PWMU.CO– Sanksi boikot kepada Bani Hasyim yang berjalan tiga tahun akhirnya dirobek-robek oleh pimpinan Qurays Mekkah. Sebab boikot itu ternyata tak menghentikan dakwah Nabi Muhammad saw. Bani Hasyim berani menderita demi membela warganya, Muhammad, yang terpilih jadi nabi.
Hisyam bin Amr berpendapat, boikot Bani Hasyim itu sudah gagal membendung tersebarnya Islam. Dampaknya justru menyengsarakan warganya. Padahal dia punya saudara seibu dari Bani Hasyim yang hidupnya makin sengsara.
Dia menjadi tidak tega. Dia beberapa kali mendatangi tempat berkumpulnya Bani Hasyim di syi’b, celah di antara gunung Abu Qubais dan Khandamah, di Mekkah membagikan makanan. Selama pemboikotan warga Bani Hasyim ini tinggal di situ.
Pada hari yang lain ia datang mengangkut gandum untuk mereka. Di tahun akhir pemboikotan, orang sudah mengabaikan sanksi itu sehingga warga Mekkah tak peduli bantuan Hisyam bin Amr kepada Bani Hasyim.
Lima Orang Sepakat Cabut Boikot
Buku Sirah Ibnu Hisyam berkisah, suatu hari dia menemui Zuhair bin Abu Umaiyyah, anak Atikah binti Abdul Muththalib. Hisyam berkata,” Hai Zuhair, apakah kamu rela, kamu bisa makan, berpakaian, menikahi wanita-wanita, sedang paman-paman dari jalur ibumu tidak boleh jual beli, tidak boleh menikah dan tidak boleh menikahkan putri-putri kepada bani lain?”
Zuhair mengatakan, jika didukung orang lain, dia pasti membatalkan shahifah perjanjian boikot yang ditempel di Kakbah. Hisyam langsung menyela,” Saya mendukungmu.”
Zuhair berkata,”Carilah orang ketiga.”
Hisyam mendatangi Muth’im bin Adi menyampaikan maksudnya. Dia sepakat tapi minta mencari orang keempat. Hisyam mengajak Abu al-Bakhtari bin Hisyam. Dia juga sepakat tapi minta mencari orang kelima.
Hisyam mengajak Zam’ah bin Aswad bin Al-Muththalib. Dia juga sepakat. Lima orang sudah cukup.
Mereka berjanji bertemu di samping al-Hajun di Makkah Atas si suatu malam. Dalam pertemuan itu mereka sepakati membatalkan shahifah perjanjian boikot besok pagi. ”Aku yang pertama kali berbicara,” kata Zuhair.
Esok harinya, mereka berlima pergi ke Kakbah. Zuhair mengenakan pakaian kebesarannya. la lebih dulu thawaf tujuh kali. Kemudian menemui orang-orang Quraisy dan berkata,”Hai orang-orang Makkah, pantaskah kita makan dan mengenakan pakaian, sedang Bani Hasyim binasa diboikot jual-beli. Demi Allah, saya tidak akan duduk hingga shahifah ini dholim ini dirobek.”
Abu Jahal Protes
Abu Jahal yang berdiri di pojok menyela,”Demi Allah, kamu bohong. Shahifah ini tidak boleh dirobek.”
Zam’ah bin Al-Aswad segera menyanggah. ”Kamu lebih bohong, Abu Jahal. Kita tidak setuju shahifah boikot ini sejak awal. Kamu yang ngotot.”
Abu al-Bakhtari menambahkan,” Zam’ah berkata benar. Kita tidak rela apa yang ditulis di dalamnya dan kita tidak mengakuinya.”
Muth’im bin Adi menegaskan,”Kalian berdua berkata benar. Orang yang tidak berkata seperti kalian berdua adalah pembohong. Kita lepas tangan kepada Allah dari shahifah boikot ini.”
Hisyam bin Amr juga berkata seperti itu. Abu Jahal merasa terpojok. ”Masalah ini telah diputuskan dan kalian ikut di dalamnya.”
Rayap Utusan Allah
Abu Thalib saat itu ada di pojok masjid menyaksikan semua yang terjadi. Kemudian Muth’im berjalan menuju shahifah boikot. Dia mengambilnya dari dinding Kakbah. Tampak lembaran itu ada bagian yang dimakan rayap kecuali tulisan dengan nama Allah. Lalu dia merobek-robek lembaran itu.
Menyaksikan pembatalan shahifah, Abu Thalib memuji lima sekawan yang mengakhiri sanksi boikot yang telah berlangsung tiga tahun.
Sebenarnya sebelum peristiwa itu terjadi, Abu Thalib mendapat cerita Rasulullah. ”Paman, sesungguhnya Allah telah mengirim rayap-rayap memakan lembaran itu. Rayap-rayap membiarkan tulisan nama Allah di shahifah. Rayap-rayap itu telah menghapus kedholiman.”
”Apakah Tuhanmu memberitahumu tentang ini?” tanya Abu Thalib.
Rasulullah berkata,”Ya.”
Abu Thalib berkomentar,”Padahal tidak ada seorang pun yang masuk menemuimu.”
Abu Thalib keluar menuju menemui orang-orang Quraisy. ”Hai orang-orang Quraisy, sesungguhnya kemenakanku memberitahuku tentang shahifah. Mari kita pergi melihatnya. Jika kondisi shahifah persis seperti yang dikatakannya, maka akhiri boikot ini,” katanya. ”Jika kemenakanku berkata bohong, maka akan aku serahkan dia kepada kalian.”
Orang-orang Quraisy sepakat. Mereka beramai-ramai menuju Kakbah bersamaan dengan kedatangan lima sekawan tadi. Abu Thalib menyaksikan kejadian itu persis seperti yang disampaikan kemenakannya. Hari itu terjadi pembatalan sanksi boikot. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto
Discussion about this post