PWMU.CO– Dialog Bung Karno dengan mantan ajudannya Brigjen Soegandhi menjelang G30S/PKI mengungkap situasi politik September 1965. Dialog itu berlangsung di Istana Merdeka.
Soegandhi tahun 1965 menjabat Kepala Pusat Informasi Hankam dan Kepala Harian Angkatan Bersenjata. Sebelumnya pernah sebagai Komandan Pasukan Pengawal Presiden 1946-1948. Ajudan senior presiden sejak 1948-1960.
Dialog Bung Karno ini menjadi lampiran dokumen dalam buku Kudeta 1 Oktober 1965 tulisan Victor Miroslav Fic. Buku yang mengungkap detail rencana PKI menyingkirkan jenderal Angkatan Darat dalam peristiwa G30S/PKI.
Sebelum percakapan dengan Bung Karno, Soegandhi lebih dulu bertemu dengan anggota Politbiro PKI Sudisman yang menjelaskan rencana PKI ingin menguasai negara. Seperti ini isi percakapannya didahului dengan Sudisman.
Dialog dengan Sudisman
Sugandhi : ”Man, ini ada apa kok di kampung-kampung ada persiapan dan pembuatan sumur?”
Sudisman : ”Sudahlah, jij ikut kita saja!”
Sugandhi :”Ndak bisa, Man, saya ikut PKI, karena saya punya agama.”
Sudisman : ”Kalau jij ndak mau memang kamu sudah dicekoki Nasution.”
Sugandhi : ”Bukan soal dicekoki, tapi soalnya adalah ideologi. Tapi bila jij akan meneruskan rencanamu, pasti kau akan digilas dan akan habis, Man.”
Sudisman :”Ndak bisa, kita akan pegang inisiatif, siapa yang memulai dan pukul dulu itu yang menang. Percayalah pada kita, semuanya sudah kita perhitungkan dengan masak-masak.”
Sebentar kemudian datanglah Ketua PKI DN Aidit mendekati Soegandhi dan ikut nimbrung percakapan.
DN Aidit :”Bung, harianmu masih reaksioner? Sudah bicara dengan Sudisman? Kita akan mulai sebentar lagi dalam satu, dua, tiga hari ini. Dan ini semua Bung Karno sudah tahu. Lebih baik Saudara ikut saja kita!”
Sugandhi : ”Sudisman sudah bicara sama saya, tapi saya tak mau ikut PKI. Memangnya PKI mau adakah coup? Saya (AB) pro doktrin sendiri jalan Saptamarga.”
DN Aidit : ”Bung, jangan bilang coup. Itu perkataan jahat. PKI akan perbaiki istilah yang dipakai ndandani. Revolusi yang dirongrong oleh Dewan Jenderal. Dua-tiga hari ini kita akan mulai. Bung, ikut apa ndak? Ini semua Bung Karno sudah saja beritahu semuanya.”
Dialog dengan Bung Karno
Setelah percakapan itu, lalu Soegandhi menemui Bung Karno di Istana Merdeka pada 30 September
Sugandhi : ”Pak, PKI akan coup, Bapak sudah tahu? Saya telah dihubungi sendiri oleh Sudisman dan Aidit.”
Presiden : ”Kamu jangan PKI-fobi (dengan nada marah). Kau tahu Dewan Jenderal? Kau tahu jenderal-jenderal brengsek? Kamu hati-hati kalau ngomong.”
Sugandhi :”Kalau ada jenderal-jenderal brengsek ya dipecat saja to Pak. Kan wewenang ada di tangan Bapak. Dewan Jenderal itu ndak ada Pak. Yang ada adalah Wanjakti yang tugasnya membantu Menteri Pangad untuk peneropongan kolonel-kolonel yang akan dinaikkan jadi jenderal, jadi bukan untuk tujuan lain.”
Presiden : ”Wis kowe ora usah campur, diam saja kamu. Kowe wis dicekoki Nasution ya.”
Sugandhi: ”Betul Pak, Dewan Jenderal itu tidak ada. Kan Pak Yani sudah bicara sendiri dan menyatakan pada Bapak, bahwa Dewan Jenderal tidak ada. Dan lagi Pak Yani itu kan orang yang sangat setia pada Bapak, boleh dibilang rehterhand.”
Presiden :”Sudah kamu jangan banyak bicara, jangan ikut-ikut. Kamu tahu dalam revolusi menurut Thomas Carlyle, seorang bapak dapat makan anaknya sendiri. Kamu tahu.”
Sugandhi : ”Waduh, kalau begitu Bapak ini sudah jadi PKI.”
Presiden : ”Diam kamu, tak tempeleng pisan kowe mengko. Sudah pulang sana. Yang ngati-ati.” (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto