Muhammadiyah masih ada di Sulbar. Lewat MDMC dan Lazismu, ormas tertua itu mendampingi 13 Desa pulihkan kondisi pascagempa yang 15 Januari 2021 lalu.
PWMU.CO – Muhammadiyah Dampingi 13 Desa Sulbar Pulihkan Kondisi. Melalui MDMC (Muhammadiyah Disaster Management Center) dan Lazismu, Muhammadiyah masih terus hadir mendampingi warga terdampak gempa di Sulawesi Barat (Sulbar).
Meski tanggap darurat sudah berakhir 4 Februari 2021 Muhammadiyah masih mendampini program pemulihan dengan menyiapkan berbagai program.
Koordinator Divisi Tanggap Darurat MDMC Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Indrayanto, mengatakan saat ini pihaknya terus mematangkan rencana-rencana program lanjutan di Sulbar dengan dukungan Lazismu dan pihak eksternal.
“Kami akan meneruskan pendampingan terhadap penyintas gempa di Sulawesi Barat,” ujarnya, Jumat (26/2/2021).
Dia mengungkapkan, Muhammadiyah telah menyiapkan berbagi program. Yaitu pembangunan huntara, penerjunan KKN mahasiswa STIE Muhammadiyah Mamuju, dan pendampingan oleh Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulbar.
“Termasuk, kami juga jalankan program bersama NGO asal Swiss, Solidar Suisse,” kata dia.
Indrayanto menambahkan untuk jangka menengah dan panjang, pihaknya juga akan terus mematangkan program pemulihan aset kesehatan milik PWM Sulbar.
“Rehab dan optimalisasi fungsi Klinik Muhammadiyah Mamuju membutuhkan perhatian serius karena menjadi fasilitas yang sangat dibutuhkan untuk layanan kesehatan bagi warga,” terangnya.
Terkait pelaksanaan program-program di masa pandemi Covid-19, Indrayanto menyampaikan pihaknya berkomitmen untuk terus menegakkan protokol kesehatan dengan ketat. “Kami akan membatasi jumlah relawan yang diturunkan di Sulawasi Barat dan tentu selalu menekankan pelaksanaan protokol kesehatan kepada mereka,” ujarnya.
Program Bersama Solidar Suisse
Kabupaten Majene menjadi daerah yang terdampak paling parah dari gempa yang terjadi pada tanggal 15 Januari 2021 lalu. Oleh karena itu, MDMC memilihnya menjadi daerah dampingan dalam masa pemulihan bekerja sama Solidar Suisse dengan melaksanakan program Earthquake Response West Sulawesi (ERWES).
Koordinator Program ERWES MDMC Dony Halim Mutiasa menyampaikan setelah menetapkan kriteria daerah dampingan—dari banyak kawasan terdampak gempa di Sulawesi Barat—MDMC bersama Solidar Suisse memilih 13 desa dari dua kecamatan di Majene sebagai daerah layanan pendampingan.
Desa-desa tersebut adalah Maliaya, Bambangan, Kayuangin, Lamungang Batu, Lombang, Lombang Timur, Lombong, Lombong Timur, Malunda, Mekatta, Salutahongan di Kecamatan Malunda. Dan Desa Sulai di Kecamatan Ulumanda.
Menurut Dony, di 13 desa tersebut, ERWES akan bekerja selama dua bulan. “Program ini bertujuan menyediakan hunian darurat (hundar) yang layak bagi penyintas,” ujarnya.
Selain itu, sambungnya, melakukan pendampingan kepada masyarakat desa terkait pola hidup sehat sesuai protokol kesehatan dalam kondisi darurat bencana.
Dony mengurikan, program ERWES terdiri dari empat tahap. Yaitu verifikasi data, distribusi barang, pendampingan pembuatan hundar, dan monitoring.
“Dalam program ini akan dibagi shelter kit, hygine kit, dan Covid-19 kit. Masing-masing sebanyak 1250 unit dan ditambah dengan air bersih (galon),” kata dia.
Sedangkan untuk proses pembangunan shelter saat ini sudah mencapai progres 30 persen yaitu pemasangan kerangka dan terpal dalam proses distribusi.
Dony berharap warga akan mendapat hunian darurat yang layak yang sesuai dengan protokol kesehatan. Dia mengimbau warga menkalankan pola hidup bersih dan sehat sehingga dapat mengurangi risiko lanjutan dari dampak bencana. (*)
Penulis Arif Jamali. Editor Mohammad Nurfatoni