PWMU.CO – Peradaban dunia pun bisa tumbuh dari manapun, ini kuncinya yang disampaikan Prof Dr Imam Robandi, dalam Kajian Spesial Jumat Malam (KSJM)—sebuah pembelajaran kelas online—dengan topk bedah buku Membangun Peradaban Gemilang, Jumat (25/12/20).
Dia menjelaskan peradaban bisa dibangun dari tempat manapun asal masih bisa terjangkau oleh Google. Tumbuhnya peradaban bisa muncul dari pucuk gunung dari areal perkebunan tebu atau daerah terpencil sekalipun.
“Peradaban dunia pendidikan pun bisa muncul dari mana saja asalkan memiliki kunci yaitu semangat untuk maju,” ujarnya.
Sudah bukan alasan lagi, lanjutnya, omongan orang bahwa mereka tidak bisa sukses karena berasal dari desa, tempat terpencil, pucuk gunung, dan sejenisnya. Seperti terungkap dari buku Membangun Peradaban Gemilang: Catatan Perjalanan Spektakuler Sebuah Sekolah Bintang ditulis Pahri SAg MM dan Munali dari SMK Muhammadiyah 7 (Mutu) Gondanglegi Malang.
Dalam diskusi yang diikuti oleh 380 peserta dari seluruh Indonesia, mulai dari Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi hingga Papua itu, Imam Robandi menyebutkan prestasi dan keberhasilan SMK Mutu—yang letaknya 60 km dari pusat Kota Malang dan berada di tengah area perkebunan tebu—sebagai buktinya.
Kesegaran Atmosfer Akademik
Imam menjelaskan Pahri telah lulus ujian komitmen. Dia menceritakan bagaimana Pahri setiap bulan menjemput dirinya menuju SMK Mutu Gondanglegi di Malang.
“Pukul 10 malam Pak Pahri berangkat dari Malang, pukul 4 pagi sampai di masjid ITS untuk shalat Subuh. Lalu pukul 5 menjemput saya di rumah lalu menuju Malang. Pukul 5 sore kembali mengantar saya pulang ke rumah di Surabaya. Pak Pahri baru keesokan harinya tiba lagi di Malang. Itu dilakukan Pak Pahri setiap bulan selama 10 tahun dan Pak Pahri yang menyetir sendiri mobil untuk menjemput dan mengantar saya,” ceritanya.
Di tengah perjalanan pergi pulang, sambungnya, itulah banyak ide yang diperbincangkan dan kini menjadi kenyataan.
“Di buku ini banyak pesan khusus untuk Pak Pahri maupun Pak Munali yang pernah berangkat ke Jepang dalam rangka mencari kesegaran atmosfer akademik,” tandasnya. (*)
Asal Masih Punya Semangat
Pahri sang penulis buku mengamini apa yang disampaikan Prof Imam Robandi. Dia memaparkan, kita boleh tidak punya apa-apa, asalkan masih punya semangat, motivasi, cita-cita, visi, dan etos kerja.
“Insyaallah dengan bekal kita akan mampu mengubah keadaan dari yang semula terbelakang menjadi yang terdepan,” katanya.
Pahri menceritakan, awalnya sekolah yang dia pimpin itu kondisinya jauh dari kesan sekolah maju. Prestasinya hanya di tingkat kecamatan. Itupun prestasi yang kaitannya juara otot atau okol. Guru maupun siswa disiplinnya rendah dan jarang masuk.
“Sekolah yang dulunya hanya memiliki 556 siswa, 16 rombongan belajar (rombel), dua program studi dan 42 Pendidik Tenaga Kependidikan (PTK). Setelah dilakukan pembenahan sejak tahun 2009, kini telah miliki 2.524 siswa dengan 78 rombel dan 15 program studi serta 176 PTK. Tahun 2024 ditargetkan akan memiliki 3600 siswa, 98 rombel, 18 program studi dan 216 PTK,” jelasnya.
Kerjasama Tingkat Internasional
Pahri menjelaskan saat ini kerja sama SMK Mutu tidak saja dilakukan di tingkat nasional, tetapi juga internasional. Mulai Malaysia, Korea, Jepang, China, bahkan Prancis. Hingga saat ini sekolah telah menorehkan 75 prestasi tingkat nasional dan 32 prestasi internasional.
Pembedah buku Dr Dedet C Irawan (dosen ITS), Dr Rini Nurhasanah (Dosen Universitas Brawijaya), Dr Rukiyati (dosen Universitas Negeri Yogyakarta), dan Dr Srie Lahir, (budayawan dari Solo), memuji terbitnya buku setebal 580 halaman dan terdiri dari 13 chapter yang menceritakan perjalanan sukses SMK MUTU Gondanglegi. (*)
Penulis Kemas Saiful Rizal. Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.