Kerja dari Nol, Dampaknya Luar Biasa oleh Zainul Muslimin, Ketua Lazismu Jawa Timur.
PWMU.CO-Siapa pun warga persyarikatan pasti tahu bahwa Muhammadiyah itu besar. Sangat besar bahkan. Lha wong orang-orang yang di luar persyarikatan saja juga banyak yang tahu bahwa Muhammadiyah itu besar. Terbukti dari banyak rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi, panti, masjid, toko, perusahaan, dan amal usaha lainnya.
Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur Dr Saad Ibrahim sering menyampaikan aset Muhammadiyah Jawa Timur saja sudah triliunan dalam bentuk amal usaha itu.
Dengan struktur bangunan yang sangat besar tentu tak mungkin dibawa ke ranah-ranah yang ekstrem dengan manuver yang lincah. Bisa dipastikan gerakan dan manuvernya terkesan lamban meskipun ide pemikirannya radikal.
Struktur yang sudah telanjur besar seperti itu sangat membutuhkan orang-orang, kader, dan pemimpin-pemimpin yang punya pikiran besar. Punya nyali sangat besar, serta punya visi sangat jauh ke depan. Kemudian diiringi aksi-aksi ekstrem penuh tenaga, pengetahuan, dan teknologi yang canggih yang berkelanjutan.
Karena itu seluruh proses kaderisasi, seluruh proses kegiatan di dalam persyarikatan harus bisa diaudit input dan outputnya sekaligus impact-nya kepada perkembangan organisasi dan masyarakat.
Organisasi yang sangat besar sudah semestinya tidak diisi dan digerakkan oleh orang-orang biasa dengan aksi yang biasa-biasa pula. Orang-orang biasa hanya akan menjadi beban organisasi, tidak meng-endorse malah nggandholi. Terutama orang-orang yang hanya mencari penghidupan di Muhammadiyah. Bukan orang yang menghidup-hidupkan Muhammadiyah seperti pesan Kiai Ahmad Dahlan.
Mulai Kerja dari Nol
Setidaknya itu pengalaman saya selama ikut mengalir di arus dakwah persyarikatan. Satu dua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) bisa diajak untuk beraktivitas dengan target. Tentu dengan target-target besar yang rasional. Tetapi lebih banyak yang sulit diajak kerja dengan target. Bahkan target-target yang mereka susun dalam rapat kerja juga jauh dari potensi yang ada kalau tidak boleh kita sebut asal-asalan saja.
Beruntung Lazismu bergerak dari sangat kecil. Mulai kerja dari nol. Sehingga tumbuh sedikit saja langsung kelihatan. Coba kita bandingkan dengan potensi yang ada. Bandingkan juga dengan Laznas lain yang ada maka sungguh jaringan persyarikatan yang begitu besar itu tak layak jika target dan capaian Lazismu seperti apa yang ada sekarang.
Maaf bukan tidak bersyukur tapi justru takut adanya kemubaziran yang luar biasa. Karena begitu banyaknya peluang dan kesempatan yang sia-sia terbuang percuma. Lazismu yang mulai kerja dari nol, sedikit demi sedikit penggalangan dana filantrofi dan asetnya juga tambah besar.
Sebagai pemimpin, adakah kesungguhan untuk mengevaluasi secara menyeluruh apa yang telah kita lakukan di persyarikatan? Sudah efisien dan efektifkah, sudah sesuaikah antara input dan output serta dampak apa saja yg telah kita lakukan.
Apakah percepatan kemajuannya sudah di atas rata-rata yang juga ormas lain lakukan. Jangan sampai kita tenggelam karena yang lain percepatan gerakannya jauh di atas kita yang membuat kita semakin tertinggal tenggelam.
Kiai Ahmad Dahlan dahulu mendirikan Muhamamdiyah juga mulai kerja dari nol. Berasal dari pemikiran membersihkan akidah umat Islam dari tahayul, bid’ah, dan khurafat, menolong orang-orang miskin dan telantar, mencerdaskan kehidupan umat, kini persyarikatan mempunyai aset sangat besar.
Apresiasi Eksternal
Bersyukur pihak eksternal memberikan penghargaan kiprah Muhammadiyah sehingga hasil kerja kita bisa terukur. Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) menerima penghargaan atas perannya ikut bekerja sama mendukung penanggulangan covid-19. Penghargaan diserahkan Kementerian Kesehatan dalam peringatan Hari Kesehatan Nasional, 12 November 2020.
Sebelumnya Lembaga Kajian Strategis dan Pembangunan (LKSP) mengumumkan hasil survei tentang organisasi kemasyarakatan paling peduli penanggulangan covid-19 menempatkan Muhammadiyah (MCCC) pada ranking pertama. Baru diikuti organisasi lain seperti Ikatan Dokter Indonesia, Nahdlatul Ulama, dan Relawan Indonesia Bersatu Lawan Corona.
Aisyiyah juga menerima penghargaan dari Menteri Dalam Negeri dengan Kategori Khusus Bakti Sepanjang Masa. Tak ketinggalan kinerja lazismu pun mendapat penghargaan Arus Baru Ekonomi Indonesia (ABEI) Award 2019 dari Majelis Ulama Indonesia.
Tak perlu pesimistis dengan kerja yang sudah kita lakukan. Orang luar telah menilai dan memberi apresiasi. Maka dengan menggabungkan slogan iklan dua merk sepeda motor, aktivis Muhamamdiyah jadilah yang terdepan tetapi tetap satu hati. (*)
Editor Sugeng Purwanto