PWMU.CO – Pandu HW, Sedikit Bicara Banyak Bekerja. Hal itu disampaikan oleh Muhammad Harun dalam acara Pelatihan Jaya Melati 1 Kwartir Daerah (Kwarda) Hizbul Wathan (HW) Kabupaten Ponorogo, secara virtual, Rabu (3/2/2021).
Di awal materinya, Ramanda Harun—panggian akrabnya di HW—mengajak seluruh peserta untuk “Tepuk HW” secara bersama-sama. Dia lalu menerangkan makna yang tersirat dalam tepuk tersebut.
“Tepuk HW bukanlah sembarang tepuk. Tetapi Tepuk HW melambangkan Rukun Iman dan Rukun Islam,” terang Ketua Kwartir Wilayah (Kwarwil) HW Jatim itu.
Dii meneragkan, sebagai pandu, kita harus senantiasa mengimplementasikan Rukun Iman dan Rukun Islam dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan sekolah, rumah, maupun dan masyarakat.
“Bahwa sebagai kader yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, kita harus selalu sami’na wa athakna (dengar dan taat) dengan intruksi pimpinan,” ukarnya.
Pandu HW Siap Memimpin dan Dipimpin
Ramanda Harun menyampaikan, menjadi Pandu HW, harus siap memimpin dan dipimpin. Siap mendisiplinkan dan siap didisiplinkan. Siap memerintah dan siap diperintah. Hal itu, menurut dia, membuktikan bahwa sebagai umat Islam islam kita harus memiliki sifat tawaduk (rendah hati dan tidak sombong) dan bisa mengikuti aturan yang berlaku.
“Seorang pandu harus siap hidup di mana saja. Ibaratnya roda yang sedang berputar. Kadang di atas dan kadang di bawah. Kudu narimo manggon neng ngendi wae,” ujarnya. Maksudnya menjadi seorang pandu, harus siap hidup di mana saja dan dalam posisi apapun.
Trik Mendisiplinkan Siswa
Dalam kesempatan tanya jawab, Muh. Safuan, peserta dari Magetan bertanya, “Bagaimana trik/cara mendisiplinkan siswa, agar selalu tertib dan disiplin sesuai aturan yang ada?”
Atas pertanyaan itu, Ramanda Harun menjelaskan dengan mengutip sebuah pepatah yang mengatakan, “Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.” Artinya seorang pemimpin harus bisa menjadi teladan, ketika di tengah harus bisa memberikan ide, dan ketika di belakang, harus bisa memberikan dorongan.
“Maka dari itu, jika menginginkan murid kita untuk disiplin, kita harus bisa menjadi contoh bagi mereka, karena seorang siswa akan cenderung melihat, meniru dan melakukan apa yang dicontohkan gurunya,’ tutur dia.
Ramanda Harun menambahkan, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mendisiplinkan siswa adalah dengan upacara. Banyak hikmah yang bisa kita ambil dari pelaksanaan upacara. Di antaranya kedisiplinan, kemandirian, kepemimpinan, tanggungjawab, dan rasa cinta tanah air.
“Sesekali kita suruh siswa untuk memimpin, biar tahu rasanya menjadi pemimpin, sehingga ketika suatu saat ketika menjadi anggota/anak buah. Dia tidak berbuat seenaknya,” kiatnya. (*)
Penulis Supriadi Editor Mohammad Nurfatoni