PWMU.CO– Nasruddin Hoja yang menjadi Sekretaris Negara tampak mencari-cari sesuatu di lantai ruang sidang Gedung DPR.
Matanya mengawasi seluruh lantai tapi tak menemukan yang dia cari. Tangannya memegang buku tebal Undang-undang Cipta Lapangan Kerja yang populer disebut UU Cilaka.
Kemudian ganti matanya menelusuri lantai di depan ruangan. Mencari-cari di antara nat-nat lantai marmer. Beberapa anggota DPR melihat Sekretaris Negara sibuk mencari sesuatu lalu mendekati dan ikut membantu mencari.
”Memangnya yang hilang apa, Pak Sek?” kata anggota DPR.
”Satu pasal undang-undang yang baru ditandatangani presiden hilang,” jawab Nasruddin Hoja.
”Lho memang hilangnya di mana?” tanya anggota DPR lagi.
”Di kantor presiden!” jawab Nasruddin enteng.
”La kok carinya di sini?”
”Digedoknya kan di sini waktu malam hari. Barangkali kena gedok lalu jatuh di lantai gedung ini,” tandas Nasuddin Hoja lagi.
Anggota DPR pada melongo mendengar jawaban itu.
”Apa gak dibaca waktu presiden tanda tangan?” tanya seorang anggota DPR.
”Dibaca,” jawab Nasruddin. ”Kan banyak staf ahli presiden.”
”Mungkin jatuh di sana,” ujar anggota DPR.
”Ayo kita ke istana, barangkali jatuh di sana.”
Keledai Membaca
Sekretaris Negara bersama anggota DPR ramai-ramai pergi ke istana. Nasruddin membawa mereka ke halaman belakang. Menuju kandang keledai.
”Lo kok ke kandang keledai?” tanya anggota DPR.
”Iya. Keledai ini yang membaca naskah undang-undang,” jawab Nasruddin membanggakan keledainya. Anggota DPR terbelalak matanya mengamati keledai itu.
”Pak Sek, Anda bercanda. Bagaimana keledai bisa membaca?” sanggah anggota DPR.
Sekretaris Negara tersenyum. Dia ambil meja diletakkan di depan keledai. Lalu menaruh UU Cilaka di atas meja. Kemudian dia perintahkan keledai itu untuk membaca. Mula-mula keledai itu meringkik-ringkik.
Setelah itu lidahnya membalik-balik halaman per halaman buku undang-undang. Makin lama makin cepat membaliknya hingga selesai. Semua anggota DPR terkesima.
”Begitukah cara keledaimu membaca?” kata anggota DPR seperti tak percaya.
”Demikianlah keledaiku membaca,” kata Nasruddin bangga.
”Bagaimana caramu mengajari dia membaca?”
Nasruddin dengan bangga bercerita awalnya dia melatih keledai itu dengan lembaran-lembaran besar buku. Tiap halaman disisipkan rumput di dalamnya. Keledai itu tiap hari belajar membalik-balik halaman dengan pancingan rumput. Lama-lama dia terlatih sehingga bisa membalik-balik halaman buku dengan benar.
”Tapi,” tukas anggota DPR, ”Apakah keledaimu mengerti apa yang dibacanya?”
”Memang demikianlah cara keledai membaca. Kalau ingin tahu dia paham atau tidak, silakan tanyai dia,” jawab Nasruddin terkekeh. Anggota DPR pun ikut-ikutan terkekeh dengan kecut mendengar kisah Nasruddin. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto