PWMU.CO– Kaligrafi nisan Malik Ibrahim di Gresik tak banyak orang yang membacanya kecuali ahli sejarah yang berminat mengupas riwayat hidup tokoh penyebar Islam ini.
Selama ini yang tersebar di media dan buku adalah terjemah bahasa Indonesia yang berbeda-beda artinya. Akibatnya ada yang menafsirkan kaligrafi itu menunjukkan Malik Ibrahim sebagai qadhi atau hakim di zaman Majapahit. Kemudian disimpulkan Majapahit sebagai kerajaan Islam.
Kaligrafi bertulisan dan berbahasa Arab itu terukir di batu nisan dari marmer. Ukirannya juga bagus dan halus. Meskipun Tulungagung penghasil batu marmer, mungkinkah di zaman itu sudah ada seniman ukir kaligrafi yang bagus yang dipesan untuk makam Malik Ibrahim?
Peneliti Belanda JP Moquette menyebutkan, kemungkinan besar batu nisan dan kijing Malik Ibrahim diimpor dari Cambay di Gujarat, India. Alasannya, batu sejenis ini banyak terdapat di makam-makam kuno di Gujarat.
Sama halnya juga nisan kuburan raja Aceh Malikus Saleh yang kaligrafinya juga indah dan halus diperkirakan berasal dari sana.
Jadi nisan dan kijing Malik Ibrahim ini produk impor yang untuk pesan dan mendatangkan ke Gresik butuh waktu berbulan-bulan. Dengan demikian pemasangan kijing dan nisan marmer berkaligrafi itu bisa berbulan-bulan atau bertahun-tahun dari kematiannya.
Orang-orang yang memuliakan setelah wafatnya itu yang memesan kijing indah untuk menghormatinya. Jadi bunyi kaligrafi yang terukir dalam nisan itu tergantung dari penghormatan orang kepadanya.
Bunyi Kaligrafi Nisan Malik Ibrahim
Pembacaan kaligrafi nisan itu, pertama, kaligrafi besar berbunyi bismillahirrahmaanirrahiim. Di atasnya masih dalam huruf besar berbunyi Laa ilaha illallah Muhammadurrasulullah.
Kalimat Syahadatain itu dilingkari surat Ali Imron (3) ayat 185.
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدْخِلَ ٱلْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ
Di bawah syahadatain surat ar-Rahman (55) ayat 26-27
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلالِ وَالإكْرَامِ
Di bawah basmalah surat at-Taubah (9) ayat 21.
يُبَشِّرُهُمْ رَبُّهُم بِرَحْمَةٍ مِّنْهُ وَرِضْوَٰنٍ وَجَنَّٰتٍ لَّهُمْ فِيهَا نَعِيمٌ مُّقِيمٌ
Di bawahnya lagi surat at-Taubah ayat 22
خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عِندَهُۥٓ أَجْرٌ عَظِيمٌ
Diakhir Ayat Kursi
Ayat Kursi dalam al-Baqarah 255-256 menjadi akhir kaligrafi yang diukir melingkari pinggiran nisan.
ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْحَىُّ ٱلْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُۥ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَّهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۗ مَن ذَا ٱلَّذِى يَشْفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذْنِهِۦ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَىْءٍ مِّنْ عِلْمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ ۖ وَلَا يَـُٔودُهُۥ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ ٱلْعَلِىُّ ٱلْعَظِيمُ
آ إِكْرَاهَ فِى ٱلدِّينِ ۖ قَد تَّبَيَّنَ ٱلرُّشْدُ مِنَ ٱلْغَىِّ ۚ فَمَن يَكْفُرْ بِٱلطَّٰغُوتِ وَيُؤْمِنۢ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱسْتَمْسَكَ بِٱلْعُرْوَةِ ٱلْوُثْقَىٰ لَا ٱنفِصَامَ لَهَا ۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Pujian dan Doa untuk Malik Ibrahim
Di kolom ketiga di bawah surat at-Taubah, menjelaskan kedudukan dan doa bagi orang yang dikubur di situ yang berbunyi
Hadza qabru almarhum almaghfur arrajii ila rahmatillah ta’ala
Ini kubur yang dirahmati yang diampuni yang berharap kepada rahmat Allah yang maha tinggi.
