PWMU.CO – Ketua PCIM Taiwan Andi Azhar MBA membicarakan internasionalisasi Muhammadiyah dalam webinar Penguatan Ideologi Muhammadiyah yang digelar Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) GKB Gresik secara virtual Sabtu (24/10/20).
Andi mengingatkan kembali agar Muhammadiyah di abad kedua kelahirannya ini tetap berkomitmen kuat dalam upaya dakwah pencerahan. Salah satunya adalah gerakan dakwah internasionalisasi.
“Internasionalisasi dakwah oleh Muhammadiyah harus dibuktikan dengan kemampuannya dalam mengembangkan dakwah sampai ke luar negeri melalui pendirian PCIM (Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah) yang tersebar di seluruh dunia,” ujarnya.
Dalam kegiatan yang diselenggarakan Tim Sinergi Al-Islam Majelis Dikdasmen PCM GKB Gresik ini Andi memaparkan dakwah adalah proses yang dilakukan terus-menerus dengan tujuan memberikan pencerahan kepada masyarakat untuk memilih jalan yang lebih baik kepada Allah.
“Artinya apa yang dilakukan Muhammadiyah selama terhitung dari 108 tahun lalu sampai sekarang dan kapan pun, Muhammadiyah terus melakukan kebaikan di jalan dakwah,” ujarnya.
Azhar yang juga kader Muhammadiyah Bengkulu ini juga menyampaikan menjadi guru di Sekolah Muhammadiyah berarti merupakan jalan dakwah pula.
“Guru di sekolah Muhammadiyah memiliki tujuan untuk memberikan pengetahuan dan mengubah masyarakat dari yang tidak tahu menjadi lebih tahu,” imbuhnya.
Nilai Dakwah Bermuhammadiyah
Andi Azhar memaparkan dalam ber-Muhammadiyah ada beberapa nilai dakwah yang harus dijunjung tinggi. “Nilai-nilai ini merupakan nilai Ilahiah dan Insaniah.
Ilahiah, menurutnya, berarti hablunminallah. Artinya segala nilai tersebut berhubungan dengan Allah. Sedangkan insaniyah berarti hablunminnaas, artinya nilai tersebut berhubungan dengan sesama Manusia.
Karena itu nilai dakwah Muhammadiyah yang pertama adalah nilai tauhid. Artinya dakwah Muhammadiyah hanyalah menyeru kepada Allah SWT. “Maka dari itu, Muhammadiyah selalu menyeru untuk meninggalkan hal-hal tahayyul, bidah, ataupun khurafat dan kepercayaan lain selain yang menyembah Allah,” jelasnya.
Yang kedua adalah nilai rahmatan lil-alamin. Islam, katanya, hadir sebagai agama yang cinta damai. Oleh karena itu, Muhammadiyah pun harusnya memiliki rasa welas asih antar makhluk Allah.
“Contoh yang dapat diambil adalah berdirinya perguruan tinggi Muhammadiyah (PTM) yang hadir tidak hanya untuk mahasiswa Muhammadiyah, namun juga untuk mahasiswa non-Muhammadiyah bahkan non-Muslim sekalipun,” terangnya.
Nilai Modernisme
Andi Azhar mengatakan poin ketiga adalah nilai modernisme. Seiring berkembangnya zaman, Muhammadiyah selalu berupaya untuk melakukan pembaruan metode maupun cara dalam berdakwah dan sesuai dengan porsi target dakwahnya.
“Hal ini pun dibuktikan Muhammadiyah merupakan organisasi Islam modern yang mampu keluar, berkembang dan diakui di luar negeri,” paparnya.
Keempat adalah nilai pendidikan. Sejak awal didirikan oleh KH Ahmad Dahlan, hingga saat ini Muhammadiyah selalu berupaya untuk menghadirkan pendidikan unggul. Andi menjelaskan, pendidikan adalah cara mengeluarkan masyarakat dari pembodohan.
“Mungkin dahulu manusia masih terkotak-kotak dalam strata-strata atau kasta, namun Muhamamdiyah sadar bahwa setiap manusia berhak mendapatkan pendidikan,” ungkap dosen di Department of Foreign Language and Literature, Asia University-Taiwan ini.
Kelima adalah nilai filantropi. Dalam hal ini, lanjutnya, Muhammadiyah telah berkembang dan memiliki gerakan gotong royong tidak hanya di dalam negeri namun juga di luar negeri.
“Salah satu bentuk nyata nilai filantropi Muhammadiyah di luar negeri adalah dengan berdirinya Muhammadiyah Act, serta organisasi otonom yang ada di PCIM yang membantu negara lain seperti Myanmar ataupun Filipina,” jelasnya.
Keenam adalah nilai kesetaraan. Artinya tidak ada kotak-kotak kasta di Muhammadiyah. Setiap manusia memiliki hak mendapat pencerahan untuk berjalan di jalan Allah.
Mengapa Harus Internasionalisasi
Andi Azhar menjelaskan Muhammadiyah merupakan gerakan dakwah pencerahan. Karena Muhammadiyah dianggap mampu membuat penyempurnaan dan pembaharuan guna memperluas ikhtiar dakwah di seluruh dunia.
“Saat ini, terhitung ada 26 PCIM di seluruh dunia. Beberapa dari PCIM ini pun memiliki partisipasi dalam berbagai organisasi maupun aktivitas luar negeri. Seperti Muhammadiyah Act. Ada pula yang menjadi anggota ECOSOC di PBB. Hal tersebut akan membuat Muhammadiyah semakin dikenal luas di luar negeri,” paparnya.
Selain itu, lanjutnya, Muhammadiyah juga harus melakukan diaspora dakwah pencerahan. Muhammadiyah memainkan peran penting dalam harmonisasi kehidupan masyarakat, utamanya yang ada di luar negeri.
“Muhammadiyah mendapatkan tantangan bahwa Islam bukan agama kekerasan. Oleh karena itu Muhammadiyah sebagai organisasi yang sudah cukup lama berdiri harus membuktikan paradigma tersebut untuk mendukung Islam dengan memperkenalkannya secara lugas ataupun tersirat,” tegasnya.
Internasionalisasi Bidang Pendidikan
Di zaman yang serba canggih ini, Andi Azhar menjelaskan tentu tidak akan sulit untuk melakukan internasionalisasi dakwah.
“Perkenalkan pendidikan kepada masyarakat luas di dalam maupun di luar negeri dengan memanfaatkan sosial media,” ungkapnya.
Ia menambahkan, jika pendidikan kita ingin dikenal oleh masyarakat luar negeri, tingkatkan konten pendidikan yang menarik dengan menggunakan bahasa Inggris dengan memanfaatkan YouTube sebagai media dakwahnya.
“Selain itu, memiliki relasi atau teman yang ada di luar negeri juga merupakan media internasionalisasi dakwah yang cukup berhasil untuk dilakukan,” tandasnya.
Penulis Novania Wulandari. Co-Editor IchwanArif. Editor Mohammad Nurfatoni.