HW jadi jembatan penyelamatan nilai-nilai Pancasila menjadi bagian penting dari Dialog Kebangsaan Hizbul Wathan.
PWMU.CO – Pancasila sebagai Darul ahdi wa Syahadahsudah menjadi sistem nilai yang tak terpisahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bagi warga Muhammadiyah.
Demikian disampaikan Endro Widyarsono dalam Dialog Kebangsaan Pra Tanwir Hizbul Wathan, yang disiarkan melalui Zoom dan kanal YouTube Kwartir Pusat Hizbul Wathan (HW), Ahad (21/2/21).
“Penguatan nilai Pancasila harus dilakukan secara simultan di HW. Mulai dari keluarga, sekolah, dan masyarakat. Semua harus saling bekerja sama menerapkan nilai-nilai Pancasila. Tidak terpisah-pisah,” tegasnya.
Menurutnya, nilai-nilai luhur Pancasila digali dari budaya adiluhung masyarakat Indonesia. Hal ini harus menjadi titik tolak dalam pendidikan kepanduan Hizbul Wathan sehingga terpatri dalam diri peserta didik.
Melalui metode kreatif dengan bermain, bercerita, bernyanyi, dan berpetualang peserta didik Pandu HW akan bisa meresapi nilai-nilai Pancasila tanpa merasa dididik.
“Pendidikan dikatakan sukses jika peserta didik tidak merasa dididik namun nilai-nilai yang diharapkan bisa melekat pada peserta didik,” papar Ramanda Endro, sapaannya.
Dia menyampaikan, saat kondisi pandemi Covid-19 banyak guru khawatir tidak bisa mentransfer pengetahuan (transfer off knowledge). Padahal seharusnya lebih khawatir jika tidak bisa melakukan transfer nilai (transfer of values).
“Kita harus keluar dari tekanan budaya global melalui penguatan budaya adiluhung yang terkandung dalam Pancasila,” paparnya.
Harapan pada Generasi Muda
Dialog bertema Menguatkan Nilai-Nilai Pancasila bagi Generasi Bangsa ini juga menghadirkan H Ahmad Kanedi, SH MH anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Provinsi Bengkulu.
Dalam pandangannya, Muhammadiyah sudah menerima Pancasila sebagai bagian yang utuh dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam perjalanan kekinian ternyata nilai-nilai Pancasila sudah mulai tergerus dan dianggap bukan menjadi nilai yang dibanggakan.
“Kondisi media yang bebas menyebabkan semua orang—termasuk para tokoh—menjadi nara sumber dan memberikan ungkapan lepas yang tidak sesuai dengan tujuan Pancasila, bahkan ada yang menghujat,” tegas Walikota Bengkulu 2007-2012 itu.
Ia menegaskan, Muhammadiyah dan tokoh-tokohnya sudah berusaha keras menyusun Pancasila pada awal kemerdekaan. Kini Muhammadiyah dituntut memberikan pendidikan agar kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi kondusif.
“Mengembalikan dalam frame kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai cita-cita pendiri bangsa,” lanjut Ketua Kwarwil HW Bengkulu ini
Menurut dia, partai-partai politik tidak membangun nilai-nilai kebangsaan sehingga demokrasi sudah sangat bebas nilai. Nilai-nilai yang dirasakan dalam kehidupan bermasyarakat mulai luntur dan kehilangan harapan.
“Generasi muda, khususnya HW, harus bisa menjadi jembatan untuk menghubungkan masyarakat agar berkemajuan serta menyelamatkan nilai-nilai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” pesan pria yang akrab dipanggil Bang Ken ini. (*)