PWMU.CO– Jakob Oetama, Pemimpin Umum Harian Kompas, meninggal dunia di usia 88 tahun di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta, Rabu (9/9/2020) pukul 13:05.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan bela sungkawa atas meninggalnya pendiri Kompas Gramedia itu. Jenazahnya dimakamkan di TMP Kalibata Jakarta.
Haedar Nashir mengatakan, Jakob Oetama pernah menjadi narasumber dalam sidang Tanwir Muhammadiyah Januari 2002 di Denpasar Bali. ”Ketika itu dia membahas dakwah kultural dan kebudayaan Indonesia masa depan,” kata Haedar.
Menurut dia, Jakob Oetama semasa hidupnya mengabdi penuh untuk kemajuan dunia pers Indonesia sekaligus menyuarakan pikiran-pikiran maju yang mencerdaskan bangsa.
”Saya berjumpa dan berdiskusi beberapa kali dengan Pak Jakob, dapat menimba kearifan dan kedalaman berpikir yang maqamnya melampaui insan pers tetapi menjelma sebagai tokoh bangsa yang visioner dalam kemajuan pemikiran keindonesiaan,” tuturnya.
Ketika sudah mulai uzur, terakhir Haedar sempat mengunjunginya. Dia terkesan dengan memorinya tentang sejarah perjalanan bangsa masih kuat. Pemikiran tentang nilai-nilai kemanusiaan utama sangat mengemuka. ”Bangsa Indonesia kehilangan pemikir dan tokoh kebudayaan Indonesia berwawasan melintasi zaman. Selamat jalan Pak Jakob Oetama,” ucap Haedar.
Legenda Pers
Jakob Oetama tokoh pers nasional lahir pada 27 September 1931 di Desa Jowahan, Borobudur, Jawa Tengah. Setelah lulus SMA Seminari Yogya inginnya menjadi pastor. Tapi dia harus mencari uang untuk membantu keluarganya sehingga menjadi guru di sekolah Katholik Jakarta.
Ayahnya Raymundus Josef Sandiyo Brotosoesiswo, pensiunan guru Sekolah Rakyat di Sleman, Yogyakarta. Ibunya bernama Margaretha Kartonah. Jakob putra pertama dari 13 bersaudara.
Saat di Jakarta diserahi Majalah Penabur di Jakarta. Kemudian memperdalam jurnalistik dengan kuliah di Perguruan Tinggi Publisistik, Jakarta lulus 1959. Melanjutkan kuliah ke Jurusan Publisistik FISIP UGM Yogya lulus tahun 1961.
Tahun 1963, bersama rekannya Petrus Kanisius Ojong (PK Ojong), dia menerbitkan majalah Intisari. Dari Majalah Intisari ini kemudian melahirkan Harian Kompas. Setelah itu beranak pinak menerbitkan banyak majalah dan buku.
”Bapak Jakob Oetama adalah legenda, jurnalis sejati yang tidak hanya meninggalkan nama baik, tetapi juga kebanggaan serta nilai-nilai kehidupan bagi Kompas Gramedia,” kata Corporate Communication Director Kompas Gramedia Rusdi Amral dalam pers rilisnya.
Rusdi mengatakan, sosok Jakob merupakan teladan dalam profesi wartawan. Menurutnya karya yang dilahirkan Jakob turut mengukir sejarah jurnalistik bangsa Indonesia. ”Walaupun kini beliau telah tiada, nilai dan idealismenya akan tetap hidup dan abadi selamanya,” ujarnya. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto