PWMU.CO – Syekh Ali Jaber Wafat, Ini Kesan Din Syamsuddin. Syaikh Ali Jaber dikabarkan meninggal dunia pagi ini pukul 08.30 WIB di Rumah Sakit Yarsi Cempaka Putih Jakarta Pusat, Kamis (14/01/2021)
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah periode 2005-2010 dan 2010-2015 Prof Dr Din Syamsuddin MA menyampaikan kesannya saat diwawancari TV One.
Din mengatakan, dirinya tidak banyak kenal Syekh Ali Jaber dan hanya sesekali berjumpa. Namun Dia meyakini Syekh Ali Jaber adalah sosok ulama yang penuh kelembutan dan berpegang pada prinsip.
“Beliau seorang dai, ulama, hafidh Quran yang memilih hijrah dari Madinah ke Indonesia. Di saat banyak dari kita ingin tinggal di Madinah, tapi beliau yang sudah tinggal di Madinah memilih untuk tinggal di Indonesia,” tutur Din.
Bukti Syekh Ali Jaber merupakan sosok ulama yang penuh dengan kelembutan menurut Din dapat dilihat saat tragedi penusukan di Lampung beberapa waktu yang lalu.
“Penusukan terhadap Syekh Ali Jaber beberapa waktu lalu memiliki makna simbolis bahwa dakwah islam tidak luput dari tantangan, kekerasan, namun Syekh Ali Jaber menerima dengan lapang dada dan memaafkan pelaku,” ujarnya.
Din mengaku, wafatnya Syekh Ali Jaber merupakan kehilangan bagi kita semua dan dia berdoa semoga muncul Syaikh Ali Jaber-Syekh Ali Jaber lain dalam dakwah Islam di Indonesia.
“Saya pernah jumpa beliau saat itu di rumah Ketua MPR Zulkifli Hasan. Saya sungguh merasakan beliau ulama terkenal tapi penuh ketawadhu’an, low profil, beliau sibuk dengan agenda dakwah,” ucap Din.
Hal itu menurutnya menjadi pesan penting untuk para dai terutama yang sering muncul di TV agar memunculkan ketawadhuan untuk umat.
“Karena umat perlu disapa dengan ketawadhuan, keakraban. Beliau sangat menghormati anak-anak kecil, hafidh-hafidhah, bahkan diberi hadiah umroh,” kesan Din.
Tinggalkan Madinah untuk Indonesia
Menurut Din, tidak semua orang mau melakukan seperti apa yang dilakukan Syekh Ali Jaber. Dia sudah tinggal di Kota Nabi namun justru memilih hijrah ke Indonesia.
“Saya husnudhan karena beliau meyakini Indonesia merupakan ladang dakwah yang penting. Itu calling atau merupakan panggilan dan semacam perintah ilahi. Allah gerakkan beliau dari Madinah ke Indonesia untuk berdakwah,” kata Din.
Hal ini, lanjut Din, harus memberikan pelajaran bahwa dakwah harus dilakukan di area dan arena apapun, tidak hanya berdakwah di kawasan yang enak tapi juga menantang.
“Mungkin beliau tahu di Indonesia sedang marak hafidh Quran. Banyak hafidh-hafidhah yg bahkan lebih kecil dari usia Syekh Ali Jaber yang menjadi hafidh Quran waktu itu. Kemudian Allah datangkan langsung dari Kota Nabi seseorang yang menggairahkan dakwah Quran,” ujarnya.
Din menuturkan, gerakan hafal Quran ini merupakan syiar yang sangat penting. Sehingga dia berdoa semoga para dai yang membimbing gerakan menghafal al-Quran tidak mundur dengan wafatnya Syekh Ali Jaber.
“Untuk Syekh Ali Jaber mari kita berdoa: Allahummaghfirlahu, warhamhu, wa’aafihi, wa’fu’anhu,” tutur Din, (*)
Penulis/Editor Nely Izzatul.