Juli lalu.
Pemerintah memang telah merevisi pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2020 dari -3,8 persen menjadi -4,3 persen. Faisal Basri, ekonom senior Indef dan UI, juga sependapat dengan Rizal Ramli bahwa kita sudah resesi.
”Kalau resesi sudah deh sudah hampir pasti. Jadi yang penting recovery-nya, bukan diskusi resesi atau tidak. Bagaimana caranya resesi yang cethek, tidak dalam,” katanya seperti diberitakan CNN, 27 Juli lalu.
Apa yang perlu kita siapkan? Mental. Bahwa krisis seperti yang terjadi pada krismon 1998 dulu atau lebih buruk lagi bakal terjadi. Jangan kaget, kalau nanti akan serba sulit. Lebih baik siap mulai sekarang. Siap apa?
Tips hadapi Resesi Ekonomi
Inilah tips sikapi resesi ekonomi dari Kabrina Rian Ferdiani yang dimuat ModalRakyat 14 Februari 2020 dan beberapa tambahan dari saya.
1. Punya asuransi. Terutama kesehatan dan jiwa.
2. Siap-siap dana darurat. Setidaknya aman untuk keperluan 3-6 bulan. Semakin panjang, semakin aman. Istilah Abah Dahlan Iskan matab: makan tabungan. Diawet-awet. Jangan boros.
3. Temukan cara memotong anggaran bulanan. Misalnya, apa masih perlu ke pusat kebugaran, apa masih perlu beli sepatu baru, apa masih perlu beli parfum mahal, apa masih perlu mencucikan sepatu, apa masih perlu ke laundry dan sebagainya.
Tapi, kalau tidak ada yang ke laundry bagaimana karyawan laundrynya, bagaimana karyawan cuci sepatunya. Percayalah, masih ada orang yang uangnya berlebih yang akan ke sana. Sementara, kita yang pas-pasan, cuci sendiri saja dulu. Cuci mobil sendiri saja, setrika sendiri saja. Hitung-hitung sambil menggerakkan badan.
4. Mencari sumber penghasilan baru, misalnya berdagang online dan sebagainya. Tak perlu malu-malu semua memahami situasinya sulit. Bisa bikin peyek jual peyek, bisa bikin ketan punel jual ketan punel, ahli gurami bakar, jual. Lagi panen mangga di rumah, jual mangga. Orang yang longgar keuangannya bakal memahami dan berniat membantu. Inilah sifat gotong royong warisan luhur bangsa ini. Bahasa agamanya: ta’awwun, saling tolong menolong dalam kebajikan. Reward dari Tuhan tinggi sekali. Menolong kawan dalam kesulitan.
5. Lunasi utang yang berbunga tinggi. Istirahatkan dulu kartu kredit Anda. Hidup biasa saja, bukan saatnya untuk bergaya. Istilahnya back to sego pecel. Sehat, murah meriah.
Jaga Jaringan Pertemanan
6. Jaga jaringan, jaga pertemanan. Siapa tahu teman yang bisnisnya moncer karena pandemi bisa membantu teman yang terpuruk karena pandemi. Inilah pentingnya kita berteman dan jangan pernah sekalipun menyakiti teman. Teman indeed akan tetap datang membantu. Percayalah.
7. Investasi. Di kala orang cenderung menggenggam erat uangnya untuk dana darurat, yang masih diberi kelonggaran dana, bisa investasi dengan harga terbaik. Tentu saja, jika ada duit. Mungkin Anda akan bilang: boro-boro inves, makan saja sulit! Mohon maaf. Sekadar memberikan tips yang lengkap. Cool!
8. Sudah menanam sayur yang gampang perawatannya seperti bayam, sawi, kangkung? Modalnya hanya bibit eceran Rp 5 ribuan, masukkan pot atau plastik polybag. Syaratnya cuma satu: mau. Selain makanan sehat, juga punya kegiatan positif. Setiap pagi pasti ditengok, pasti disirami. Begitu subur, hatinya senang, badan sehat.
9. Jangan sakit. Jauhi covid. Diikhtiari dengan olahraga tiap hari, hidup sehat, tidak begadang, tidak keluyuran, makan sayur, buah, dan dekat sama Allah agar tenang.
10. Puasa. Itulah cara nabi jika tidak ada makanan di rumah. Irit, sehat, dan berpahala.
Semoga kita semua selamat dari ujian berat ini. Jangan merasa berat sendiri, semua berat, semua prihatin. Badai pasti berlalu, kawan. Salam!
Penulis Ali Murtadlo Editor Sugeng Purwanto