PWMU.CO – Bangun keunggulan sekolah Muhammadiyah dengan sinergi disampaikan Dr M Saad Ibrahim MA, Sabtu (19/12/20).
Ketua Pimpinan Wilayah Muhamadiyah (PWM) Jawa Timur itu menyampakan dalam closing speech pada agenda Musyawarah Kerja Forum Komunikasi Silaturrahim dan Komunikasi Kepala Sekolah Muhammadiyah (Foskam) Jawa Timur.
Menurutnya, dalam membangun keunggulan-keunggulan untuk memajukan sekolah-sekolah Muhammadiyah itu yang pertama dan paling penting tapi seringkali terabaikan adalah dimensi teologi atau akidah.
“Dalam sebuah hadist Qudsi disampaikan jika ada dua orang maka yang ketiganya adalah Allah SWT. Jika adalah tiga orang maka yang keempat adalah Allah. Dalam melakukan konteks sinergi ini yang menjadi dasar utama kita adalah kita tetap menyadari dan kehadiran Allah SWT,” ujarnya.
Dengan pegangan yang kokoh yatu Allah SWT, lanjutnya, maka akan mendapatkan kebermaknaan, tidak hanya di dunia dan tentu saja dari sinergi yang kita lakukan untuk konteks kehidupan akhirat kita.
Allah sebagai Sinergi Utama
Saad menjelaskan, Allah SWT menyatakan segala upaya yang dilakukan bersama-sama dengan menyertakan Allah menjadi bagian penting. “Mindset sinergi seperti itu,” jelasnya.
Jadi, lanjutnya, ketika kita tidak meletakkan mindset bahwa Allah menjadi bagian, maka Allah akan tahu dan implikasinya kepada kita secara teologis. Begitu batin kita menyadari bahwa Allah di atas semuanya, Allah adalah dzat di mana tempat kita bergantung, maka makna konsekuensinya adalah dunia dan akhirat.
“Maka saya selalu mengingatkan pada acara-acara seperti ini, ketika memulai sebuah acara dengan basmallah maka pertolongan akan diberikan kepada kita. Dengan melihat Allah dan antarsesama manusia maka perpaduan dari keduanya akan menghasilkan kekuatan yang dahsyat biidznillah,” katanya.
Keunggulan Sekolah Muhammadiyah
Saad memaparkan bersinergi dalam konteks membangun keunggulan dan kemajuan di sekolah Muhammadiyah, makna dalam proses harus mengikuti dua dimensi tersebut. Allah memerintahkan ta’awun ‘alal birri wattaqwa dan ta’awaun ‘alal itsmi wal ‘udwan.
“Kita masing-masing menyadari, termasuk di sekolah Muhammadiyah ada yang lebih dan kurang satu sama lain. Timbul keinginan kita untuk menyatukan kelebihan itu. Melangkah dari arah kekurangan ke arah kelebihan dan insyaAllah akan berubah menjadi baik. Pendek kata, kekuatan Allah itu akan bersama-sama menyertai satu kolektviitas, satu gerakan komunitas,” jelasnya.
Maka, sambungnya, acara seperti ini melibatkan banyak pihak. Kita juga diajarkan bagaimana kita mengambil hal yang positif dari yang lain. Lalu sebagai orang yang berada di organisasi, kita memiliki otoritas untuk melakukan sinergi itu, maka otoritas itu kita buktikan berupa surat keputusan (SK), himbauan-himbauan yang jika tidak dilakukan maka akan menjadi ‘amr’.
Tentu, tegasnya, dalam kaitan yang seperti ini kita harus melihat fakta bahwa di Muhammadiyah, mungkin belum terlalu merata virus NA (need of achievement), bahwa prestasi itu merupakan sebuah kebutuhan.
“Ungkapan kuntum khaira, fastabiqul khairat menuntut kita untuk membangun mindset supaya mencapai keunggulan dan keunggulan itu tidak akan terwujud jika tidak diimbangi dengan bangunan mindset. Ada al-iradah al-kubra. Ada keinginan yang kuat untuk menjadikan amal usaha Muhammadiyah dalam hal ini sekolah, apalagi dalam kepemimpinan kita untuk menjadi sekolah yang unggul,” terang dia.
Pikiran di Atas Rata-rata
Para pemimpin yang diserahi untuk mengelola sekolah Muhammadiyah, menurut Saad, tidak boleh memiliki pikiran yang sederhana, setidaknya di atas rata-rata. Ketika bangunan mindset kita untuk menjadikan sekolah Muhammadiyah itu unggul, maka ada visi yang kemudian dijabarkan dalam bentuk misi agar bisa terukur ketercapaian dan ketidakcapaiannya, maka ada dua batasannya.
“Batasan pertama adalah batas yang bersifat lokal dan batasan kedua bersifat waktu ada ruang dan ada waktu,” ungkapknya.
Contoh, katanya, ada sekolah A di wilayah X maka iradahnya sekolah A di wilayah X tersebut menjadi sekolah yang terbaik. Mengenai batasan waktu, jika kepala sekolah diangkat selam empat tahun, maka kepala sekolah sampai tiga tahun harus bisa mencapai kesuksesan sekolah tersebut.
Tentunya semua dimohonkan kepada Allah melalui batin yang paling dalam, maka semakin dekat hubungannya para kepala sekolah dengan Allah SWT, maka insyaallah apa yang dikatakannya akan diberikan kekuatan oleh Allah dan Beliaulah yang akan berikan power.
Sumber Inspirasi
Saad mengatakan hari-hari ini PWM JATIM akan dan sedang akan mendirikan lembaga baru, AUM baru yang itu akan menjadi ikon bagi Aisyiyah. Ketika Yogya punya Universitas Aisyiyah, di Jateng dan Jabar ada sekolah Aisyiyah, maka hal tersebut menjadi inspirasi bagi semua.
Inspirasi itu, lanjutnya, menjadi al-iradah al-kubra. Setelah itu dikatakan. Saat pelantikan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya, dia menyampaikan secara terbuka kepada yang hadir saat itu, diharapkan menjadi bagian sinergi untuk mewujudkannya.
Apa yang disampaikan Saad pun mendapatkan apresiasi dari Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Haidar Nashir terlebih lagi oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah Dr Siti Noordjannah Djohantini.
“Hal itu merupakan cara Allah mengirimkan kekuatan kepada kita untuk mewujudkannya. Jadi apa yang kita ucapkan itu punya kekuatan. Manusia itu makhluk yang dimuliakan Allah, maka ucapannya selalu memilki kekuatan dan mengalahkan makhluk yang lain.”
Take and Give
Saad mengungkapkan AUM di bidang kesehatan, pendidikan, dan bidang yang lain diharapkan melakukan sinergi dalam konteks take and give. Yang lebih bisa memberi dan yang kurang akan menggunakan pemberiannya untuk membangun sekolah kita menjadi lebih baik.
“Beberapa hari yang lalu ada kepala sekolah yang datang dan menyampaikan bahwa sekolahnya berdiri di tahun 80-an dan memiliki murid yang paling banyak di kawasan tersebut. Dan memiliki tanah di sebelah sekolahnya. Dia memiliki al-iradah al-kubra datang ke saya menyampaikan maksud dengan membawa proposal,” ucapnya.
Hal tersebut, sambungnya, ada yang salah dalam konteks tidak memikirkan saving untuk proyeksi sekolah menjadi lebih baik. “Boleh jadi seluruh pendapatan dibagi habis dan semoga tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan karena dalam kurun waktu yang lama seharusnya mempunyai saving,” ujarnya. (*)
Penulis Irma Sonya Suryana. Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.