Sayang Anak Kadang Membingungkan oleh Ali Murtadlo, jurnalis di Surabaya.
PWMU.CO-”Kak, jangan gemuk-gemuk. Ini Adik juga, kok gemuk semua sekarang,” kata istri kepada kedua anaknya yang sudah sama-sama memberi cucu. Namanya ibu, masih tetap mengawasi terus meski kedua anaknya kini sudah jadi bapak-bapak.
Work from home membuat mereka duduk terus menerus. Di depan laptop mulai pagi hingga jam kantornya selesai. Sangat minim gerak. Sedentary life style. Gaya hidup mager, malas gerak.
Begitu datang, di ruang kerja di rumah, langsung disambut kata-kata sudah olahraga belum. Ayo olahraga dulu. Dengan gaya enggan, mereka ke teras lalu gerak-gerakkan sambil memandang taman. Lima menit selesai. ”Kok sebentar. Kurang lama,” tegur mamanya.
Ada jurus yang langsung membuat mamanya diam. ”Ada zoom meeting, Mam,” katanya.
Anehnya, mengawasi badan anak terus menerus, tapi memberi makanan yang bikin gemuk juga tidak pernah berhenti. ”Untuk apa beli bebek, Mam,” tanya saya ketika mengantar ke Pasar Pucang untuk membeli ayam kampung beserta bumbunya yang tinggal goreng saja. Biasanya, tak pernah beli bebek. Tapi kali ini beli juga. ”Untuk anak-anak, Yah,” katanya.
Kirim Makanan
Tahu anaknya sudah mulai menggendut masih selalu dibelikan makanan kesukaan mereka. Ketika belanja ikan di TPI Sidoarjo misalnya. Tak hanya beli ikan bakar di sana. Tapi juga udang dan kepiting. ”Mumpung murah, Yah,” selalu ada alasan untuk anak.
Ketika di Surabaya kini banyak es puter, sempat-sempatnya telepon anak. ”Dik, mau ke rumahmu, ini lewat es puter. Mau ta?” katanya.
Begitu juga dengan martabak dan terang bulan kesukaan besan. ”Kok banyak, Mam. Untuk anak-anak sekalian, Yah,” kata istri saya.
Ini yang sering bikin ribut. Istri bawa banyak makanan. Habis menguji Ujian Terbuka misalnya. Langsung meneleponi anaknya. Kadang bisa datang, kadang tidak. Ditunggu tidak datang-datang. Akhirnya di-go send-kan.
Jadi ingin anak gemuk atau kurus? Itulah orangtua, kasih sayangnya, kadang membingungkan. Tapi kita semua pasti paham. Tak usah berteori inkonsisten. Terlalu tinggi. Salam!
Editor Sugeng Purwanto