PWMU.CO – Wafat, Pesan H Noor Chozin: Jangan Pernah Melupakan Muhammadiyah. Kabar wafatnya Drs H Noor Khozin MM saya terima menjelang Subuh, Selasa (5/1/2021). Kabar itu dikirim oleh putra pertamanya Didit alia Brilliant Hadiid Eka melalui WhatsApp ayahnya:
Assalamualaikum Wr Wb
Innalillahi wainnailaihi rajiun. Telah berpulang Bapak kami Pak Noor Khozin. Pukul 01.00 WIB (Selasa, 5/1/2021).
Kami atas nama keluarga meminta maaf yang sebesar-besarnya jika dalam perjalanan hidup Bapak selama ini ada salah kata dan perbuatan. Mohon doanya semoga Bapak diampuni semua dosa-dosanya dan diterima semua amal ibadahnya. Amin, amin, amin ya Rabbal Alamin.
Wassalamualaikum Wr Wb
Putra Pak Noor Khozin
Didid
Mendapat kabar itu saya sempat tertegun dan keget. Secepat itu beliau wafat. Karena paginya baru masuk Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Sekapuk Gresik. Allahummaghfir lahu warhamhu …
Riwayat Hidup
H Noor Khozin lahir di Desa Panyuran, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban, 5 Juli 1952. Ia anak pertama dari empat bersaudara. Kedua orangtuanya: Abdul Ghoni dan Uswatun Chasanah, adalah aktivis Masyumi di Panyuran.
Ia menikah dengan Eko Ani Rahayu putri dari Tukimin dan Karni. Alumnus Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Tuban dan santriwati di Pondok Pesantren Al Ma’hadul Islam (Al Mais) Ruban asuhan KH Mahbub Ikhsan.
Dari pernikahannya pada tanggal 22 Juli 1979 ia dikaruniai anak empat orang laki laki. Mereka adalah Brilliant Hadiid Eka Putra, Abad Kartika Dwi Putra, Azhar Try Bintang, dan Ainun Lazuardi Baskoro.
Riwayat pendidikan Noor Khozin dimulai dari SDN Tasikmadu 1965, SMPN 1 Tuban 1968 dan SMAN 1 Tuban 1971 Negeri di Tuban. Perguruan tingginya ditempuh di IKIP PGRI Bojonegoro. Sedangkan gelar Magister Manajemen diperoleh dari Universitas Putra Bangsa tahun 2004
Pada saat sekolah di Tuban, ia menimba ilmu di Pondok Pesantren Al Ma’hadul Islam (Al Mais) asuhan KH Mahbub Ikhsan. Oleh KH Mahbub Ikhsan, ia dipercaya untuk mengajar santri yang lebihmuda.
Menurut Gus Fahmi, putra pertama KH Mahbub Ikhsan, Noor Khozin aktif menulis puisi dan bermain teater. Ia pernah mementaskan teater di kalangan santri Al Mais dan menjadi sutradaranya. Salah satu pemainnya adalah Eko Ani Rahayu yang kemudian menjadi istrinya.
“Ia sering mengisi acara sandiwara radio di RKPD Tuban. Tapi akhirnya acara tersebut dihentikan karena ada pihak-pihak yang iri kok bisa santri Kiai Mahbub mengisi acara di RKPD yang notabene-nya milik pemda,” jelasnya.
Aktivis Muhammadiyah
Pengalaman organisasi di Muhammadiyah dimulai dengan menjadi Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Gembong dan Takmir Masjid Al Huda Muhammadiyah Gembong, Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan.
Selama 25 tahun waktunya diabdikan mengurus Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Babat. Amanah yang dijabat dimulai sebagai Anggota PCM merangkap Koordinator Majelis Dikdasmen (1995-2000).
Lalu sebagai Ketua PCM Babat (2000-2005), Wakil Ketua PCM Babat yang membidangi Majelis Dikdasmen (2005-2010). Pada periode 2010-2015 dan 2015-2020 sebagai Wakil Ketua PCM Babat yang membidangi MPKU (Majelis Pembina Kesehatan Umum).
Sedangkan amanat yang dijabat di Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan adalah Sekretaris Majelis Pelayanan Sosial dan Pengembangan Masyarakat (1995-2000) dan Wakil Sekretaris Majelis Dikdasmen (2000-2005)
Ia juga aktif di Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Babat (2002-2020). Juga di Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Lamongan.
