PWMU.CO – Innalillahi wainna ilaihi rajiun. Telah dipanggil Allah, KH Ahmad Nawawi AMd, seorang ulama, guru, dan aktivis Muhammadiyah Sidayu, Gresik. Almarhum wafat hari Rabu (26/10) kemarin, setelah dirawat di RS Petrokimia Gresik.
Banyak kenangan indah yang ditinggalkan pria kelahiran Sidayu, 1 April 1943 itu, seperti dituturkan Ahmad Farid, salah satu kadernya di Pimpinan Cabang Muhammadiyah Sidayu. “Beliau dikenal sebagai ulama yang cukup berwibawa dan dihormati. Penampilannya kelem. Ramah dalam tutur-katanya,” kata Ahmad pada pwmu.co, Kamis (27/10) siang. “Saya sangat kehilangan seorang ulama teladan umat.”
Ahmad menceritakan, kalau ada hal-hal yang tidak sesuai dengan pemikirannya, biasanya almarhum diam dan hanya senyum. “Beliau tidak mau adu otot,” katanya. Selain itu, lanjut Ahmad, almarhum sangat hati-hati dalam menyikapi sebuah masalah. “Beliau tidak gampang terpancing emosi. Bila ada berita yang sangat penting, biasanya beliau tabayyun dulu,” kenang Ahmad. “Itulah sejatinya seorang pemimpin.”
(Baca: Bu Rono, Pejuang Aisyiyah Berusia 100 Tahun Itu Wafat dan Mengenang H Bisri Ilyas, Saudagar Sukses Bermodal Kejujuran)
Ahmad menambahkan, almarhum sering memberi nasehat-nasehat kepada kalangan muda, bahwa berjuang di Muhammadiyah itu harus dibarengi dengan ghirah yang kuat. “Berjuang selalu ada ujiannya. Karena itu harus sabar, sabar, dan sabar,” pesan almarhum suatu saat.
Kisah menarik tentang akhlak almarhum juga diceritakan Farid Bashori, salah seorang guru di Madrasah Aliyah Muhamamdiyah (MAM) Sidayu. Farid menuturkan, almarhum mengabdi sebagai guru di MAM Sidayu sejak 1 Juli 2004 dan mengundurkan diri tahun 2015 karena kondisi kesehatannya yang menurun.
“Ngomong biyen, aku wis lalian, wayahe ono jam ngajar ae kadang lali dadi diilingno Bu Kus (Pembicaran yang lalu sudah lupa. Waktunya jam mengajar juga sering lupa sampai diingatkan Bu Kus, istri red),” Farid menirukan kalimat yang diucapkan almarhum saat pamitan dari MAM Sidayu.
(Baca juga: Mizan Nulkhaq, Dokter Muda UMM Ini Meninggal dalam Kecelakaan saat Pergi Koas ke RSML dan IMMawati Nurrima Dini Elysa, Ketua IMM Komisariat Psikologi UMSurabaya, Meninggal Akibat Kecelakaan)
Ada yang sangat berkesan di mata Farid. Sebelum mengundurkan diri dari mengajar, tutur Farid, beliau menghibahkan beberapa bukunya pada madrasah. Di antaranya buku-buku agama seperti buku kumpulan hadist maudhu (palsu) dan sebagainya. “Jadi kalau ada hari ngajar, Beliau membawa buku kemudian dihibahkan,” jelas Farid.
Kebiasaan unik lainnya, tambah Farid, kalau jam istirahat, beliau tidak langsung pulang. Tapi tetap bertahan di ruang guru untuk bercerita. Kadang berceritanya sehabis makan. “Sambil bercerita, beliau nunjukin foto di HP-nya. Waktu itu HP beliau sudah modern untuk ukuran usianya.”
(Baca juga: Korban Wafat Kebakaran Truk BBM Pertamina di Tol Sidoarjo Warga Muhammadiyah dan Setahun Perginya Ulama Bersahaja Tempat Bertanya)
KH Ahmad Nawawi wafat meningalkan seorang istri bernama Kusmiyati dan diakurinai 6 anak. Ahmad menuturkan, di masa mudanya, almarhum pernah jadi Ketua Ketua Cabang Pemuda Muhammadiyah Sidayu dan menjadi perintis pendirian drum band di Sidayu. Selian itu, almarhum pada 1995-2000 menjadi Ketua Majelis Dikdasmen PCM Sidayu.
“Karena keunggulan akhlaq dan ilmu yang beliau miliki, almarhum dipercaya menjadi Ketua PCM Sidayu selama 2 periode yaitu 2000-2005 dan 2005-2010,” tutur Ahmad. Amanah lain yang pernah diemban oleh alumni D3 Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabayadan tahun 1999 itu, adalah Ketua Penasehat Baitul Maal 2007-2010 dan Kepala Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah Sidayu. (Arik/MN)