China atau Amerika Serikat, Anda Pilih Siapa? oleh Prof Dr Ahmad Jainuri, dosen UIN Sunan Ampel Surabaya.
PWMU.CO-Jika disuruh memilih di antara China atau Amerika Serikat, saudara pilih mana? Pertanyaan seorang kawan mengawali pembicaraan kita berdua. Kedua negara adikuasa ini menjadi sumber berita hangat terkait dengan aktivitas mereka di Laut China Selatan (LCS).
Lalu apa hubungannya dengan Indonesia? Sebagai warga negara Non-Blok, keberpihakan pada salah satunya, bukan pilihan yang dilakukan. Tetapi, keduanya sangat intensif sekali menyebar pengaruhnya pada rezim dan rakyat Indonesia. Mengapa?
Persaingan keduanya merupakan kelanjutan perang ideologis antara blok negara kapitalis dan komunis. Amerika kalah telak oleh komunis di Vietnam. Sebaliknya di Indonesia, komunis berhasil dikalahkan. Meskipun, kekalahan komunisme ini bukan peran langsung Amerika. Tetapi paling tidak Amerika mengetahui coup d’etat Partai Komunis Indonesia (PKI) pada September 1965. Dan mendukung pemerintah Orde Baru yang anti-komunisme.
Kegagalan PKI ini disebabkan oleh dua hal. Pertama, terlalu tergantung pada Sukarno yang biografi politiknya terlalu terbuka dengan berbagai faksi dan ideologi. Kedua, percaya diri yang berlebihan merupakan faktor lain.
PKI adalah korban ’kebohongan besar’-nya sendiri. PKI, yang secara efektif mengontrol media massa menjelang 1965, membikin kesalahan fatal karena memercayai retorikanya sendiri (Brackman, 1969).
Sama-Sama Hegemonik
Sebagai dua negara besar, keduanya sama-sama hegemonik. China dengan kemampuan finansialnya menebar pengaruh melalui pinjaman yang diberikankepada negara ’sahabat.’ Sebaliknya, Amerika mengeksporketidakimbangan (disequilibrium) kepada negara yang dinilai membahayakan kepentingannya.
China sangat represif terhadap warga muslim di dalam negerinya. Tapi sangat ’hangat’ terhadap negara muslim tertentu. Pemerintah Amerika, sebaliknya, sangat toleran terhadap warga muslim di dalam negerinya, tetapi sangat tidak toleran terhadap negara muslim tertentu.
Kedua negara besar ini sama-sama mengalokasikan anggarannya untuk mengundang berbagai tokoh Indonesia datang ke negara masing-masing. Misi budaya ini terus dilakukan hingga saat ini.
Selain citra, diharapkan bahwa orang yang diundang ini akan simpati pada masing-masing negara tersebut apabila terjadi konflik kepentingan dengan Indonesia.
Siapa yang akan bisa menguasai Indonesia? Pemerintah China sudah mendapat simpati dari rezim penguasa Indonesia. Kucuran dana sudah diterima oleh pemerintah. Tenaga kerja asing dari China terus berdatangan. Luhut Binsar Panjaitan (LBP) baru-baru ini kembali dari China. Jangan lupa, faktor warga keturunan China yang tinggal di Indonesia memiliki peran yang sangat besar dalam ikut menentukannya.
Amerika ternyata tidak tinggal diam. Dengan bantuan sekutunya, Inggris dan Australia, mereka sudah mulai operasi di Indonesia. Apakah gerakan massif buruh, mahasiswa, dan masyarakat, serta kaum intelektual ada hubungannya dengan usaha mereka ini. Tunggu, hasil kunjungan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto pada 16 Oktober ke Amerika.
Kunjungan ini, ada yang mengatakan, sebagai sikap politik Non-Blok sekaligus juga untuk perimbangan. Karena pemerintah telah mengutus LBP ke China beberapa waktu lalu. Salam otak-atik. (*)
Editor Sugeng Purwanto