Sejak BTM Mulia didirikan PCM Babat pada 19 Desember 2009 yang di-launching pendiriannya oleh Ketua PWM JawaTimur Prof Dr A. Syafiq Mughni, Noor Khozin menjadi pengawasnya sampai saat ini. BTM Mulia yang semula asetnya hanya Rp 365 juta pada akhir 2019 menjadi Rp 23 miliar.
Karier sebagai guru ia mulai dari mengajar di Sekolah Keputrian Pertama (SKP) Tuban. Kemudian pada tahun 1980 ia diangkat sebagai guru PNS di SMPN Balen, Bojonegoro. Pada tahun 1985 ia mengajar di SMAN Sukodadi, Lamongan. Karirnya meningkat menjadi Kepala SMPN 1 Kedungpring, Lamongan dan Kepala SMAN Sukodadi hingga pensiun pada tahun 2012
Noor Khozin dan Eko Ani Rahayu yang melaksanakan ibadah haji pada tahun 2000 merupakan pasangan pendidik yang berhasil. Ia dan istrinya sama sama oernah menjadi kepala sekolah. Keduanya juga sama-sama sebagai aktivis Muhammadiyah dan Aisyiyah, aktivis Masjid Al Huda Gembong, dan keduanya merupakan tokoh di desanya.
Guru Inspiratif
Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Suli Daim punya cerita tentang Noor Khozin.
“Beliau adalah guru PMP saya sewaktu di SMA Negeri 1 Sukodadi tahun 1985-1988. Beliau yang memotivasi berorganisasi saya untuk menjadi ketua OSIS,” ujarnya.
Suli Daim berkisah, pernah pada saat pelajaran Matematika dia hendak izin keluar untuk memimpin rapat OSIS. Lalu sang guru Matematika ‘mengeluh’ pada Noor Khozin. “Suli kalau pelajaran Matematika pasti izin rapat,” ujarnya menirukan.
“Beliau pun memanggil saya untuk memberi nasihat: ‘Kalau rapat carilah jam pelajaran lain,'” ujar Suli Daim. Noor Chozin pun menepuk pundanya, sambil mengatakan, “Kamu nanti jadi orang besar le.”
Itulah momen berkesan bagi mantan Anggota DPRD Jatim dari PAN itu. “Selamat jalan Pak Noor, guru yang inspiratif”, ucap Suli Daim, Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) Jawa Timur periode 2006-2010 itu.
Sementara itu Ketua BTM Mulia Babat Arief Rahman Saidi mengungkapkan Noor Khozin adalah sosok yang jujur dan sangat disiplin. “Beliau juga sangat sederhana, tekun, dan telaten. Ia menjadi teladan dan bisa ngemong kader yang muda-muda,” ujarnya.
Arief menambahkan, Noor Chozin merupakan pribadi yang sangat ikhlas, sepenuh hati, dan totalitas dalam mengurus Muhammadiyah.
“Kalau di BTM beliau spesialis iftitah dan selalu membacakan Quran dan hadist yang topiknya sesuai dengan materi yang akan dibahas dalam rapat,” jelas Arief yang juga Sekretaris Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) PDM Lamongan.
Ayah yang Disiplin
Menurut Ainun Lazuardi Baskoro, putra bungsunya, Noor Chozin dikenang sebagai ayah yang tegas dan disiplin ketika mendidik anak.
“Ayah itu selalu mengingatkan waktu shalat. Beliau itu selalu menghargai waktu dan hampir tidak pernah absen mengikuti pengajian dan rapat di persyarikatan terkecuali ada udzur. Kadang badannya lelah dan kurang sehat masih memaksakan untuk hadir,” jelas Ainun yang aktivis Pandu Hizbul Wathan ini.
Menurut Eko Ani Rahayu, sang istri, Noor Chozin adalah pribadi yang tegas dan disiplin dalam mendidik anak. Juga sangat bertanggung jawab dalam keluarga.
“Pesan Bapak kepada semua putranya bahwa di manapun tinggalmu jangan pernah melupakan Muhammadiyah,” kenangnya pada Noor Khozin yang dimakamkan dengan protokol kesehatan Covid-19 di pemakaman Desa Gembong, Babat, Lamongan.
Selamat jalan Pak! Semoga mendapat tempat terbaik di sisi Allah, dosa-dosanya diampuni Allah, dan keluarga yang ditinggal mengikhlaskan dengan penuh kesabaran. (*)
Wafat, Pesan H Noor Chozin: Jangan Pernah Melupakan Muhammadiyah. Penulis Fathurrahim Syuhadi. Editor Mohammad Nurfatoni.