PWMU.CO– Kisah istri Komandan Kokam ini adalah cerita ketulusan Salmah (51). Dia istri Komandan Kokam Sidoarjo Ashuri yang meninggal dunia karena sakit kista ovarium, Jumat (9/10/2020).
Bagi Ashuri, Salmah adalah istri yang selalu berlapang dada mengikhlaskan suaminya aktif dalam dakwah persyarikatan meskipun mengurangi waktu kebersamaan dengannya.
Saat istrinya meninggal, Ashuri sedang mengikuti Ketua PDM Sidoarjo Masyhud berdakwah di Masjid Manarul Islam Bangil, Pasuruan. Saat itu dia mendapat kabar istrinya setelah pulang habis operasi kista kondisinya tak sadar. Dia pun bergegas pulang. Namun belum sampai di rumah, istrinya sudah mendahuluinya menghadap Sang Khaliq.
”Setiap saya pamitan tugas Kokam, istri saya mengiringi dengan doa, lakukan semua itu dengan ruhul ikhlas, katanya,” cerita Ashuri di hubungi Ahad (11/10/2020).
”Saya relakan njenengan pergi kemana pun dan seberapa lamanya, selama untuk kepentingan Muhammadiyah,” sambung Ashuri menirukan ucapan istrinya.
Salmah juga berpesan agar Ashuri berhati-hati dan menjaga kesehatan di perjalanan. ”Saya hanya minta jangan lupa rindukan saya nggih, doakan saya selamat, sebagaimana saya juga berdoa semoga njenengan selamat,” kata Ashuri mengenang kata-kata istrinya.
Ashuri yang juga anggota Korp Mubaligh Muhammadiyah (KMM) Sidoarjo itu sesekali mengajak istrinya berdakwah. Seperti mengisi kajian Ahad pagi di Mojokerto, Mojoagung, Bangkalan dan beberapa tempat yang tak terlalu jauh. Dia dengan senang hati ikut suaminya walaupun berangkat tengah malam.
Sering Ditinggal Tugas
Ashuri sering bertugas menjadi instruktur pelatihan Kokam Daerah se Jawa Timur atau nasional. Begitu juga aktif hadir di acara Pemuda Muhammadiyah. Dia sering meninggalkan istrinya di rumah selama sepekan atau lebih mewakili Kokam dan Pemuda Muhammadiyah Sidoarjo.
Kegiatannya seperti Muktamar Pemuda Muhammadiyah di Asrama haji Surabaya tahun 2002, Muktamar Pemuda Muhammadiyah Samarinda tahun 2006, Muktamar Pemuda Muhammadiyah di Asrama Haji Jakarta tahun 2010 yang batal lalu diulang Muktamar Pemuda Muhammadiyah di Yogyakarta. Muktamar Pemuda Muhammadiyah di Padang tahun 2014, dan terakhir muktamar di Yogyakarta tahun 2018.
Salmah juga suka berpesan kepadanya, kalau ada tambahan rezeki tolong belikan baju, kerudung, dan pin Aisyiyah. ”Tapi kalau tidak ada mboten nopo-nopo jangan dipaksakan…,” tutur Ashuri lagi sambil meneteskan air mata mengenang istrinya yang sudah menikah dengannya selama 33 tahun.
Dia menjelaskan, ketika Muktamar Muhammadiyah akan berlangsung di Makassar 2015, dia berniat mengajak istrinya ikut. Karena itu jauh hari selama empat tahun selalu menabung.
”Alhamdulillah, saat berangkat saya mendapat subsidi dari PDM Sidoarjo ongkos naik pesawat sehingga tabungan bisa beli tiket pulang pergi. Saya sujud syukur menangis gembira karena bisa berangkat berdua,” tuturnya.
Kabar gembira itu lantas dia sampaikan ke istrinya. Dia telah mendaftarkannya menjadi penggembira muktamar di Sulawesi Selatan. ”Istri saya spontan memeluk saya, menangis bahagia,” papar Ashuri.
Ketika naik pesawat Salmah dapat kursi dekat jendela sehingga bisa melihat pulau Madura dan daratan lain di bawahnya. Itulah pertama kali istrinya naik pesawat. ”Kami sangat berbahagia, kebahagiaan yang tak pernah saya lupakan selamanya,” tandasnya.
Kenangan di Makassar
Di Makassar Ashuri bertemu dengan banyak teman senior Kokam se Indonesia. Teman-temannya itu diperkenalkan kepada istrinya. Mereka menyambut dengan hormat perkenalan itu. ”Ibu, saya dari Aceh muridnya Ndan Huri.”
Begitu rata-rata anak Kokam dari Medan, Palembang, Ambon, Palu, Samarinda memperkenalkan diri kepada istrinya sehingga Salmah tahu cerita kegiatan suaminya di Muhammadiyah selama bertugas.
Ashuri mengatakan, selalu terkenang selama lima hari di Makassar bersama istrinya. Suatu hari Komandan Kokam PWPM Sulawesi Selatan, Iqbal Majid, memintanya memberikan semangat dan motivasi kepada personal Kokam anak buahnya yang berkumpul di area bazar muktamar.
Ashuri langsung naik ke atas trap tugu di tengah area. Langsung dia ajarkan yel-yel Kokam yang menjadi pasukan pengamanan muktamar. Pasukan Kokam dan pengunjung bazar pun jadi bersemangat mengikuti. ”Wow.. komandan Sidoarjo Ndan Huri, hebat,” kata pengunjung yang mengenalnya.
Melihat itu Salmah bangga kepada suaminya. ”Pujian dari istri saya yang ikhlas menjadi kenangan terindah bersamanya dalam perjalanan yang paling jauh dan paling berkesan,” cerita Ashuri di kisah istri ini.
Dia bercerita, sewaktu jelang operasi di RS Pusdik Brimob Porong, istrinya berbisik kepadanya.”Saya kawin dengan njenengan yang lebih tua, saya berharap bisa merawat jenazah njenengan. Tapi saya sakitnya terus menerus. Kayaknya aku sing meninggalkan sampeyan lebih dulu. Maafkan segala kesalahan dan kekuranganku ya Mas.”
Ashuri mendapat cerita dari anaknya, Jumat Subuh istrinya bisa shalat dengan duduk. Saat berwudhu dibantu oleh putrinya. Pagi hari masih sempat shalat Dhuha. Usai shalat, putranya pamitan kerja kepada ibunya. Itulah hari terakhir Salmah, istri yang memberi semangat bagi suaminya terus berdakwah. Kisah istri Komandan Kokam ini bisa menjadi teladan bagi aktivis dakwah lainnya. (*)
Penulis Hifni Solikhin Editor Sugeng Purwanto