Nasyiatul Aisyiyah Wafat, Aisyiyah Kehilangan Penulis Hebat. Aisyiyah Cabang Babat berduka. Nasyiatul Aisyiyah—Sekretaris Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Babat telah berpulang.
PWMU.CO – Puisi karya Nasyiatul Aisyiyah ini akan mengabadi meski penulisnya baru saja pergi.
Berdamai dengan Diri Sendiri
Sinar itu melumpuhkan egoku
Membakar nyaliku
Meluruskan niatku
Meneruskan amanah leluhurku
Di situ
Lembah pengabdianku
Rahmatilah ya Tuhanku
Bimbinglah langkahku
Menuju jalan-Mu
Duh Gusti, Gustiku!
Yang terbaik
menurutku, tak selalu baik menurut-Mu.
Meski terbaik
menurut-Mu itu tak selalu indah.
Itulah hakikat yg kutunggu.
Turunkanlah itu wahai Gustiku!
Hadiahkanlah kasih-Mu kepadaku!
Karuniakanlah rindu-Mu kepadaku.
Semoga kutahu, syukurku adalah milik-Mu.
Oh!
Satu kauharap, dua kau dapat
Satu kuharap, belum tentu itu kudapat
Masihkah aku berharap?
Berharap hanya pada-Nya
Berharap selain-Nya
hasilnya hanyalah kecewa!
Aku tahu jalan itu terjal dan berliku.
Tapi ironisnya, aku ingin menapakinya.
Tak peduli keringat dan air mata
Sakit dan pahit dirasa
Karena aku yakin,
di jalan itu aku menemukan mutiaraku yang hilang.
###
Nasyiatul Aisyiyah wafat di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan Jumat (30/10/2020) pukul 03.00 WIB dalam usia 54 tahun. Dia dimakamkan di Desa Gembong, Kecamatan Babat, Kabupaten pukul 09.00 WIB. Sebelumnya dishalatkan di halaman Masjid Al Huda PRM Gembong. Pelayat berdatangan dari dari berbagai daerah. Jajaran PCM Babat, PCA Babat, dan Camat Babat Mulkan juga hadir.
Asal Usul Namanya
Nasyiatul Aisyiyah dilahirkan pada tanggal 3 Februari 1966 dari pasangan Hasan Bisri dan Kasiati. Hasan Basri adalah tokoh Masumi dan Muhammadiyah yang disegani di Babat.
Nama Nasyiatul Aisyiyah diberikan oleh ayahnya, agar kelak saya menjadi aktivis di persyarikatan. “Bapak memberikan nama itu setelah beliau mengikuti Muktamar Ke-35 Muhammadiyah dan Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah pada tahun 1965 di Jakarta,” kisah Nasyiatul Aisyiyah pada saya sebulan lalu.
Nasyiatul Aisyiyah sejak awal disiapkan ayahnya untuk aktif di Nasyiatul Aisyiyah. Sejak SMP ia sering diajak ibunya bergiatan di Nasyiatul Aisyiyah. Begitu juga saat ia bersekolah di SPG ia sudah aktif Pimpinan Ranting Nasyiatul Aisyiyahdi desanya (1985-1990).
Setelah menikah dan suaminya Kashihady Jauhari yang aktif di Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah Babat, ia tidak mau ketinggalan. Dia pun aktif di Pimpinan Cabang Nasyiatul Aisyiyah tahun 1990-2000.
Dia pernah bercerita, namanya yang diambil dari Nasyiatul Aisyiyah—salah satu organisasi otonom Muhammadiyah—itu pernah membuatnya terkejut.
Suatu hari, tiba-tiba ada telpon dari nomor asing. “Assalamu’alaikum, ibu penulis buku Sang Primadona Darat? Saya Ibu Yuslina dari Perpustakaan Daerah Provinsi Gorontalo. Saya lagi input data buku. Saya tertarik dangan nama ibu, karena saya juga aktif di organisasi sebagaimana nama ibu. Alhamdulillah, ibu mencantumkan nomor HP di biodata penulis,” kisah Nasyiatul Asiyiyah
Tapi, menurut dia, Yuslina, sang penelpon tersebut hanya tertarik namaku? “Tidak tertarik pada Sang Primadona Darat yang kuciptakan!” ujarnya suatu hari.
Ibunda Refreinnaka Fikarin Tartila, Briliannaka Rawshan Fikri, dan Guardiannaka Tazkiyal Afkar ini mempunyai bakat menulis sejak di SPG Negeri Lamongan, utamanya menulis puisi. Bakat itu terus diasah setelah ia menjadi guru dan menikah dengan Kashihady Jauhari (alm) yang juga penulis produktif.
Beberapa kali Nasyiatul Aisyiyah menjadi juara lomba menulis dari tingkat kabupaten, provinsi bahkan nasional. Puluhan buku sudah diterbitkan baik itu puisi, cerpen, maupun buku bacaan. Dia sangat produktif dalam menulis. Hampir setiap bulan ada buku baru yang ditulis.
Aktivis Energik
Nasyiatul Aisyiyah ini juga aktif di beberapa organisasi kepenulisan. Ia adalah Sekretaris Jenderal Asosiasi Penulis Pendidik Nasional (APPI)—organisasi yang anggotanya para guru dan dosen seluruh Indonesia.
Dia juga dikenal sebagai motivator dalam penulisan. Menjadi narasumber dalam berbagai pelatihan yang dilaksanakan di lingkungan Kemendikbud maupun organisasi kepenulisan. Selama masa wabah pandemi, ia juga menjadi nara sumber menulis online untuk para guru.
Menurut KH Noor Khozin, sesepuh Muhammadiyah Gembong yang juga Wakil Ketua PCM Babat, Nasyiatul Aisyiyah adalah wanita yang mandiri dan fokus pada dunia pendidikan. Dia aktivis perempuan yang menjadi penulis nasional. “Para aktivis Nasyiatul Aisyiyah harus meneladani jejak langkahnya,” pesannya
Menurut Helmi Arief, tokoh masyarakat dan komite sekolah, almarhumah adalah sosok yang tidak segan turun tangan langsung bila ada hal yang kurang pas. Berani mengurai masalah-masalah yang sebelumnya dianggap tidak ada solusi.
“Relasi secara emosional dengan pemangku sekolah (murid, guru, komite, dan seluruh wali murid) menjadi kelebihannya. Almarhumah juga sangat peduli pada anak yatim, dan fakir miskin,” jelas.
Nasyiatul Aisyiyah sebelum wafat masih bertugas sebagai Kepala SDN I Tritunggal Babat. Ia sangat dicintai murid muridnya. Disegani sesama guru. Dihormati wali murid.
Selamat jalan Bu Guru, yang selalu menginspirasi dan memotivasi. Insyaallah husnul khatimah.
Penulis Fathurrahim Syuhadi. Editor Muhammad Nurfatoni.