PWMU.CO – Lima strategi aman bermedia sosial (medsos) disampaikan oleh Hamida SPd, pada acara Guest Reacher, yang digelar Sekolah Ramah Anak SD Muhammadiyah 1 GKB (SD Mugeb), Selasa (19/1/21).
Acara yang bertema “Me vs Medsos” ini dilaksanakan secara online melalui aplikasi Zoom dan diikuti oleh siswa kelas IV, V, dan VI.
Sebelum memulai menjelaskan materi, Hamida bertanya kepada anak-anak. “Siapa yang memiliki media sosial?” tanyanya. Sebagian besar siswa mengacungkan tangan yang menandakan bahwa mereka telah memiliki akun media sosial sendiri.
Guru SMP Muhammadiyah 12 GKB (Spemdalas) ini juga menjelaskan arti media sosial kepada siswa. “Media sosial adalah sebuah media daring yang digunakan satu sama lain dan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berinteraksi, dan berbagi,” tutur lulusan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) ini.
Ada banyak sekali media sosial yang bisa digunakan dan penggunanya bervariasi. Media sosial yang paling banyak digunakan yaitu Instagram. Sedangkan Facebook menjadi media sosial yang paling sedikit digunakan.
“Sebesar 50 persen memilih menggunakan Instagram, 40 persen menggunakan TikTok, dan 10 persen menggunakan Facebook,” terangnya mengutip sebuah survei.
Penggunaan media sosial, lanjutnya, dapat memberikan dampak posistif dan negatif. Dampak positifnya yaitu dapat berinteraksi dengan keluarga yang jauh (melalui video call), mengasah bakat dan keterampilan, mengembangkan kreativitas, sarana belajar lebih luas, menyebarkan kebaikan ke lebih banyak orang, dan melek teknologi.
“Sedangkan dampak negatifnya yaitu mager (males gerak), gaya hidup terpengaruh, terjadi kekerasan atau kejahatan, dan anti sosial (suka menyendiri),” ujar Hamida di hadapan 243 partisipan.
Cara Menghindari Dampat Negatif
Untuk menghindari dampak negatif yang timbul dari penggunaan media sosial, Hamida membagikan lima strategi dalam bermedia sosial.
Pertama, batasi waktu untuk bermain media sosial agar kita tidak mager (males gerak) dan tetap bisa beraktifitas. Kedua, mengikuti akun yang positif dan dapat memotivasi. Yang ketiga, hindari bullying dan membagikan informasi tidak benar (hoax).
“Jika ingin membagikan berita, pastikan dulu jika berita tersebut benar. Yang keempat, tidak memberikan informasi pribadi secara detail di akun media sosial, dan kelima, tidak berinteraksi dengan orang yang tidak dikenal,” papar guru mata pelajaran Bahasa Indonesia ini.
Acara ini sukses menarik antusiasme siswa. Beberapa siswa berkesempatan mengajukan pertanyaan. Diantaranya adalah Raffi Nabighah Satrio Wibowo, siswa kelas V-Amerika.
“Bu guru tahu media sosial sejak kapan?” tanyanya.
Hamida mengatakan jika dia mengenal media sosial sejak kelas VI SD. “Dulu masih belum ada Instagram dan TikTok, hanya Facebook. Dulu juga masih menggunakan SMS,” jawabnya.
Faza Lauzia Faisal, siswa kelas IV-Sulawesi juga mengajukan pertanyaan kepada Hamida.
“Jika dulu Ustadzah Hamidah menggunakan SMS, lalu kapan Facebook didirikan?” tanya Faza, sapaannya.
“Setahu Ustadzah, Facebook didirikan tahun 2004. Pada saat itu ustadzah masih berusia enam tahun dan belum mengenal media sosial tersebut. Baru waktu kelas 6 mulai kenal,” ujar wanita berkacamata ini.
Sebelum acara ditutup, Hamida berpesan pada siswa-siswi SD Mugeb untuk berhati-hati dan waspada dalam bermedia sosial.
“Jangan lupa juga untuk memperhatikan hal-hal yang dibagikan ke media sosial karena media sosial bisa menjadi tempat yang baik untuk berkespresi dan meningkatkan bakat,” tuturnya.
Kepala SD Mugeb M. Nor Qomari SSi, berharap agar media sosial bisa menjadi tempat menambah wawasan maupun keterampilan.
“Sebagai sekolah ramah anak, SD Mugeb juga ingin mengedukasi siswa agar dapat memilah nilai positif dan negatif dari penggunaan media sosial yang kini sedang mereka gandrungi,” pesannya.
“Saya berharap agar media sosial bisa menjadi tempat untuk menambah wawasan maupun keterampilan di dunia maya serta menjadi media untuk menunjukkan kreativitas kita,” tambahnya. (*)
Penulis Farida Lutfiatul. Editor Mohammad Nurfatoni.