PWMU.CO – Muhammadiyah, belakangan ini, telah memopulerkan istilah “Jihad Digital”. MATAN, majalah bulanan terbitan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim bahkan pernah menjadikan jihad digital itu sebagai tema utama. Dari dulu hingga sekarang, Muhammadiyah memang selalu lebih maju dan mendahului.
Era digital ini unik. Semua yang dulu terkesan rumit, menjadi serba mudah. Cepat. Ya, tentu melalui internet. Jarak jauh seolah dekat. Terutama sekali ketika booming sosial media atau biasa disingkat sosmed–bisa juga dibalik: media sosial atau medsos.
Sosmed adalah suatu media online yang penggunanya dapat dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi. Sosmed meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum, dan dunia virtual. Sekarang ini, sosmed yang paling digandrungi netizen Indonesia adalah Facebook, Instagram, MySpace, Twitter, dan LinkedIn.
(Baca: Etika Ber-Medsos Umat Islam Masih Mengkhawatirkan)
Ada banyak manfaat menggunakan sosmed, sebagaimana mudaratnya juga ada. Apa gerangan di dunia ini yang tidak memiliki sisi manfaat dan mudarat. Tinggal tergantung kita.
Di antara manfaat sosmed jelas memudahkan hubungan dengan orang lain. Bagi pemilik akun sosmed, tidak susah menemukan teman atau kerabat lama. Kendati terpaut jarak antarnegara, bahkan antarbenua. Berkat sosmed, berkomunikasi dengan mereka adalah mudah dan tanpa biaya.
Menariknya, melalui sosmed, orang bisa mendirikan komunitas berdasarkan kesamaan hobi atau profesi. Para anggotanya bisa sharing dan berbagi inspirasi. Muncullah ide-ide cerdas. Bahkan, sosmed juga menjadi sarana bisnis yang ampuh. Banyak sekali iklan-iklan produk yang dilewatkan sosmed. “Iklan lewat sosmed lebih manjur ketimbang lewat spanduk atau media massa,” tutur seorang teman pengusaha.
(Baca juga: Situs On Line yang Didoakan Masuk Surga)
Manfaat lain, sosmed dapat menjadi ajang curhat. Segala ungkapan perasaan, biasa ditulis di sosmed. Jika rutin dilakukan, akan menjadikan kita terlatih menulis. Dan, kalau tulisan-tulisan tadi inspiratif dan layak baca, bukan mustahil ada penerbit yang berkenan membukukannya. Saya sendiri berulang kali punya pengalaman demikian. Beberapa buku saya, bahan dasarnya, adalah dari status-status saya di Facebook.
Kebetulan saya memang membiasakan diri menulis setiap hari. Entah saya posting atau tidak. Setiap hari saya menulis. Pendek atau panjang. Saya tidak peduli bagus atau tidak. Layak terbit atau tidak. Yang penting, saya terus menulis. Syukur, selalu ada penerbit yang mau menerbitkan tulisan-tulisan saya.
Kebiasaan begitu saya lakukan sejak ada sosmed. Dulu, saya menulis untuk saya kirimkan ke media massa, sekarang saya menulis untuk saya muat sendiri di Facebook. Sesekali saja saya kirim ke media massa, kalau ada pesanan dari media bersangkutan.
(Baca juga: Muhammadiyah Jatim Lahirkan Mujahid Digital)
Bagi saya, dan tentu juga yang dikehendaki Muhammadiyah, sosmed dapat digunakan sebagai media dakwah. Kalau berceramah, mungkin pendengarnya puluhan atau ratusan. Tetapi kalau dilewatkan tulisan di sosmed, pemirsanya bisa lebih banyak. Orang di negeri jauh juga bisa membaca. Mungkin tulisan itu biasa saja, namun kalau kebetulan “klik” dengan suasana hati pembacanya, tulisan tadi akan sangat menyentuh. Siapa tahu, dapat menjadi amal jariah bagi penulisnya.
Sosmed juga menjadi tempat belajar dan sharing pemikiran. Juga, sosmed sarana menambah saudara. Tidak jarang, pertemanan akrab, mulanya adalah berjumpa di sosmed. Saya sendiri sampai mendapat undangan umrah gratis dari seorang ulama yang bertugas di Jeddah juga berawal dari perkenalan dan diskusi ilmu melalui sosmed. Alhamdulillah.
(Baca juga: Jihad Digital untuk Menebar Kebaikan di Dunia Maya)
Saya kira masih banyak lagi manfaat yang Anda alami terkait sosmed ini. Terakhir, semoga catatan singkat ini memantik Anda untuk memanfaatkan sosmed secara positif. Sebagaimana spirit yang telah digelorakan Muhammadiyah, mari gunakan sosmed sebagai sarana dakwah. Itulah jihad digital.
Menebarkan wawasan dan ilmu dengan berbagi tulisan, gambar, suara, atau video. Apa saja sesuai kemampuan dan kesukaan. Meme juga monggo. Asalkan mencerdaskan dan mencerahkan. Ini era kemajuan. Jangan sampai ada di antara kita, orang Muhammadiyah ini, yang buta atau sengaja menutup diri dari teknologi masa kini. (*)
Kolom M Husnaini, Ketua Majelis Pustaka dan Informasi PCM Solokuro Lamongan