PWMU.CO – Begini tahun ajaran baru di Hongaria yang berbeda dengan Indonesia. Bukan hanya dari bahasa pengantar, namun juga dari awal masuk dan tingkatannya.
Tahun ajaran baru di Hongaria pada hari pertama masuk sekolah dimulai Selasa awal September (1/9/2020), setelah libur musim panas (summer break) dan masuk ketika akan musim gugur (autumn). Berbeda dengan di Indonesia yang biasanya tahun ajaran baru dimulai setiap pertengahan Juli.
Pada tahun ajaran baru ini sekolah-sekolah di Hongaria sudah mulai dibuka dan tetap pemberlakuan protokol kesehatan sesuai kebijakan pemerintah Hongaria. Hal ini seperti yang dinyatakan Alfi Ziyad Ahmad, salah seorang siswa Maarif Általános Iskola és Gimnázium Budapest, Hongaria, yang baru mengikuti tahun ajaran baru di sekolah ini.
“Hari Selasa 1 September 2020 adalah hari pertama saya masuk sekolah di Hongaria, yang sebelumnya selama enam bulan semenjak Corona. Yaitu mulai bulan Maret sampai Agustus 2020 hanya mengikuti sekolah dengan sistem online dan libur musim panas (summer break),” ujar Alfi alumnus SD Kreatif Muhammadiyah 16 Surabaya.
Hanya Dua Tingkatan
Sistem pendidikan di Hongaria berbeda dengan di Indonesia. Sistem pendidikan di Hongaria hanya ada dua tingkatan yaitu sekolah dasar (Általános Iskola) 8 tahun (kelas 1-8) dan sekolah menengah (Gimnázium) 4 tahun (Kelas 9-12). Sedangkan sistem di Indonesia ada tiga tingkatan yaitu sekolah dasar 6 tahun (Kelas 1-6), SMP 3 tahun (Kelas 7-9) dan SMA 3 tahun (Kelas 10-12).
Di hari pertama masuk tahun ajaran baru, rata-rata siswa di Hongaria memakai atasan putih dan bawahan hitam, namun di hari berikutnya dan setiap hari siswa memakai seragam bebas. Di Hongaria setiap guru dan murid tidak diwajibkan untuk memakai pakaian seragam. Para siswa dibebaskan berkreativitas untuk berpakaian ke sekolah, asal tetap rapi dan bermoral. Begitu pula dengan para guru.
Hal ini juga diterapkan di Maarif Általános Iskola és Gimnázium (Maarif Primary and High School Hungary). Sekolah ini adalah salah satu sekolah yang didirikan negara Turki di bawah naungan Turkish Maarif Foundation di Budapest, Hongaria. Merupakan salah satu bentuk kerja sama antara Pemerintah Turki dengan Pemerintah Hongaria dalam bidang pendidikan.
Tradisi hari pertama sekolah di Maarif ini, para siswa disambut dengan tetap menggunakan masker serta protokol kesehatan dan social distance. Para siswa dan wali siswa mengikuti kegiatan opening ceremony di lapangan. Yang dimulai dengan sambutan kepala sekolah dan dilanjutkan penampilan siswa-siswi, kemudian perkenalan masing-masing guru.
Tidak Full-Day School
Siswa masuk mulai pukul 08.00 pagi hingga 13.25 siang. Jadi pembelajaran setiap harinya sekitar 5-6 jam. Jadwal pelajaran dibagi melalui email dengan lima hingga enam mata pelajaran dalam sehari. Setiap mata pelajaran sekitar 45 menit dan setiap pergantian mapel ada istirahat 10 menit.
Sedangkan mata pelajaran yang diajarkan di sekolah Maarif untuk jenjang Sekolah Menengah (Gimnázium) yaitu Kimia (Kémia), Biologi (Biológia), Matematika, Geografi (Földrajz), Sejarah (történelem), Pendidikan Jasmani (Testnevelés), Bahasa Hongaria (Magyar), Bahasa Spanyol (Spanish), Bahasa Inggris (Angol), Menyanyi (Ének), studi alam (Természetismeret) dan Bahasa Turki.
Rata-rata seluruh siswa Maarif berasal dari berbagai negara dan latar belakang budaya yang berbeda. Hal ini sesuai yang disampaikan Alfi Ziyad Ahmad yang juga alumnus Al-Wahda Arab Iskola Budapest Hongaria, “Satu kelas teman-temanku hanya sembilan orang dan dari berbagai negara, ada yang dari negara Turki, Cina, Iran, Syiria, Mongolia, Vietnam, Hongaria dan saya sendiri dari Indonesia,” ungkap Alfi.
Pembelajaran Bilingual
Sistem kurikulum sekolah Maarif sesuai dengan kurikulum Hongaria dan metode pembelajarannya bilingual yakni guru-guru Maarif setiap dalam pengajarannya menggunakan bahasa Hongaria (Magyar) dan bahasa Inggris.
Hal tersebut dibenarkan Roisatul Wafiyah Al-Afifah, siswa kelas 10 (10.osztály) di sekolah Maarif. ”Rata-rata guru Maarif setiap kali mengajar, menulis pelajaran di papan tulis menggunakan bahasa Hongaria (Magyar). Tetapi ketika menjelaskan menggunakan bahasa Inggris,” tuturnya.
Salah seorang gurunya yang bernama Miss Monika, mengajar Bahasa Spanyol (Spanish) selalu menggunakan bahasa Bahasa Spanyol, lalu menerjemahkannya ke dalam bahasa Magyar dan Bahasa Inggris. “Ya itulah tantangan kalau sekolah di luar negeri, selain kita harus bisa berbahasa Inggris, kita juga harus bisa sedikit belajar berbagai macam bahasa dan budaya seluruh dunia,” tambah Wafi.
Selain dalam pelajaran, lanjut Wafi, pada percakapan dengan teman-temannya pun menggunakan beragam bahasa. “Selain menggunakan bahasa Inggris, saya juga belajar berbagai macam bahasa dunia seperti Magyar, Spanish, Mongolia, bahasa Cina, bahasaTurki, dan juga bahasa Arab. Karena teman-temanku yang berasal dari Yordania, Syiria dan Yaman kesehariannya mereka juga menggunakan bahasa Arab. Jadi meskipun di Eropa juga harus bisa berbahasa Arab,” kata Wafi yang juga alumnus SMP Muhammadiyah 1 Taman Sidoarjo itu. (*)
Penulis Nurul Musdholifah. Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni