PWMU.CO – Syekh Ali Jaber di mata Ustadz Abdul Shomad merupakan sosok yang alim berilmu, ahli Quran dan menjadi ikon tahfidz al-Quran.
Hal itu disampaikan Ustadz Abdul Shomad (UAS) saat diwawancara TV One tentang kesannya terhadap almarhum, Kamis (14/01/2020)
UAS mengatakan, Syekh Ali Jaber banyak menebar pondok-pondok tahfidh serta mensupport pendirian sekolah-sekolah tahfidh Al-Quran.
“Di samping itu beliau juga seorang yang faqih. Hebat dalam bidang ilmu fikih. Selalu memberikan fatwa dalam kajian-kajian sesuai dengan madhab Syafii yang ada di Indonesia,” tuturnya.
Saling Tunjuk jadi Imam
Menurut UAS, Syekh Ali Jaber juga sangat mengagungkan akhlal. Di saat banyak orang berilmu namun sombong dan angkuh, Syekh Ali Jaber sangat berakhlal. UAS mengaku sangat malu jika bertemu dengannya karena akhlaqnya.
“Sampai pertemuan terakhir ketika tabligh akbar menyambut tahun baru, beliau mempersilahkan saya menjadi imam. Saya merasa amat sangat tidak layak karena beliau hafal al-Quran dan alim. Lalu saya persilahkan beliau untuk maju. Ilmu dan akhlal itulah yang menjadi kenangan luar biasa. Hampir tidak pernah sekalipun beliau menyombongkan diri padahal beliau lahir di Kota al-Madinah al-Munawwarah,” tandas UAS.
Lebih lanjut UAS menuturkan, Syekh Ali Jaber memiliki komunikasi yang sangat baik. Meskipun lahir dan besar di Madinah tapi bisa berbahasa Indonesia. Selalu menghormati dan kalau ketemu selalu menggunakan Bahasa Indonesia.
Saat pertemuan terakhir, UAS mengaku banyak pesan yang disampaikan untuk menjaga umat dan selalu mendoakan kesehatan untuknya.
“Beliau selalau mendoakan saya, semoga UAS sehat, tetap istiqomah. Saya juga mendoakan beliau demikian. Pertemuan itu singkat sekali tapi sangat bermakna. Satu majleis ilmu dan sangat berkesan,” kenang UAS.
UAS mendokan mudah-mudahan Allah merahmati Syekh Ali Jaber dan menempatkan beliau di tempat yang semulia-mulainya bersama para ulama dan orang-orang shalih.
“Saya bersaksi di hadapan Allah, beliau adalah guru kita, orang yang sholih. Allah sedang mencabut ilmu dari Indonesia. Mudah-mudahan Allah ganti dengan para alim ulama, para kiai,” harapnya.
Selain alim dan berakhlaq, Syekh Ali Jaber menurut UAS juga selalu menjaga komunikasi yang baik dengan ormas-ormas besar di Indonesia yaitu Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah.
Agenda Kultum Bersama di Bulan Ramadhan
“Beliau datang ke tokoh-tokoh dan memposisikan diri sebagai ulama yang moderat, wasathiyah. Meskipun Madinah al-Munawwarah bermadhab Hambali, tapi di Indonesia beliau banyak mengeluarkan fatwa bermadzhab Syafi’i. Beliau menempatkan diri sebagai pemersatu umat di tengah banyak madzhab dan pendapat. Beliau perekat di antara umat. Layak untuk diterima, diamalkan dan dijadikan inspirasi bagi para dai,” tuturnya.
Sampai saat ini UAS mengaku masih terkejut dengan wafatnya Syekh Ali Jaber karena dia memiliki agenda di bulan Ramadhan akan kultum bersama.
“Mudah-mudahan Allah memberikan yang terbaik untuk keluarga beliau, buat bangsa Indonesia, buat kita semua. Innallaaha laa yaqbidhul’ ilma intizaa’an yantazi’uhu minal ibad. Walakin yaqbidhul ‘ilma biqobdhil ‘ulamaa’. Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak mengangkat ilmu dengan sekali cabutan dari para hamba-Nya, akan tetapi Allah mengangkat ilmu dengan mewafatkan para ulama,” kata UAS.
UAS mengatakan, banyak ulama yang gugur maka dia mengajak kepada masyarakat untuk menyekolahkan anak-anak ke pondok pesantren dan tahfidh quran agar ada generasi penerus yang menjadi ulama. Dia juga mengajak masyarakat agar tidak terlalu larut dalam kesedihan.
“Air mata jangan terlalu habis ditumpahkan untuk orang yang kita cintai. Beliau telah beramal sholih. Beliau husnul khotimah, Insya Allah. Justru kita yang masih dalam pergulatan hidup memilih antara haq dan batil ini mudah-mudahan kita selalu diberikan oleh Allah keistikamahan,” ucap UAS.
Dia mengatakan, kematian adalah nasihat terbaik. Selama ini nasihat dari Syekh Ali Jaber bersuara, berbunyi tapi hari ini memberi nasihat dengan kematian.
“Kita ambil pelajaran dari kematian beliau. Beliau kembali kepada Allah dalam keadaan baik, dalam keadaan istiqomah, husnul khatimah,” ujarnya. (*)
Penulis/Editor Nely Izzatul