PWMU.CO – Begini Kiprah Mahasiswa Relawan Siaga Bencana (Maharesigana) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) selama pandemi Covid-19.
Kepada PWMU.CO Selasa (9/3/2021) Ketua Maharesigana UMM Rindya Fery Indrawan menyampaikan, bulan Maret menjadi bulan peringatan kasus pertama Covid-19 hadir di Indonesia.
“Seluruh elemen mulai dari pemerintah hingga masyarakat turut serta berjibaku menghadapi pandemi Covid-19 ini. Tidak terkecuali Maharesigana UMM,” ujarnya.
Buka Call Center
Saat awal Covid-19 muncul, lanjutnya, Maharesigana bergerak cepat dengan membuka call center. Hal itu bertujuan untuk mengakomodasi semua pertanyaan dari seluruh Indonesia.
“Layanan call center berlangsung atas kerja sama UMM dan Rumah Sakit UMM. Sampai detik ini sudah ada satu juta lebih orang yang mengakses. Tahun lalu dalam satu hari kami bisa mengangkat telepon dan membalas pesan WhatsApp sekitar 100-200 panggilan. Tantangannya luar biasa sekali saat itu,” ungkapnya.
Selain itu, menurutnya, Maharesigana UMM juga ikut membantu di rumah sakit meski tidak semua relawan berasal dari kalangan medis. Mereka turut berkontribusi pada proses screening hingga suplai konsumsi bagi tenaga medis di pos-pos rumah sakit yang kewalahan.
“Itu tantangan di awal melakukan penanganan Covid-19. Setelah itu kami turut membantu Kecamatan Dau untuk melakukan edukasi, razia masker dan pembagian sembako kepada warga yang terdampak pandemi. Selain itu juga melakukan penggalangan dana,” urainya.
Maharesigana Peduli Pendidikan
Maharesigana UMM, sambungnya, juga membuat program Maharesigana Peduli Pendidikan (MPP). Yakni program pendampingan bagi anak-anak kurang mampu yang dilakukan oleh para relawan dari seluruh Indonesia.
“Ada yang berlokasi di Bangka Belitung, Lampung, Ambon, Jember, Flores dan beberapa kota lainnya. Para relawan bertugas untuk membantu akses internet, memberikan wawasan teknologi, serta mengajari anak-anak dalam belajar,” jelasnya.
Maharesigana, ujarnya, sangat prihatin menyaksikan anak-anak yang tidak memiliki akses internet dan ponsel pintar. Ada juga beberapa anak yang orang tuanya hanya tamatan SD bahkan tidak sekolah sama sekali.
“Kondisi seperti itu membuat para orang tua tidak dapat mendampingi anaknya dalam bersekolah. Maka dari itu kami mencoba meringankan beban dengan menghadirkan program MPP sebagai bentuk dukungan untuk membantu Kemendikbud dengan program pembelajaran jarak jauh,” jelas lulusan Magister Agribisnis tersebut.
Mitigasi Covid-19
Setahun berlalu hingga hari ini, ungkapnya, Maharesigana UMM masih bekerjasama dengan UMM dan RS UMM untuk melakukan mitigasi Covid-19.
“Kegiatan yang dilakukan meliputi screening pengunjung RS, Poli Pinere, pemulasaran jenazah hingga membantu menguburkan jenazah,” terangnya.
Sementara itu Pembina Maharesigana UMM Zakarija Achmat menyampaikan maharesigana tidak hanya untuk masyarakat luas, namun juga berkontribusi besar bagi sivitas akademika kampus.
“Membersamai Maharesina setahun ini adalah hal terbaik yang saya alami. Kerja keras yang dilakukan tim maharesigana mampu menekan angka penularan Covid-19 di wilayah UMM,” paparnya.
Menurutnya hal yang paling berkesan dalam usaha maharesigana satu tahun belakangan tentu saja angka kasus Covid-19 yang prosentasenya relatif kecil.
“Kalau dilihat dari jumlah yang terkonfirmasi juga kecil, bahkan tidak sampai lima persen,” jelasnya. (*)
Penulis Maharina Novi. Editor Sugiran.