Banting Setir ala Tan Mei Hwa tulisan Ali Murtadlo, wartawan senior di Surabaya.
PWMU.CO–Tan Mei Hwa berbagi pelajaran kepada kita. Kali ini bukan pengajian seperti biasanya yang sering kita saksikan lewat JTV dan pengajian umumnya yang di-youtube-kan. Kali ini pelajaran bisnis. Dia jual rica-rica menthok pedas di daerah Tandes dekat rumahnya di Benowo.
Ketika pandemi belum mereda, dan pengajian umum masih dilarang mencegah penularan covid-19, dia tak mau menunggu. Dia langsung move on. Jual makanan. Kebetulan darah Sulawesinya membuat dia pintar memasak. Setiap pagi, warung mobilnya selalu ramai. Pukul 8 pagi biasanya sudah habis. Pukul 9 pagi warmobnya sudah pulang.
Apa pelajarannya? Pertama, banting setir. Move on. Meski di mana-mana dikenal sebagai ustadzah, dia tak canggung jualan di emperan toko yang masih tutup.
”Malah banyak yang menyapa, Nyai Tan Mei Hwa, lama gak ketemu di pengajian,” kata penceramah yang masuk Islam sejak SMA ini menirukan jamaah yang jadi pelanggan tetapnya.
Kedua, cepat move on. Tak perlu menunggu pandemi covid-19 reda. Nyatanya, situasinya seperti menggoda kita. Ketika sekolah mau diuji coba masuk, pandemi memburuk lagi. Ketika dilonggarkan agar bisnis berjalan normal, yang terjangkit lebih banyak lagi. Jatuh korban lagi. Bahkan di antaranya pejabat dan dokter.
”Melihat keadaannya seperti ini, saya langsung banting setir. Jual makanan. Saya pilih rica-rica menthok karena kolesterolnya tidak tinggi,” katanya.
Semua Terhenti
Menurut ustadzah berusia 52 tahun ini, kegiatannya memang sangat terdampak covid. Selain pengajian rutinnya, Majelis Dzikir Az-Zahra yang dikelolanya setiap Ahad di rumahnya, juga terhenti. Begitu juga biro perjalanan haji dan umrah yang dikelola suaminya, belum ada kegiatan karena Makkah dan Madinah masih sangat dibatasi.
Sudahkah kita seperti Tan Mei Hwa? Segera beralih dan berbuat sesuatu? Atau masih menunggu situasinya mereda dulu? Yang jelas, sudah enam bulan ini situasi reda yang kita tunggu-tunggu itu belum kunjung datang juga.
Kelas Pizza-Hut saja mau move on. Ketika orang enggan mampir ke restorannya karena takut kerumunan, mereka menjemputnya di jalan-jalan dengan paket khususnya.
Ada juga yang mengambil langkah ekstrem. Karena game-online di warnetnya dibatasi jam buka, ada yang menyewakan ke mahasiswa-mahasiswa yang selama ini menjadi pelanggannya ke rumah. Jadi, bisa main game di rumah, sambil mengerjakan tugas kuliah. Move on. Come on!
Editor Sugeng Purwanto