PWMU.CO – Kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan Ahok masih menjadi sorotan hangat. Termasuk oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir. Menurut Haedar, setidaknya ada tiga hal yang membuat kasus ini menjadi sorotan besar. Hal itu disampaikan Haedar dalam acara Pengajian Bulanan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jumat (11/11).
Pertama, kata Haedar, adalah pernyataan bahwa Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 51 dipakai alat untuk membohongi. Yang kedua, Ahok sebagai aktor dalam masalah ini sedang bertanding di dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI. Di dalam Pilkada itu, kata Haedar, siapapun akan selalu tarik-menarik kepentingan.
”Lebih-lebih, kebetulan bahwa yang bersangkutan non Islam dan adanya kategori sosialisasi yang lain. Ketika yang mengucapkan pernyataan itu orang lain, Itu juga akan bermasalah. Tetapi akan makin bermasalah jika Pak Ahok yang menyampaikan. Karena Pak Ahok dinilai sudah banyak rangkaian politik masa lalu yang mengundang masalah,” tutur Haedar.
(Baca: Dahnil A. Simanjuntak: Menghormati Pandangan Buya Syafii Maarif, Din Syamsuddin: Boleh Berbeda Pendapat, tapi Jangan di Depan Umum)
Jadi, lanjut Haedar, dalam kasus ini aktor yang memberi pernyataan sangat berpengaruh. Dia menganalogikan, jika dalam sepak bola, Pak Ahok sudah terkena kartu kuning. Sehingga dia masih bisa melanjutkan peran politiknya. ”Namun, sekali dia melakukan pelanggaran, akan terkena kartu merah. Sekali lagi, Masalah aktor tidak bisa dilepas,” katanya.
Ketiga, ayat ini masuk dalam konteks politik sosial yang masih banyak kerumitan. Dalam ayat ini, makna auliyat itu bisa diartikan sebagai pembimbing maupun pemimpin.
Terlepas dari itu, dia mengapresiasi pemerintah yang berjanji tidak akan mengintervensi proses penistaan agama ini. Karena apapun dan dimanapun, kekuasaan tidak punyak pengaruh terhadap hukum.
(Baca Juga: Dalam Pro-Kontra Buya Syafii, Aku Kehilangan Banyak Bapak, 6 Poin Tausiyah Kebangsaan Dewan Pertimbangan MUI Terkait Kasus Ahok)
”Pernyataan dari Presiden bahwa beliau tidak akan melindungi, itu sangat penting. Bahkan, pemerintah juga menjalin kerja sama dengan Muhammadiyah untuk menurunkan tensi publik dalam problem ini,” tuturnya. (ilmi)