Percantik Janda Bolong dengan Kokedama. Itulah yang dlakukan dosen Faperta UM Jember dengan melahirkan Kokedamumu.
PWMU.CO – Animo masyarakat tentang tanaman hias yang marak belakangan ini tak dilewatkan oleh Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Muhammadiyah (UM) Jember.
Beberapa dosen dan mahasiswa Faperta UM Jember melakukan kegiatan pengabdian masyarakat di Desa Wirolegi, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten jember. Di situ tercetuslah ide mengembangkan tanaman hias lewat metode kokedama.
Kepala Laboratorium Faperta UM Jember Hidayah Murtyaningsih MSi menjelaskan, edukasi tentang tanaman hias saja akan kurang menarik. “Maka dari itu dikemas dengan kokedama. Karena kita berasal dari UM Jember, maka kita beri nama Kokedamamu,” ujarnya.
Ide Kokedamamu digodok tim yang beranggotakan sembilan orang. Berasal dari dosen Agribisnis, Agroindustri, dan Teknologi Industri Pertanian.
Hidayah menjelaskan, di awal percobaan, penggunaan metode ini mengalami trial and eror. “Sampai akhirnya tim bisa mengembangkan empat jenis varietas. Yaitu tanaman sukulen, golongan sansevieria, anggrek, dan golongan adam hawa,” jelasnya.
Hidayah menjelaskan, kokedama merupakan metode dari Jepang. Berasal dari kata koke artinya lumut; dan dama artinya bulatan. Tekniknya: menyampur tanaman yang dipilih dengan tanah bonsai dan lumut lalu diikat dengan tali goni membentuk bulatan.
Menurut dia, semua tanaman bisa digunakan metode ini, khususnya yang berukuran kecil. Misalnya, tanaman anggrek yang diberi media tanam arang kemudian dilapisi sabut kelapa. “Kokedama bisa menghiasi meja ruang tamu atau diletakkan di pot menggantung di depan rumah tanpa takut kotor oleh tanah,” ujarnya.
Dari Pengabdian ke Komoditas
Saat ini, Kokedamamu tak hanya digunakan untuk pengabdian, namun telah dipasarkan secara internal dan eksternal. “Kita masih menjual di lingkup internal namun konsumen juga ada yang berasal dari luar UM Jember. Sampai saat ini kita masih terus mengembangkan pasar kita,” ungkapnya.
Hidayah menjelaskan, tanaman yang paling laris adalah golongan sirih gading dan janda bolong. karena sedang ngetren. Bahkan, Hidayah mengaku sampai kekurangan stok untuk dua jenis tanaman tersebut.
“Untuk pasar eksternal, Laboratorium Faperta sedang menjalin mitra dengan pedagang bunga di sekitar Jember. Nantinya kita juga akan mengemas Kokedamamu secara terpisah antara tanaman, media tanam, dan moss-nya sehingga konsumen bisa merakit sendiri di rumah,” terangnya.
Harga Kokedamamu dibandrol dengan kisaran Rp 20-50 ribu tergantung jenis tanaman. “Untuk Anggrek bisa dibandrol dengan harga ratusan ribu,” ujarnya. (*)
Penulis Disa Yulistian. Editor Mohammad Nurfatoni.