PWMU.CO – Kepo Hasanah Vs Kepo Sayyiah adalah tema yang disampaikan Muharningsih SPd pada Kultum Jumat Pagi yang digelar secara virtual untuk guru dan karyawan SMA Muhammadiyah 1 (Smamsatu) Gresik (26/2/2021).
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan Smamsatu Gresik itu mengawali kultum dengan menjelaskan definisi kata kepo dengan brbagai versi.
“Kata kepo terdiri dari empat huruf, populer di kalangan anak muda dan medsos,” terangnya.
Ada yang menyebut asal-muasal kata kepo berasal dari bahasa Inggris yaitu knowing every particular object (mengetahui setiap objek tertentu). Ada yang bilang serapan dari bahasa Hokkian, kay poh yang (katanya) berarti suka bertanya. Ada juga yang menyatakan serapan dari bahasa Jawa yaitu pensaran
“Jadi kurang lebih artinya sama seperti stalking (menguntit) atau kepo” jelasnya.
Menurut Muharningsih, sifat kepo dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: ingin diakui, ingin berempati, ingin terlibat, ingin mendadapat informasi, atau ingin akrab.
“Meski jika dilihat dari pemicunya merupakan hal yang wajar, bahkan terkesan positif. Namun saat dilakukan secara berlebih apalagi sampai melewati batas seperti yang dilakukan orang-orang kepo tetap saja jatuhnya jadi mengganggu,” jelas dia.
Bahaya Kepo
Muharningsih menjelaskan, kepo akan membuat yang di-kepo-in menjadi risih. Bahkan bisa memusuhi mereka. “Alih-alih memberi perhatian, orang-orang jadi tidak suka,” terangnya.
Bahaya lain yang timbul akibat sikap kepo adalah terlibat dalam masalah orang lain. “Ketika ikut campur masalah orang lain, kita harus siap untuk terlibat penuh dalam masalah tersebut termasuk mencari cara untuk menyelesaikannya,” terangnya.
Bahkan, sambungnya, rasa keingintahuan orang yang kepo bisa menambah problem dalam hidupnya. Mereka akan mendapat predikat yang tidak tidak baik atau memperolah pandangan rendah dari orang sekitar. “Kita akan dinilai gemar mencampuri urusan orang tanpa diminta,” ujar Muharningsih.
Manfaat Kepo
Meski mengandung sisi negatif, ternyata kepo memiliki beberapa manfaat. Pertama melindungi otak. Muharningsih menerangkan, studi terbaru membuktikan, rasa ingin tahu berpengaruh secara positif terhadap proses pembelajaran yang dilakukan otak.
“Sekaligus mempermudah otak menyimpan ingatan,” ujarnya.
Kedua, rasa ingin tahu yang tinggi akan memberikan penghargaan terhadap sistem otak dan hippocampus.
Ketiga, kepo semakin memesrakan pasangan—baik dalam rumah tangga atau patner kerja. Sebab sebuah pasangan harus saling mengenal setiap pasangan atau teman kerja.
Keempat, menghilangkan rasa gelisah. “Orang-orang yang mengalami gejala social anxious (gelisah saat berada di tempat umum) dengan rasa penasaran yang tinggi, cenderung lebih mudah terhindar dari konflik,” jelas dia.
Kelima, mempermudah waktu belajar. Muharningsih menyampaikan, manusia lebih mudah memproses informasi dalam otak saat mempelajari hal-hal yang tidak menarik di waktu rasa penasaran sedang memuncak.
Kepo Hasanah Vs Kepo Sayyiah
Muharningsih mengatakan, di dalam al-Quran kepo itu bisa disebut sebagai dzan (prasangka). Ada husnudzan alias kepo yang baik, kepo hasanah. Seperti dokter yang mendiagnosis penyakit pasein, itu sebenarnya husnudzan, kepo baik.
Tapi ada juga kepo atau prasangka buruk( suudzan). Kepo yang jahat, kepo sayyiah. Kepo seperti ini yang dilarang Islam, sebagaimana firman Allah dalam al-Hujurat 12:
يأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُواْ اجْتَنِبُواْ كَثِيراً مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلاَ تَجَسَّسُواْ وَلاَ يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضاً أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتاً فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُواْ اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka (dzan), sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain.
Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.”
Maka Muharningsih berpesan, “Gunakanlah kepo pada tempat yang benar dan bermanfaat positif!” (*)
Penulis Yulia Dwi Putri Rahayu. Editor Mohammad Nurfatoni