PWMU.CO– Naskah proklamasi tulisan Bung Karno yang terdapat beberapa coretan koreksi hampir saja hilang di tempat sampah kalau saja tidak diselamatkan oleh BM Diah, wartawan Asia Raya.
Ceritanya, setelah Bung Karno, Bung Hatta, dan Ahmad Subardjo selesai merumuskan naskah proklamasi di rumah Laksamana Tadashi Maeda Jl. Meiji Dori (Imam Bonjol 1) dini hari, dia memanggil Sayuti Melik untuk mengetiknya.
Sayuti segera mengambil naskah itu dan mengetik di ruang dekat dapur ditemani Burhanudin Mohammad Diah alias BM Diah.
Setelah konsep selesai diketik, lantas dia tinggalkan begitu saja kertas itu di meja. Dia buru-buru menyerahkan teks proklamasi ketikan kepada Bung Karno yang segera membacakan di depan rapat PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
Kemudian Sayuti kembali ke meja, ternyata tidak menemukan lagi kertasnya. ”Saya beranggapan konsep yang ditulis tangan oleh Bung Karno itu telah hilang, mungkin sudah sampai di tempat sampah dan musnah,” kata Sayuti.
Ternyata dugaan Sayuti salah. BM Diah yang berdiri di belakangnya saat dia mengetik memberikan perhatian terhadap kertas naskah tulisan Bung Karno.
Ketika Sayuti meninggalkan mejanya, BM Diah melihat lagi ke meja itu. ”Saya melihat teks asli itu tergolek di meja. Karena rasa gembira, teks asli itu terlupakan. Kertas itu kemudian saya ambil, saya lipat baik-baik dan kemudian saya masukkan ke dalam kantung,” cerita BM Diah dalam buku BM Diah, Wartawan Serba Bisa.
Dia mengatakan, 47 tahun lamanya dia simpan teks asli itu dan selalu dibawa ke mana saja saat berkeliling dunia. Dia baru menyerahkan naskah konsep proklamasi tulisan tangan Bung Karno itu kepada Presiden Soeharto pada 1993.
Perubahan Naskah
Teks proklamasi tulisan tangan Bung Karno yang ada coretannya agak berbeda dengan naskah ketikan. Aslinya teks tulisan tangan Bung Karno seperti ini.
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-2 jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., dioesahakan dengan tjara saksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta,17-8- ‘05
Wakil2 bangsa Indonesia
Dalam rapat, kata pemindahan dicoret diganti penjerahan yang ditulis di atasnya. Kemudian kata itu dikoreksi lagi dirasakan lebih tepat memakai kata pemindahan. Maka kembali Bung Karno mencoret kata penjerahan diganti pemindahan yang ditulis di bawahnya.
Kemudian kata dioesahakan dicoret diubah menjadi diselenggarakan. Hanya di dua kata itu yang dicorat-coret. Setelah disepakati lalu diketik oleh Sayuti.
Ternyata saat mengetik Sayuti membuat perubahan. Dengan pertimbangan ejaan dan penegasan isi.
Perubahan ejaan terjadi pada kata tempoh menjadi tempo. Kemudian dia juga mengubah penulisan tanggal Djakarta, 17-8-‘05 menjadi Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05.
Jika Anda bertanya kenapa angka tahun ditulis ’05, itu merujuk tahun Showa Jepang yang diberlakukan saat itu yaitu 2605 disingkat ’05. Sama dengan tahun 1945.
Terakhir Sayuti mengubah kata Wakil2 bangsa Indonesia diganti Atas nama Bangsa Indonesia dengan menambahkan di bawahnya nama Soekarno-Hatta. Di bawah nama ini Bung Karno dan Bung Hatta memberikan tanda tangan.
Naskah Otentik Hanya Satu
Itulah yang kemudian menjadi naskah proklamasi otentik. Hanya ada satu karena Sayuti mengetik tanpa rangkap. Sementara yang naskah tulisan tangan juga menjadi kertas bersejarah karena bisa menceritakan bagaimana naskah itu dirumuskan.
Naskah ketikan itu yang dibaca Bung Karno saat Proklamasi Kemerdekaan di Pegangsaan Timur 56 Jakarta pukul 10 pagi yang dihadiri sekitar seratus orang.
Sayuti Melik menuturkan,”Saya berani mengubah ejaan itu karena saya dulu pernah sekolah guru. Jadi kalau soal ejaan bahasa Indonesia saya merasa lebih mengetahui daripada Bung Karno,” kata Sayuti Melik.
Dari naskah asli itu kemudian para wartawan yang juga hadir waktu rapat PPKI di rumah Maeda diminta oleh Bung Hatta untuk menyalin lalu disebarkan lewat radio dan koran serta disebarkan ke seluruh wilayah Indonesia. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto