PWMU.CO– Mesin ketik portable warna krem itu masih tersimpan rapi di lemari Komisariat HMI Thariq bin Ziyad Tarbiyah IAIN Tulungagung di Tanjungsari, Kec. Boyolangu. Ada tanda INV. CABANG HMI di tutupnya. Artinya, barang itu inventaris Cabang HMI Tulungagung.
Walaupun sekarang barang itu tak berfungsi sejak ada komputer dan laptop tapi menyimpan banyak kenangan bagi aktivis HMI mulai tahun 1995 hingga beberapa generasi selanjutnya.
Mesin ketik merk Brother itu pemberian Abdul Malik Fadjar yang waktu itu menjabat Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Barang ini sering dipinjam aktivis mahasiswa.
Meninggalnya Menteri Agama dan Menteri Pendidikan zaman Reformasi itu pada Senin (7/9/2020) malam, membuka kembali kenangan Muhammad Isa Ansori kepada Malik Fadjar dan benda itu. Isa pernah menjadi ketua HMI Cabang Tulungagung tahun 1997-1998.
”Mesin ketik itu hasil lobi anak-anak HMI usai mengadakan seminar dengan Pak Malik Fadjar sebagai narasumber,” cerita Muhammad Isa Ansori , Ketua Lazismu Pacitan.
Malik Fadjar Datangi Sekretariat HMI
Dia menuturkan, saat itu dia masih menjadi wakil sekretaris bidang Bidang Pembinaan Anggota HMI IAIN Tulungagung. Sekitar tahun 1995, ada acara seminar di kampus mengundang Prof Malik Fadjar sebagai pembicara.
Setelah seminar, aktivis HMI memohon Prof Malik Fadjar menyempatkan singgah di sekretariat HMI. ”Alhamdulillah beliau bersedia,” katanya. Setelah melihat kondisi sekretariat, aktivis mahasiswa bercerita soal kesulitan mengetik surat dan laporan. Mereka meminta Malik Fadjar bisa menyumbang komputer.
Mendengar permintaan itu, Malik Fadjar memberi pertimbangan, komputer harganya mahal karena belum produksi massal. Pemeliharaannya juga mahal, mahasiswa tidak mungkin mampu merawat kalau ada kerusakan.
”Kalau mesin ketik ada. Silakan ambil di rumah,” kata Pak Malik. Menurutnya, kalau hanya mengelola administrasi organisasi cukup dengan mesin ketik.
Tak pakai lama Isa Ansori langsung berangkat ke UMM. Diterima dengan ramah oleh Malik fadjar. Lalu Pak Malik meminta sopirnya mengantarkan Isa ke rumah untuk mengambil mesin ketik warna krem yang masih tampak baru.
Mengetik Makalah dan Skripsi
Mesin itulah yang kemudian dipakai membuat surat dan proposal organisasi. Juga sering dipinjam untuk mengetik makalah tugas kuliah, karya ilmiah, artikel, dan menulis skripsi oleh para aktivis.
”Banyak karya tulis yang lahir dari mesin ketik ini. Semoga menjadi amal jariyah Pak Malik,” ujar Tauhid Wijaya, aktivis HMI Tulungagung yang sekarang menjadi Kepala Biro Radar Kediri.
Dia akan meminta pengurus HMI sekarang segera mengamankan benda berharga itu. ”Benda monumental dan memorable,” ujar Ketua Cabang HMI Tulungagung periode 1998-1999.
Isa Ansori punya kenangan sosok Pak Malik saat mengunjungi rumahnya. Ternyata orang dan rumahnya sederhana meskipun kampus yang dipimpinnya sangat megah. Koleksi bukunya sangat banyak. Rak bukunya hampir memenuhi semua sisi rumah. (*)
Penulis Muh. Isa Ansori Editor Sugeng Purwanto