PWMU.CO – Datang ke Malaysia, mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Din Syamsuddin berbagi kisah saat memimpin organisasi tersebut sejak 2005 hingga 2015. Pengalaman itu dituangkan dalam forum Muslim Worldbiz 2016 yang diselenggarakan di Putra World Trade Center (PWTC), Kuala Lumpur, Malaysia (18/10).
Dalam forum yang dihadiri pebisnis dan peminat bisnis tersebut, Din menekankan pentingnya sebuah perusahaan menjaga visi masing-masing karena setiap organisasi perusahaan pasti mempunyai visi untuk mencapai tujuannya.
“Saya sampaikan hal biasa saja. Dari pengalaman memimpin ormas kita yang harus menjaga visi. Sebab organisasi perusahaan masing-masing mempunyai visi,” ujar Din Syamsuddin usai acara saat ditemui pwmu.
(Baca juga: Pidato Din Syamsuddin di Depan Paus Fransiscus dan Tokoh-Tokoh Agama Dunia di Italia dan Din Syamsuddin: Ada Corporate Asing Ancam Akan Hancurkan Muhammadiyah)
Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) tersebut mengaku bergembira diundang dalam forum yang melibatkan banyak pebisnis dan peminat bisnis, sedangkan dirinya bukan dari latar belakang pemimpin bisnis. “Dan saya memahami mereka mengundang untuk mendengar perspektif kepemimpinan masyarakat atau kepemimpinnan dari luar lingkaran bisnis, pimpinan ormas atau ‘civil society organization’,” kata dosen di UIN Syarif Hidayatullah tersebut.
Din mengaku saat di forum dirinya hanya bercerita pengalaman memimpin Muhammadiyah yang tentu ruang lingkup dan pengaruh-nya lebih besar dari sebuah perusahaan holding company manapun karena melibatkan orang yang banyak.
(Baca juga: Ini Kisah Din Syamsuddin saat Disomasi Kelompok Atheis dan Cerita Din Syamsuddin Tentang Agama Setan dan Ritual Seks)
“Menjaga visi, saya kira relevan dan perlu dicari aplikasinya untuk kepemimpinan di dunia usaha. Di ormas seperti Muhammadiyah, visinya juga jelas yaitu mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya,” katanya.
Penegasan tentang visi ini, ujar dia, perlu dalam organisasi maupun dunia bisnis dan perlu disebarluaskan sehingga menjadi bagian dari kesadaran orang-orang yang terlibat dalam organisasi juga perusahaan. “Perlu diseminasi visi karena tanpa adanya pemahaman dari semua yang terlibat dalam visi itu, berarti perjalanan organisasi dan tujuan perusahaan tidak akan sampai pada tujuan,” kata alumni University Of California Los Angeles (UCLA) tersebut.
(Baca juga: Din Syamsuddin: Liberalisasi, Tantangan Muhammadiyah Hari Ini dan Kata Din tentang WhatApps Hasanah dan Dlalalah)
Kedua, tambah Din, visi yang sering abstrak dan normatif harus dijabarkan dalam visi strategis dalam konteks perencanaan berjangka. Maka organisasi seperti Muhammadiyah mempunyai visi 2005, 2010, 2015, 2020 dan seterusnya, dan dirancang dengan “strategic planning”.
“Yang ketiga saya juga sampaikan memimpin ormas besar itu ada kemajemukan, maka kepemimpinan dituntut juga untuk memiliki kemampuan merekonsiliasi dan mengharmonisasikan pikiran-pikiran yang banyak dengan sikap konsisten berpegang teguh pada nilai-nilai organisasi,” katanya.
(Baca juga: Pesan Din untuk Muhammadiyah Jatim dan Din Syamsuddin: Jihad Konstitusi Harus Dilanjutkan)
Walaupun organisasi sudah mempunyai visi, ujar Din, tetapi karena berhadapan dengan dunia yang berubah, maka perlu ada kemampuan penyesuaian diri yang tentu tidak boleh hilang dari prinsip dasar dan tidak tertutup pada kemajuan-kemajuan dari luar.
Selain Din Syamsuddin, tampil pembicara lainnya pada kesempatan tersebut adalah Managing Director of Pars Special Economic Energy Zone Organization, Mahdi Yousefi, Chairwoman Islamic Fashion and Design Council Dubai, Madam Alia Khan dan Vice Chancellor Universiti Teknologi MARA, Prof Dato’ Dr Hassan Said. (agus setiawan)