PWMU.CO – Kisah Buya Hamka shalatkan jenazah Bung Karno ini diungkapkan oleh putra ke-9 Buya Hamka: Drs H Afif Hamka.
Afif Hamka menyampaikannya saat menjadi pemateri dalam Webinar ke-16 Lembaga Pengembangan Pesantren Pimpinan Pusat Muhammadiyah (LP2PPM), Jumat (19/2/2021).
Webinar ini mengambil tema Profil Ketokohan, Keulamaan dan Perjuangan KH Mas Mansur dan Prof Dr H Buya Hamka.
Pesan Bung Karno sebelum Wafat
Dia menceritakan suatu sore hari datang ke rumah utusan dari mantan Presiden RI Ir Soekarno atau lebih dikenal dengan sebutan Bung Karno.
“Ada pesan dari keluarga Bung Karno, mereka minta supaya Buya Hamka datang ke tempat Bung Karno,” kata utusan itu.
“Bung Karno ada di mana?” tanya Buya Hamka.
“Masih di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto,” jawab utusan itu
Afif melanjutkan rupanya Bung Karno sudah meninggal dunia beberapa jam sebelumnya di RSPAD pada 21 Juni 1970. Dan kemudian disemayamkan di Wisma Yaso Jalan Gatot Subroto Jakarta.
“Lalu Buya Hamka pergi ke sana. Rupanya ada pesan khusus dari Bung Karno kalau meninggal dunia maka mohon Buya Hamka menshalatkan jenazahnya,” ungkap Afifi.
Jadi, sambungnya, Buya Hamka datang dan akhirnya menjadi imam shalat jenazah Bung Karno. Kemudian Bung Karno dimakamkan di Blitar Jatim pada 22 Juni 1970.
Penderitaan Buya Hamka
Menurutnya semua sudah tahu Bung Karno pernah menzalimi Buya Hamka. Penderitaan ketika Bung Karno berkuasa Buya Hamka dijebloskan ke penjara.
“Saya masih SMP dan kami sekeluarga mengalami disengsarakan bahkan dimiskinkan. Jadi di akhir hayatnya Bung Karno malah minta Buya Hamka menshalatkan jenazahnya,” kenangnya.
Sampai di rumah, lanjutnya, orang yang pertama kali menentang adalah dirinya. Dia merasa aneh Buya Hamka mau menjadi imam shalat jenazah Bung Karno.
“Bung Karno itu sahabat ayah. Zaman perjuangan kami bersahabat,” ujarnya menirukan jawaban Buya Hamka.
“Sahabat ayah tapi sama saya musuh,” jawab Afif waktu itu.
“Jadi Buya Hamka dengan musuh-musuh politiknya begitu. Meski pernah dijebloskan ke penjara tetapi tidak dendam. Buya Hamka sangat lapang dada. Sehingga husnul khatimah persahabatan mereka,” tuturnya. (*)
Penulis Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.