Mufaharu umdatun al amra’ assalathiin wa liwuzara muhibu almasaakin wal fuqara
Kebanggaan dan tiang bagi pangeran-pangeran, sultan-sultan dan para wazir, pecinta orang miskin dan fakir.
Assa’idu asysyahidu burhanu addaulah waddiin Malik Ibrahim alma’ruf mukabir
Yang berbahagia yang syahid bukti untuk negara dan agama Malik Ibrahim yang terkenal kebaikannya.
….birahmah walridwaanan askinhu fi daril jinaan….
…dengan rahmah dan keridhoan ditempatkan dia di rumah surga
Al isnin tsaanii asyara min rabiil awal wa itsnay wa isyrina wa tsamaanu miah
(Wafat) Senin 12 Rabiul Awal 822 H
Asal Usul Malik Ibrahim
Kaligrafi nisan ini tidak menjelaskan asal usul Malik Ibrahim yang wafat 822 H atau 1419. Lazimnya ulama dari Timur Tengah selalu menuliskan bin pada namanya untuk menjelaskan asal nasabnya dan nisbah lokasi tanah kelahirannya.
Nisan ini di luar kelaziman itu. Akibatnya sosok Malik Ibrahim tidak jelas. Akhirnya terjadi banyak spekulasi dalam sejarah lisan maupun sejarah tulisan terutama dalam babad yang ditulis ratusan tahun kemudian sehingga ada distorsi informasi tentang sosok dan perannya.
Melihat angka tahun kematian bisa dipastikan Malik Ibrahim hidup di zaman Kerajaan Majapahit. Diperkirakan dia berada di Jawa antara 1391-1419. Berarti di masa Raja Kusumawardani Wikramawardhana (1389-1399 M) dan Suhita (1399-1429 M).
Raja Suhita memerintah di ambang keruntuhan Majapahit. Bhre Kertabumi menjadi raja Majapahit terakhir setelah ibukota Trowulan diserang oleh Girindrawardhana Dyah Ranawijaya dari Kediri. Pusat kerajaan kemudian dipindah ke Daha. Girindrawardhana memerintah dengan membentuk dinasti Brawijaya.
Nisan Malik Ibrahim menyebutkan dia merupakan mufaharu umdatun al amra’ assalathiin wa liwuzara muhibu almasaakin wal fuqara. Artinya,kebanggaan dan tiang bagi pangeran-pangeran, sultan-sultan dan para wazir, pecinta orang miskin dan fakir.
Apakah kalimat itu menggambarkan kondisi sebenarnya bahwa dia masuk ke dalam istana Majapahit dan mengajarkan agama Islam kepada pangeran, sultan, wazir (perdana menteri) tidak ada bukti yang mendukung.
Pejabat Muslim Majapahit
Di selatan keraton Majapahit memang ada permukiman muslim yaitu di Sentonorejo dengan makam Troloyo yang sudah ada sejak zaman Raja Hayam Wuruk.
Tapi buku Negarakertagama menjelaskan, yang mengajarkan agama di istana adalah dharmmadyaksa kasogatan (pendeta Budha) dharmmadyaksa kasaiwan (pendeta Siwa). Komunitas Islam yang masih minoritas tidak disinggung oleh Empu Prapanca meskipun lokasinya berdekatan dengan pagar istana yang berbatasan dengan perumahan pendeta Budha dan Syiwa.
Di masa itu kemungkinan besar sudah ada ulama yang berinteraksi dengan beberapa pejabat istana sehingga menjadi muslim. Pejabat istana yang disebut sebagai muslim seperti dituturkan babad ada di zaman Bhre Kertabumi seperti Adipati Palembang Arya Damar yang mengasuh Jimbun atau Raden Patah.
Di Troloyo juga ada makam pejabat Majapahit muslim dikenal dengan kuburan pitu. Kuburan ini diyakini makam pejabat muslim dilihat dari nisannya ada kalimat syahadat dan simbol surya Majapahit. Berangka tahun 1329 Saka (1407 M), 1397 Saka (1457 M), 1349 Saka (1427 M), 1377 Saka (1455 M), 1302 Saka (1380 M), 1298 Saka (1376 M), 1340 Saka (1418 M).
Makam lainnya Tumenggung Satim Singomoyo. Sayangnya nisan makam ini tidak ada penjelasannya sehingga tak diketahui identitasnya. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto