PWMU.CO – Imam Shamsi Ali mengungkapkan bahwa jihad adalah konsep konstruktif dan positif. Hal itu dia sampaikan pada acara puncak milad ke-55 SMA Muhammadiyah 1 alias Smamsatu Gresik melalui Zoom, Senin (7/9/20).
Imam Masjid Islamic Center New York itu menjelaskan, untuk membangun generasi baru yang berkarakter diperlukan kerja keras. Dalam bahasa Arabnya Jihad.
Menurut pendiri Pondok Pesantren Nur Ika Nusantara Madani di New York itu konsep jihad itu konstruktif dan positif. Jihad adalah kehidupan bukan kematian. Jihad itu membangun bukan meruntuhkan. Jihad itu konstruktif bukan destruktif. Jihad itu merangkul bukan mengusir orang.
“Jihad ini tentunya harus dimulai dari mengetahui diri kita sendiri (makrifatun-nafs). Di pesantren kami, setiap pagi para santri harus bercermin. Melihat siapa saya, apa potensi yang ada pada saya, sekaligus kekurangan saya. Sebab dengan memahamai potensi sekaligus kekurangan tentu kita akan bisa melakukan kerja keras.”
Bangun Optimisme
Dia mengungkapkan dunia kita sekarang ini sudah kehilangan moralitas. Misalnya di Amerika Serikat ini dari 50 negara bagian, 20 negara bagian itu sudah melegalkan perkawinan sejenis, termasuk di Kota New York.
“Dunia yang tidak berkarakter ini siapa yang akan memperbaiki. Setiap inci dari bumi ini tanggung jawab kita untuk mengislamkan. Saya bertahan di Amerika Serikat bukan karena ada yang menggaji dengan dolar,” terangnya.
Kita di sini, sambungnya, berjuang untuk bisa menghidupi keluarga dan anak-anak. Ini karena kewajiban kita, setiap inci dari bumi Allah ini ada tanggung jawab kita untuk mengislamkan. “Itu spirit semangat ke-Muhammadiyahan yang kita bawa ke mana-mana,” ujar Imam Shamsi Ali bersemangat.
Dia bercerita ketika bertemu Pak Heidar Natsir—Ketua Umum PP Muhammadiyah. Saat itu Haedar berbicara tentang peranan Muhammadiyah dalam kancah nasional. “Saya justru mengingatkan sudah masanya peranan Muhammadiyah bukan hanya di kancah nasional tetapi di kancah global atau internasional,” ujarnya.
Maka, dia melanjutkan, kita sekarang di Amerika punya pengurus Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah. “Yang tahun lalu mengadakan pertemuan tahunan di pesantren kami dan akan mengadakan pertemuan cabang-cabang istimewa Muhammadiyah di seluruh dunia, insyaallah jika Corona berlalu,” jelasnya.
Peraih penghargaan “500 Muslim Paling Berpengaruh di Dunia” dari George Washington University ini mengatakan kami di Amerika Serikat selalu membangun optimisme.
Menurut dia, tantangan dakwah yang dihadapi membuatnya tetap optimis. Bahwa Islam akan maju dan berkembang. Itu yang dilakukan sekarang sedang membangun pesantren Nur Ika Nusantara Madani.
Generasi Baru
Bagi Wakil Presiden Koalisi Asia-Amerika, Amerika Serikat (AAC-USA) ini, pascapandemi Covid-19 itu adalah terbentuknya generasi baru. Dalam bahasa al-Quran disebutkan Tsumma ansyakna min bakdihi qarnan akharin; Kemudian, Kami jadikan sesudah mereka umat yang lain. (al-Mukminun 31).
Pasca Covid-19, menurutnya, ini seharusnya terbentuk sebuah generasi baru yaitu wawasan kita. Salah satu wawasan itu adalah umat ini adalah jangan selalu menunggu orang lain untuk mencari solusi.
Jadi, terangnya, jangan menunggu apa yang Amerika, Rusia, atau China sudah temukan. Pertanyaannya bukan apa yang mereka temukan, tetapi apa yang sudah kita lakukan untuk menyelesaikan permasalahan Corona ini.
“Amerika hingga pagi ini sudah hampir 190 ribu orang yang meninggal dunia. Kemarin mencapai 100 ribu orang, saya menyerukan kepada seluruh dunia untuk adzan di luar, di pinggir-pinggir jalan. Nanti kalau mencapai 200 ribu, saya meminta seluruh masjid-masjid untuk adzan pakai pengeras suara,” ujarnya.
Dia beralasan karena Amerika luar biasa kebingungan. Pertanyaannya mungkin umat Islam justru terpanggil untuk menemukan solusi dari permasalahan. “Tidak saja masalah penyakitnya, tetapi juga permasalahan ekonomi dan sosial yang ditimbulkan oleh adanya wabah ini,” ujarnya.
Perkembangan Keilmuan
Pemlik nama lengkap Dr M Shamsi Ali Lc MA ini menjelaskan, dunia sekarang perkembangan keilmuan sangat luar biasa. Maka yang diperlukan adalah keilmuan dan pemikiran yang tajam. Keilmuan yang inovatif dan proaktif.
“Tapi sayangnya keilmuan yang tajam yang tidak dibarengi oleh hati yang tajam menjadikan manusia itu buas,” ujarnya.
Dia memberikan contoh pemikiran inovatif dan proaktif tentang zakat. Rasulullah itu memahami zakat dengan pemahaman inovatif dan proaktif. Kalau kita disuruh mengeluarkan sebagian harta kita, maka berarti kita disuruh untuk memiliki income yang lebih.
“Artinya perintah zakat itu adalah perintah economic empowerment (penguatan ekonomi) dan insyaallah Muhammadiyah memiliki wawasan seperti itu,” ujarnya.
Jadi, sambunya, ketika kita diperintahkan membayar zakat, berarti kita diperintahkan untuk memiliki pemasukan lebih. Berarti kita memiliki kewajiban untuk mengembangkan perekonomian umat.
“Jika kita memiliki pemahaman seperti ini, maka kemiskinan dunia Islam akan terselesaikan,” tegasnya.
Penulis Estu Rahayu. Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.