PWMU.CO – Abdul Mu’ti, Abdul Mu’ti, Bapak Muhammadiyah Garis Lucu. Abdul Mu’ti adalah anomali atau penyimpangan di Muhammadiyah. Ia bukan mainstream alias arus utama, meskipun jabatannya tinggi banget: Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah—orang ‘kedua’ setelah Ketua Umum Haedar Nashir.
Di Muhammadiyah, lazimnya adalah serius, cenderung kaku. Forum-forum dibangun nyaris tanpa ketawa, apalagi gerr-gerran. Mayoritas ceramah pimpinan atau ustadz Muhammadiyah minus candaan. Ini bertolak belakang dengan gaya pidato kebanyakan kiai NU yang obral lelucon.
Tapi di tangan Abdul Mu’ti, forum-forum di Muhammadiyah, kajian atau pengajian bisa kayak di NU. Lucu dan menghibur. Namun karena ber-DNA Muhammadiyah, se-NU-Nu-nya Abdul Mu’ti (maksudnya selucu-lucunya), guyonannya masih terukur: tetap fokus dan tidak kehilangan esensi. Dan yang penting: ilmiah, etis, dan bukan hoax alias humor cerita palsu.
Maka salah satu yang dicari dari ceramah Abdul Mu’ti adalah humornya: joke-jokenya. Seperti pengalaman PWMU.CO saat meliputnya. Salah satu redaktur senior, Sugeng Purwanto, sering bertanya apakah kontributor yang meliput Abdul Mu’ti sudah menulis yang lucu-lucu, di samping berita serius sang profesor.
Salah satu joke Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang direkam PWMU.CO adalah saat dia memberi gelar ‘Ahli Kitab’ pada Haedar Nashir.
“Pak Ketum (Ketua Umum PP Muhammadiyah Dr Haedar Nashir) itu kalau di pesawat suka nulis, kalau saya sukanya nonton,” ujarnya di suatu acara di UMM tahun 2019 yang disambut gerr-gerran hadirin.
“Dan Pak Ketum itu kalau berpidato selalu mengutip buku, karena beliau itu ahli kitab, maksudnya suka sekali baca buku,” kembali hadirin dibuat gerr-gerran. Joke ahli kitab itu lucu karena selama ini dipahami dari konsep al-Quran sebagai orang Yahudi dan Nasrani.
Tidak hanya Haedar Nashir yang menjadi sasaran joke-nya. Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim M Saad Ibrahim juga pernah dia ‘tembak’.
Ketika berkisah tentang Nabi Daud, Abdul Mu’ti mengatakan istri nabi yang raja Daud itu berjumlah 100. “Kalau Pak Saad istrinya hanya 1 tanpa nol dua. Dulu, Kaisar Cina punya istri bisa sampai 1000. Lha orang Muhammadiyah itu setia satu istri maka tidak layak menjadi raja,” guraunya yang disambut tawa dan tepuk tangan peserta.
Aktif Nulis Humor
Abdul Mu’ti kini juga sering ‘memproduksi’ humor yang dia unggah di akun Twiter-nya @Abe_Mukti. Seperti unggahan pada hari Senin (25/1/2021) kemarin. Begini dia menyindir para ustadz, mungkin malah dirinya sendiri:
Panjang-Pendek, Amplop Sama Saja
“Alhamdulillah. Sekarang sudah bisa khutbah lagi,” ungkap seorang sahabat suatu siang. Dia kelihatan berseri-seri.
Kemudian dia bercanda, “Jadi masa Covid-19 ini, ada ungkapan: khutbah maksimal 10 menit, panjang pendek amplop sama saja.”
Abdul Mu’ti pernah juga mengunggah humor kelas tinggi. Disebut demikian karena humornya mengandung materi filsafat ketuhanan—yang mungkin tidak semua orang nyambung lalu ketawa karena lucu.
Seperti yang humor yang dia unggah tanggal 27 Desember 2020:
Berdoa kepada Tuhan Banyak
Suatu saat saya menghadiri jamuan makan malam di Helsinki, Finlandia. Dalam acara yang diselenggarakan KBRI Finlandia itu, saya duduk satu meja dengan diplomat senior Finlandia.
Seperti biasa, dalam obrolan makan malam, kami bicara hal-hal yang ringan. Lebih banyak berbagi informasi dan pengalaman masing-masing.
Dalam penerbangan itu, pesawat mengalami guncangan yang hebat. Pilot menginstruksikan supaya penumpang mengenakan sabuk pengaman. Cuaca sangat buruk. Guncangan berlangsung cukup lama. Hampir semua penumpang panik. Termasuk diplomat senior Finlandia itu.
Dalam situasi panik, diplomat senior itu berdoa. Dia sebut nama Tuhan semua agama yang dia tahu. Penasaran dengan cerita itu, saya menyela.
“Kenapa yang mulia menyebut nama Tuhan semua agama?”
“Kenapa?” jawabnya agak santai.
“Ya. Kok tidak berdoa dengan satu Tuhan?” saya mengejarnya.
“Semua Tuhan itu baik. Dan semua Tuhan Maha Kuasa. Saya sebut semuanya supaya mereka menyelamatkan saya. Kalau tidak semua, minimal ada satu Tuhan yang mengabulkan doa saya.”
Kami berdua tertawa berderai.
Kritik secara Jenaka
Abdul Mu’ti mengaku, sebagian besar humornya berasal dari peristiwa harian yang nyata, bukan imajiner atau sesuatu yang dibuat-buat.
“Sebagian pelaku atau aktor adalah sahabat dan sebagian saya sendiri,” ucapnya pada PWMU.CO, Selasa (26/1/2021) pagi.
Menurut pria kelahiran Kudus 2 September 1968 itu, humor adalah salah satu media komunikasi yang efektif untuk menyampaikan pesan dan gagasan secara mudah dan efektif.
“Humor juga bisa menjadi sarana menyampaikan kritik secara jenaka sehingga pihak-pihak yang dikritik tidak merasa tersinggung,” ungkapnya.
Bagi dia, humor juga bisa menjadi sarana sosial, membangun relasi yang baik, dan untuk kesehatan jiwa. “Tertawa dan menertawakan diri sendiri itu sehat,” kata dia sambil ketawa.
Karena sehat, mari mati ketawa ala Muhammadiyah, eh … ala Abdul Mu’ti, sang “Bapak Muhammadiyah Garis Lucu“. (*)
Penulis/Editor Mohammad Nurfatoni